☆ B A R U ☆
SURAT TERBUKA UNTUK ASY-SYAIKH ‘ABDUL ‘AZIZ AL-BURA’I
(PADANYA TERDAPAT URAIAN TENTANG PENYIMPANGAN MANHAJNYA, BUKTI “SPESIALISASINYA” SEBAGAI PENGGEMBOS JARH ULAMA KIBAR TERHADAP ORANG-ORANG SESAT DI YAMAN SERTA TUDUHANNYA YANG MENGADA-ADA TERHADAP ASY-SYAIKH UBAID AL-JABIRY)
Oleh :
Abul Harits Muhammad bin Ghalib al-‘Umariy -hafidzahullah-
✹✹✹
بســـم الله الــــرحمن الــــرحيم
الحمـــد لله, والصـــلاة والســـلام على رســـول الله, وعلى آلـــه وصــحبه ومن والاه
:أمــــــــا بعد
Hampir tak terputus keajaiban dari perilaku Asy-Syaikh al-Bura’i, yaitu dari perkara yang aneh menuju yang lebih aneh lagi.
Aku tidak akan memperpanjang mukaddimahku kepada pembaca, permasalahan ini tidak butuh untuk pembuka dan mukaddimah.
Dan Allah mengetahui kecintaanku untuk menulis pada suatu hari untuk membantah Asy-Syaikh al-Bura’i sebagai pemeliharaan apa yang aku duga ada diantara kami berupa rasa cinta. Terlebih kita dalam kondisi seperti sekarang ini yang sedang berlangsung di Yaman.
ولكـــن! كثُرت المـــواقف التي لا يجــوز أن يغلّب جــانب الأخــوة على توضيحهــا وبيان الخلل الحاصـــل فيهـــا
NAMUN! Telah banyak penyikapan – yang sudut pandang UKHUWAH TIDAK BOLEH MENGALAHKAN DARI UPAYA MENJELASKAN dan menerangkan kekeliruan sikap yang terjadi di dalamnya.
Aku tidak akan menjabarkan di sini poin-poin yang telah lalu dengan terperinci, walau aku butuh untuk menyinggungnya secara sepintas sehingga orang yang lalai bisa memperhatikan, yang lupa menjadi ingat, dan akan lurus penyebutan runtutan peristiwa-peristiwa.
Dan hal ini merupakan peringatan juga bahwa KESALAHAN-KESALAHAN BERMANHAJ dengan manhaj yang ditempuh oleh Asy-Syaikh al-Bura’i, telah lama terjadi sebagiannya di dalam kitabnya “Quro’ul Asinnah”. Dan BUKAN SEKEDAR IJTIHAD YANG KELIRU!
Gambar 1. Bukti pembelaan Syaikh Abdul Aziz Al-Bura’i terhadap Mubtadi’ Ikhwany Muhammad Al-Imam
Aku sebutkan itu untuk menolak apa yang telah dipertentangkan oleh sebagian orang bahwa kami MENCARI-CARI APA YANG TELAH LEWAT. Tidak demikian itu permasalahannya. Hal ini hanyalah dalam rangka menghubungkan permasalahan-permasalahan dengan yang terhitung semisalnya.
SEHINGGA apabila Asy-Syaikh al-Bura’i LUPA atau PURA-PURA LUPA; maka sesungguhnya sejarah telah mencatat:
▪MAUQIF (posisi)nya ketika fitnah Abul Hasan
▪dan upaya PENGGEMBOSANNYA dari membela kebenaran dan membantah kebatilan!
▪Kemudian PENENTANGANNYA terhadap Asy-Syaikh Rabi’ dalam permasalahan “khabarul ahad”!
BAHKAN tuntutannya kepada Asy-Syaikh Rabi’ dengan ushul (pokok-pokok akidah) yang rusak yang Abul Hasan telah terjatuh di dalamnya, ia memberi komentar tentang hal itu dengan men-tahdzir darinya.
