ABDURRAHMAN MAR’I YANG SESAT DAN MENYESATKAN
SERTA MAKARNYA YANG BARU
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين، وأصلي وأسلم على النبي الكريم، وعلى آله وأصحابه الأطهار الميامين.
Amma ba’du:
Abdurrahman telah melakukan berbagai kejahatan dan keburukan serta penyimpangan dari manhaj Salaf, lalu tatkala Masyayikh Ahlus Sunnah dan para murid mereka menghadangnya dan dia tidak mampu membantah mereka dengan hujjah dan dalil, maka dia pun meminta bantuan kepada sebagian orang-orang yang memiliki jabatan namun pengkhianat yang mereka dikenal oleh orang-orang suka membantu Hutsiyun Rafidhah.
Dia juga meminta bantuan kepada Muhammad al-Imam dan kepada asy-Syaikh Abdul Aziz al-Bura’iy dan selainnya dari orang-orang yang dahulu dia cela dan mereka juga mencelanya serta dia dahulu tidak senang kepada mereka dan mereka juga tidak senang kepadanya, karena dia menyangka bahwa mereka akan membelanya dan melindunginya. Rupanya al-Mughaffal lupa bahwa Rabbnya selalu melihat urusannya.
{وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ}
“Mereka melancarkan makar dan Allah pasti membalas makar mereka, dan Dia adalah sebaik-baik yang membalas makar.” (QS. Ali Imran: 54)
Hari-hari berlalu sementara dia terus melakukan kejahatan, menyerang, keliling ke sana kemari, menimbulkan kekacauan dan keributan dengan kezhaliman dan kelicikan, dan al-Mughaffal lupa dengan firman Allah:
إنهم يكيدون كيدا. وأكيد كيدا.
“Sesungguhnya mereka terus melancarkan makar, dan Aku akan benar-benar membalas makar mereka.” (QS. ath-Thariq: 15-16)
Juga sabda Rasulullah shallallahu alaihi was sallam:
«إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُمْلِي لِلظَّالِمِ فَإِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ»
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla benar-benar memberi tangguh orang yang zhalim, lalu jika Dia ingin menghukumnya maka Dia tidak akan membiarkannya lolos.” (HR. al-Bukhary no. 4318 -pent)
Kemudian beliau membaca firman Allah:
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِىَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ.
“Dan demikianlah hukuman Rabbmu jika Dia menghukum penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim itu, sesungguhnya hukuman-Nya sangat pedih dan keras.” (QS. Huud: 102)
Kemudian pecahlah perang sebagaimana yang kalian ketahui, lalu tidak ada yang dilakukan oleh Abdurrahman si tukang makar tersebut dan sebagian fanatikusnya kecuali lari. Maka Allah Ta’ala memuliakan Ahlus Sunnah dan menghinakan musuh-musuh mereka dan juga para penggembos jihad.
Kemudian Abdurrahman al-Mughaffal kembali ke Yaman dalam keadaan meyakini bahwa dia adalah Abdurrahman yang dulu sebelum terjadinya peperangan. Lalu dia berusaha menampakkan kekuatannya dengan berkhutbah di tengah-tengah pengikutnya dan dia mengucapkan ucapan yang sangat menyimpang dan menampakkan manhaj yang gelap dan sesat serta mencela orang-orang yang berpegang teguh dengan manhaj yang lurus. Semua itu menunjukkan bahwa dia tukang makar yang sangat jahat dan suka main-main lagi hina. Ucapannya mirip dengan ucapan al-Halaby dan al-Ma’riby serta orang-orang lainnya yang menyimpang dari manhaj yang lurus.
Maka sebagian pengikutnya yang masih memahami manhaj Salaf dengan benar berusaha mendatanginya untuk menasehatinya dan menegur kelakuan yang dia perbuat.
Kemudian Abdurrahman mengatakan ucapan lain dengan menyuruh para pengikutnya agar menjauhi para ulama, namun keinginannya tidak terwujud dan para pengikutnya tidak mau melaksanakan perintahnya, maka merugilah usahanya dan gagallah tujuannya.
Jadi Abdurrahman al-Mughaffal yakin bahwa situasi dan kondisi telah berubah dan keadaan telah berganti, maka dia pun mulai memikirkan dan merenungkan urusannya, lalu dia membawa siasat baru yang menghancurkan apa yang dia ucapkan berulang-ulang, yaitu dengan dia mengatakan, “Saya ridha untuk bertahakum di sisi ulama yang mana saja.”
Maka ketahuilah wahai saudaraku di jalan Allah –semoga Allah mengokohkan saya dan engkau di atas kebenaran hingga kita berjumpa dengan-Nya– bahwa sesungguhnya ini merupakan makar baru. Abdurrahman baru datang dari negeri para ulama yang dia sebutkan itu, maka mengapa dia tidak menemui mereka dan mengatakan kepada mereka, “Putuskanlah perkara di antara kami!”
Hakekat yang sebenarnya adalah dia ingin berusaha mengembalikan kedudukannya dengan cara-cara penuh makar ini dan mempermainkan perasaan orang-orang yang tertipu dengan cara-cara ini.
Jadi masalahnya adalah urusan waktu saja, karena Abdurrahman mengetahui bahwa pergi ke Kerajaan Arab Saudi membutuhkan banyak waktu, terlebih dengan situasi dan kondisi yang meliputi Yaman.
Maka kami tetap pada sikap kami selama ini, kami akan tetap mentahdzirnya dan melarang dari mendatangi majelisnya, dan kami akan menjelaskan makar, kedustaan, dan penyimpangannya kepada manusia, sampai datang waktu yang padanya kami akan bertahakum, dan sampai dia bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Dan tidak lupa saya gunakan kesempatan untuk mengatakan kepada asy-Syaikh Abdullah bin Mar’i: Hendaknya engkau mengambil nasehat dan pelajaran dengan keadaan saudaramu, Abdurrahman, yang dia telah menjadi orang yang bingung dan suka bertindak yang kontradiktif, yaitu dengan dia menyangka bahwa sanjungan Muhammad al-Imam dan asy-Syaikh Abdul Aziz al-Bura’iy dan hubungannya dengan keduanya akan bermanfaat baginya!
Maka saya katakan juga kepadamu: Ambillah pelajaran! Dan demi Allah, si fulan dan fulan tidak akan memberi manfaat kepadamu. Hendaknya engkau memegang erat manhaj yang benar yang manusia mencintaimu karenanya dan mereka menolakmu ketika engkau menjauh darinya.
Kita memohon kepada Allah kekokohan dan keselamatan, dan kita berlindung kepada Allah dari tercerai berainya urusan setelah terikat, dari kesesatan setelah petunjuk, dan dari kebengkokan setelah kelurusan.
Ditulis oleh: Abul Abbas Yasin bin Ali al-Adany
Aden – Yaman
Kamis, 30 al-Muharram 1437 H
Majmu’ah an-Nahjul Wadhih
==================================
عبد الرحمن بن مرعي الضال المضل ومكره الجديد
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين، وأصلي وأسلم على النبي الكريم، وعلى آله وأصحابه الأطهار الميامين، أما بعد:
فقد فعل ما فعل عبد الرحمن بن مرعي من تلك الجرائم والقبائح والانحرافات عن المنهج السلفي، فلمّا تصدّى له مشايخ أهل السنة وطلابهم ولم يستطع الرد عليهم بالحجة والبرهان، فاستعان على أهل السنة الضعفاء بـبعض المسؤولين الخونة الذين عرفهم الناس بمساعدة الحوثة الرافضة.