▪Kemudian ucapannya di waktu itu:
“!!لا حـــاجة لكتابــات الشيخ ربيع في أبي الـــحسن”
“Kita tidak butuh tulisan-tulisan Asy-Syaikh Rabi’ tentang Abul Hasan!!!”
Dan kita belum lupa sanjungannya kepada Abul Hasan!,
!وأنــــه تـــاج على الـــرؤوس
“Bahwa dia adalah MAHKOTA yang ada di atas kepala-kepala manusia!”
Dan bantahan serta tahdzir terhadap orang-orang yang bersikap berseberangan dengan abul hasan, di saat begitu luas bantahan-bantahan ulama terhadapnya (Abul Hasan)!!
Kita tidak lupa sikap-sikapnya yang tidak membela dan menolong al-haq pada FITNAH AL-HAJURIY. Ketika al-Hajuriy mencela masyaikh Ahlussunnah dan pokok-pokok manhaj Salafiyah Sunniyah, kita dapati Asy-Syaikh al-Bura’i MEMBENTENGI dan MEMBERI ANGIN PADANYA! Dan ia menjelek-jelekkan dan mencela orang-orang yang bersikap kepada al-Hajuriy dengan sikap yang syar’i (sesuai tuntunan syariat)!.
Dan semakin aneh ketika ia membantah -di saat itu- kepada Asy-Syaikh ‘Ubaid dalam suatu masalah yang termasuk permasalahan yang paling populer yang ucapan-ucapan para ulama tentang nya telah diketahui dan tersebar. Yaitu masalah PEMILU.
Maka aku terkejut di waktu itu dari bantahan Asy-Syaikh al-Bura’i terhadap Asy-Syaikh ‘Ubaid!
Dan itu terjadi di sela-sela FITNAH AL-HAJURIY -bersamaan apa yang terlihat oleh ulama dan penuntut ilmu dari sikap permusuhan, celaan, dan hinaan dari al-Hajuriy yang melampaui batas kedudukan ulama sampai mengkritik para Shahabat! Dan mencela mereka serta penyesatan dalam permasalahan-permasalahan akidah!
Dan TIDAK BERGERAK SEDIKIT PUN pena syaikh al-Bura’i (untuk membantah al-Hajuriy) di waktu itu!!!
Hanya saja ia bangkit menghadapi permasalahan al-intikhobath (PEMILU) yang hampir tidak ada seorang pun yang tidak mengetahui hukumnya dan ucapan para ulama tentangnya, baik dari pemuda ahlussunnah bahkan yang selain mereka!!
BAHKAN anehnya bahwa Asy-Syaikh al-Bura’i membantah dirinya sendiri dengan MEMBANTAH Asy-Syaikh ‘Ubaid dalam permasalahan ini, ketika ia mengatakan:
“لقــد وضعت أيهــا الشيخ المبــارك ضــوابط لتجويزك الانتخـــابات وأنا متأكد ـ ولا أقول أستبعــد ـ أنـــه ليس بإمكــان أهل العـــراق ولا غيرهم ممن يخوض في الانتخـــابات أن يطبقهـــا ولو طبقهـــا بحذافيرهـــا لترك الانتخابات فـــواقع الانتخابات لا يتطـــابق مع الفتوى قطعـــا”ا.ه
“Sungguh engkau telah meletakkan -wahai Syaikh yang berkah- batasan-batasan pembolehanmu untuk pemilu, aku yakin -aku tidak katakan sesuatu yang jauh- bahwa TIDAK MUNGKIN bagi penduduk negeri Irak dan tidak pula selain mereka dari orang-orang yang masuk dalam pemilu UNTUK MENERAPKANNYA, walaupun menerapkannya dengan seluruh sisinya untuk meninggalkan pemilu, maka realita pemilu tidak akan sesuai dengan fatwa itu sama sekali.” -Selesai perkataannya-
SUNGGUH, benar-benar Asy-Syaikh al-Bura’i telah menerangkan bahwa Syaikh kami al-Jabiriy meletakkan batasan-batasan(yang tidak mungkin untuk diterapkan) dalam fatwanya, apakah setelah itu beliau disalahkan?!!
Kemudian apakah tidak sampai ke pendengarannya fatwa al-Albaniy dan Ibnu Baz dalam permasalahan itu, bahkan fatwa Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin tentang wajibnya pemilu(dalam kondisi tertentu)?!!
SUNGGUH sikap ini – wahai Syaikh – memberikan pandangan kepada yang mengikuti peristiwa demi peristiwa, yaitu bahwa tujuannya hanyalah (yang penting) MEMBANTAH Asy-Syaikh ‘Ubaid, tidak ada maksud yang lain!!
Wahai Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz, kami dahulu telah menanti darimu -semoga Allah meluruskanmu- sikap pembelaan, di waktu ditudingkan kepada saudara-saudaramu di Aden dengan tuduhan-tuduhan dusta dan kebohongan dari al-Hajuriy dan kelompoknya.
NAMUN! Kebalikannya, tidak muncul darimu selain PEMBUNGKAMAN dan bersikap keras (tehadap orang yang menyikapi al-Hajuriy dan kelompoknya)!
BAHKAN mengunjungi pengikut al-Hajuriy dan duduk bersama mereka!!! Di waktu para masyaikh di Madinah dan Syaikh Rabi’ telah MENJELASKAN kesesatan al-Hajuriy dan jeleknya jalan yang ditempuhnya!
Bahkan engkau telah beberapa kali mendatangi kota Aden tanpa sekalipun mengunjungi markiz Fiyusy, bersamaan beberapa ikhwan telah meminta berulang-ulang darimu!!
Dan pada fitnah itu, Asy-Syaikh al-Bura’i menyelisihi Mauqif/sikap para ULAMA KIBAR, tidak berbicara tentang al-Hajuriy kecuali setelah lewat bertahun-tahun!! Dengan ucapan yang ringan yang sangat jauh dari ucapan al-jarh.
Kita tidak lupa setelahnya tentang PEMBAHASAN JIHAD, ketika tersebar ungkapan-ungkapan PENGGEMBOSAN yang tersebar dari Asy-Syaikh al-Buro’i, sewaktu Dammaj dan Kitaf di bawah kobaran api Hutsiyyun dan keduanya sangat butuh bantuan dan pembelaan.
Lalu kita tidak lupa bantahanmu terhadap Asy-Syaikh ‘Ubaid dalam permasalahan (AL-WATSIQAH) Muhammad al-Imam dan tahdzirnya kepada beliau (Asy-Syaikh ‘Ubaid), sampai seakan-akan engkau SPESIALIS di dalam (membantah dengan menulis) surat terbuka kepada Asy-Syaikh ‘Ubaid!!
Kami belum melihat satu pun surat terbuka untuk AL-HAJURIY, dan satu surat terbuka kepada AL-IMAM seputar kitab AL-IBANAH yang dikritisi oleh para ulama, BAHKAN engkau memberi mukaddimah untuknya(kitab al-ibanah)!
Dan kami belum melihat satu surat terbuka ataupun tertutup kepada jama’ah al-HALABIY bersamaan begitu banyak kebatilannya.
Kami tidak mendengar satu risalah tertuju kepada Asy-Syaikh al-Wushabiy dalam kaedahnya yang keliru ketika membantah (ULAMA KIBAR) untuk membela Muhammad al-Imam!
Tidak juga ketika ia mengunjungi Masyhur (Hasan Salman) dan Halabiyyun! Dan sangat bergembira situs “kullassalafiyyin” (milik Halabiyyun) dengannya!!