واستعان بمحمد الإمام وبالشيخ عبد العزيز البرعي وبغيرهما ممن كان يطعن فيهم بالأمس ويطعنون فيه، ولا يرتضيهم ولا يرتضونه ظاناً أنهم سيدافعون عنه ويحمونه، ونسي المغفل أن ربه عز وجل مطلع على أمره، {وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ}
ومضت الأيام وهو يبطش ويصول ويجول ويزبد ويرعد ظلماً وجوراً، ونسي المغفل قوله تعالى: {إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا * وَأَكِيدُ كَيْدًا}
وقوله صلى الله عليه وسلم: «إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُمْلِى لِلظَّالِمِ فَإِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ»
ثُمَّ قَرَأَ (وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِىَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ)
ثم جرى ما علمتم من تلك الحرب، فما كان من عبد الرحمن الماكر وبعض عصابته إلا الفرار، فرفع الله تعالى أهل السنة وأذلّ أعداءهم والمخذلة.
ثم عاد عبد الرحمن المغفل إلى اليمن وهو يعتقد بأنه هو عبد الرحمن الذي كان قبل الحرب، فأراد أن يُبرز عضلاته، فقام بين أتباعه خطيباً وتكلم بكلام منحرف عقيم، وأظهر فيه المنهج المظلم البهيم، والطعن في أهل المنهج القويم، ما يدل على أن صاحبه ماكر أثيم، ومتلاعب لئيم، أشبه ما يكون بكلام الحلبي والمأربي وغيرهما من المنحرفين عن المنهج المستقيم.
فأتاه بعض أتباعه (ممن لا يزال بصيراً بالمنهج السلفي) مناصحاً له، ومعاتباً على ما صدر منه.
ثم تكلم عبد الرحمن بكلام آخر آمراً أتباعه بهجر أهل الحق، فلم يتحقق له مراده، ولم يمتثل لذلك أتباعه، فخاب وخاب سعيه ومرامه.
فأيقن عبد الرحمن المغفل أن الوضع قد تغيّر، وأن الحال قد تبدَّل، وأن بعض أتباعه قد تعدّل، فأخذ يفكر في الأمر ويتدبَّر، فأتى بحيلة جديدة، نقضت ما كان يتكلم به ويتكرر فقال: أنا راض بالتحاكم عند أي عالم من العلماء.
فاعلم أخي في الله، ثبّتني الله وإيّاك على الحق حتى نلقاه، أن هذا مكر جديد، فعبد الرحمن بن مرعي قد جاء من بلاد هؤلاء العلماء الذين سمّاهم، فلماذا لم يدخل عليهم ويقول لهم: احكموا بيننا.
وهو في الحقيقة يريد أن يعيد مكانته بهذه الأساليب الماكرة، ويلعب على عواطف المنخدعين بهذه الأساليب.
فالمسالة هي قضية وقت فقط، لأن عبد الرحمن يعلم بأن الذهاب إلى المملكة يحتاج إلى وقت كبير، لا سيّما في ظل هذه الأوضاع التي تعيشها البلاد.
فنحن على ما نحن عليه، سنحذر منه ومن مجالسته، ونبيّن للناس مكره وكذبه وانحرافه، حتى يأتي الوقت الذي نتحاكم فيه، ويتوب ويرجع.
ولا أنسى أن أغتنمها فرصة بأن أقول للشيخ عبد الله بن مرعي: عليك أن تتعظ وتعتبر بأخيك عبد الرحمن الذي أصبح تائهاً متناقضاً، حيث ظن أن ثناء محمد الإمام والشيخ عبد العزيز البرعي وارتباطه بهما سينفعه، فأقول لك: اعتبر ووالله ما سينفعك فلان ولا علان، عليك بلزوم المنهج الصحيح الذي أحبك الناس به، ورفضوك لمّا ابتعدت عنه.
نسأل الله الثبات والعافية، ونعوذ بالله من الحور بعد الكور، ومن الضلال بعد الهدى، ومن الغي بعد الرشاد.
كتبه: أبو العباس ياسين بن علي العدني
اليمن – عدن.
في يوم الخميس الثلاثين من شهر المحرّم سنة 1437 هـ
مجموعة النهج الواضح
..
http://forumsalafy.net/abdurrahman-mari-yang-sesat-dan-menyesatkan-serta-makarnya-yang-baru/