!!!لقــد كلت بمكــاييل مختلفــة يا أبــا ذر
Sungguh engkau telah menimbang dengan timbangan-timbangan yang berbeda wahai Abu Dzar (al Bura’i)!!!
Kemudian berlanjut surat-surat terbuka tertuju kepada Asy-Syaikh ‘Ubaid, namun kalau ini aku katakan:
■ dengan metode makar,
■ mengatakan sesuatu yang beliau tidak mengucapkannya,
■ mengharuskan sesuatu yang tidak ada keharusan padanya.
Sampai-sampai ucapannya tidak ada persiapan. Aku akan mendatangkan ungkapan Syaikh kami Abu Abdil Aziz ‘Ubaid al-Jabiriy -semoga Allah senantiasa meluruskannya- dalam pengingkaran terhadap muhammad al-imam dan diikuti dengan perkataan Asy-Syaikh al-Bura’i dalam hal itu.
Dan aku sertakan di sini ucapan al-Bura’i dalam bantahannya,
أحــببت أن ألفت النظـــر
“Aku ingin untuk mengalihkan pandangan”
Namun pengalihan pandangan di sini menuju sikap permusuhan, tidak insyaf, dan tidak adil..
Asy-Syaikh ‘Ubaid al-Jabiriy -semoga Allah senantiasa memberi taufik kepadanya- berkata:
ومن هنا نُنَبِّه إلى أنَّ قول بعض المُنتسبين إلى العلمِ في اليمن، وكُنا نظنهُ من أشياخ السُّنّة، وصار والعياذُ بالله من الخياش ليس من الأشياخ؛ يستنكر تفجير المساجِد -مساجِد الرافضة- ويصيح ويصرخ بهذا ويرفع بهذا عقيرته، سبحان الله! أينك حينما فُجِّرت مساجد أهل السُّنّة في صنعاء؟!
“Dari sini kami mengingatkan bahwa ucapan sebagian orang yang disandarkan ilmu kepadanya di Yaman, DAHULU kami menyangka ia termasuk Syaikh sunnah dan sekarang -kita mohon perlindungan kepada Allah- “الخياش” ORANG RENDAHAN bukan “الاشياخ” Syaikh”.
Ia mengingkari peledakan masjid, masjid Rafidhah, berteriak, bersuara keras, dan mengangkat suara dengan sebab ini -Subhanallah-!!!
Dimana kamu ketika Masjid-masjid Ahlussunnah diledakkan di kota Shan’a?!
أظنُّ أنَّ هذا يا مسكين امتدادًا لقولك الذي سمعناهُ قبل نحو شهرين من العيبِ على أهلِ جهاد الحَوَثَة وأنهم يُقتِّلونَ المسلمين، فمفهومُ كلمتَك بل إشارة التي تُغني عن عبارة تدلُّ على أنكَ تعتقد أنهم مُسلِمون يا مسكين.”ا.هـ.
“Aku menyangka bahwa teriakanmu ini -wahai si miskin- perpanjangan dari ucapanmu yang telah kami dengar dua bulan yang lalu berupa celaan terhadap orang yang berjihad melawan Hutsi dan bahwa mereka sedang memerangi kaum Muslimin.. Yang dipahami dari ucapanmu bahkan isyarat yang tidak butuh pengungkapan menunjukkan keyakinan akidahmu bahwa mereka (Hutsiyyun Rafidhah) adalah Muslimin, wahai si miskin…!” -Selesai-
Maka perkataan Syaikh terang benderang dalam pengingkaran terhadap al-Imam atas tiada pengingkarannya ketika diledakkan Masjid-masjid dan daurah Al-Qur’an milik Ahlussunnah, seketika ia bersemangat dalam mengingkari peledakan Masjid-masjid Rafidhah.
Terlebih lagi al-Imam adalah pemilik perjanjian al Watsiqah yang lalim lagi keji, dari satu sisi ia BERDAMAI dengan mereka DI ATAS kekufuran, di sisi lain dia tunduk dan bersikap keras atas apa yang mereka (Rafidhah) termudharatkan dengannya.
Maka yang disalahkan wahai Syaikh diberikan atas ketiadaan pembelaannya kepada Ahlussunnah dalam permasalahan dengan Rafidhah bahkan ia berdiri bersama mereka.
Wahai Syaikh ‘Abdul ‘Aziz, setiap orang -yang sampai kepadaku- ketika mendengar kalimat itu, tidak ada yang memahaminya sebagaimana yang engkau pahami! Dan sebagian mereka para Syaikh yang mulia…
Maka dimana ungkapan beliau terdahulu yang engkau bangun dan engkau lazimkan Syaikh ‘Ubaid dengannya, sampai engkau tegakkan istana-istana tinggi di udara!!!
Wahai Syaikh ‘Abdul ‘Aziz siapa pun yang membaca pelazimanmu dan tujuan-tujuan yang telah engkau bangun di atasnya pembacaanmu (terhadap ucapan Syaikh ‘Ubaid), tidak mungkin baginya -jika ia seorang yang bijak dan adil- untuk menerima ucapanmu. BAHKAN ia akan mendapati di dalamnya jiwa yang ganjil yang tidak adil.
Di mana dari ucapan Syaikh terdahulu yang hasilnya sebagaimana ucapanmu:
!معنى هذا الكلام ومعنى الإنكار على الشيخ الإمام: أن الشيخ عبيداً يجيز الأحزمة الناسفة، وهذا خلاف ما نعلمه عنه
“Makna ucapan ini dan arti pengingkaran terhadap Asy-Syaikh al-Imam: bahwa Syaikh ‘Ubaid membolehkan “bom ikat pinggang”, hal ini menyelisihi apa yang kita ketahui tentang beliau!”
Namun apakah kita menganggap ini adalah fatwa Syaikh ‘Ubaid untuk menggunakan “bom ikat pinggang”,
dan apakah Syaikh ‘Ubaid membolehkan pembantaian massal (holocaust) terhadap anak-anak dan manusia secara umum berdasar rincian yang terdahulu?
Apakah ia membolehkan pembunuhan massal dan bom ikat pinggang?
INI ADALAH MEMASUKKAN DALAM DAKWAH SESUATU YANG BUKAN TERMASUK DARINYA?!
Jika ia katakan:”aku tidak bermaksud demikian?
Lalu kenapa ia mengingkari Syaikh al-Imam!
Apabila ia tidak bermaksud membolehkan bom ikat pinggang dan tidak menginginkan pembolehan pembantaian massal maka kenapa ia mengingkarinya (ucapan al-Imam)?
Maka atas dasar ini:
Sebahagian dari ucapannya yaitu pengingkaran terhadap Syaikh al-Imam ia tidak memaksudkannya dan itu telah menjadi tidak bermakna, kenapa ia mengingkarinya!
Apa hubungan kemarahan ini?!
Apabila celaan adalah setengahnya dan setengah lain adalah pengingkaran yang ia tidak memaksudkannya! Ucapannya ini menolak ucapan yang lain!
Untuk apa ucapan ini tujuan asalnya?
Kenapa muncul ucapan ini dari asalnya?
Oleh karenanya, Syaikh ‘Ubaid harus berlepas diri dari keberpihakannya dan kesalahannya serta mengeluarkan maklumat ini dari kepala para penuntut ilmu karena kandungannya terdiri atas dua fatwa:
PERTAMA: bolehnya bom ikat pinggang( bom bunuh diri).
KEDUA: bolehnya pembunuhan massal terhadap musuh dan yang selainnya.
Dia berpendapat bahwa hal ini selama dilakukan terhadap Rafidhah maka boleh, ini makna ucapannya.
NAMUN bahkan berdasar ucapan Syaikh Ubaid, di antara mereka ada pedagang dan yang selain kelompok mereka.
Ada orang-orang awam karena ini pemukiman diantara kawasan pemukiman di Shan’a.
Kamu sendiri, aku kira, tidak membolehkan hal itu.
Maka dengan sebab ini keluarkanlah ucapannya dari benak para penuntut ilmu, jika tidak engkau akan terbeban dengan pertanggung jawabannya.” (-selesai-,ed. )
Apakah engkau telah melihat betapa jauh engkau telah melebih-lebihkan wahai Syaikh ‘Abdul Aziz?!!
Bagaimana pemahamanmu membawanya ke konteks “bom ikat pinggang/bom bunuh diri” dan pembunuhan massal terhadap anak-anak dan orang awam.
Di mana ungkapan Syaikh yang membantu konteks itu?!
___________________
Wahai Syaikh, bersemangatlah menjaga dirimu dari bersikap melampaui batas lagi keji.
Kami belum pernah melihat darimu metode seperti ini dalam penetapan hukum dan hasil kesimpulan dalam perkara yang terang laksana matahari di siang bolong!
Adapun permasalahan lain yang aku dapati -semoga Allah memperbaiki keadaanmu- yaitu ucapanmu:
” الشيخ عبيد وقــع فيمــا كان ينكــره على الحجــوري!
وقع فيما كان ينكره على الحجــوري!
ألفنا أن نسمــع مثل هذه العبـّارات ومــا شابههــا من الحجــوري، وكان الشيخ عبيد ينكــر على الحجوري هذه الألــفاظ، ويسميهــا الألفاظ الســوقية!
فوقــع الشيخ عبيد فيما ينكره على الحجـوري!
وجوابي على هذه الكلمــات أن يسمعهــا علمــاء أهل السنة وطلبتهــم وكفى!
ليس عندنا أكثر من هذا.
سيسمعها طلبة العلم، وسيسمعها علمــاء أهل السنة، ومجــرد سمــاعهم لها كافٍ في الــرد على الشيخ عبيد”.
Syaikh ‘Ubaid terjatuh dalam perkara yang dahulu ia mengingkarinya dari al-Hajuriy!
Ia terjatuh dalam perkara yang dahulu ia mengingkarinya dari al-Hajuriy!
Kami telah biasa mendengar semisal ungkapan ini dan yang mirip dengannya dari al-Hajuriy, dan dahulu Syaikh ‘Ubaid mengingkari lafal-lafal ini dari al-Hajuriy. Ia menamakannya “bahasa pasar”!
Kemudian ia terjatuh dalam perkara yang dahulu ia mengingkarinya dari al-Hajuriy!
Maka inilah jawabanku atas ucapan ini agar para ulama Ahlussunnah dan para penuntut ilmu mendengarkannya dan tercukupi dengannya.
Tidak ada pada kami yang lebih dari ini.
Para penuntut ilmu akan mendengarnya dan juga Ulama Ahlussunnah. Dan sekedar mendengarnya mereka kepadanya akan mencukupi dalam membantah Syaikh ‘Ubaid.”
MAKA KEHERANANKU dari ucapan itu dari berbagai sisi:
SISI PERTAMA: Tidak melapangkanmu menuntut Syaikh kami menghapus ungkapan yang beliau katakan. Namun MEMBERI KELAPANGAN bagimu puluhan ungkapan yang diucapkan al-hajuriy dan diulang-ulang oleh pengikutnya dan ia belum rujuk darinya.
KEDUA: Aku tidak membenarkan kepada Syaikh , untuk ucapannya, dan beliau telah memerintahkan UNTUK MENGHAPUSNYA. Namun tidakkah kamu menghitung ini kebaikan bagi Syaikh yang beliau disyukuri telah meminta untuk dihapus ucapannya, pada saat yang lainnya menolak dengan keras dengan penyelisihannya terhadap akidah dan manhaj dan kami belum melihatnya rujuk, menghapus, dan meluruskan.
KETIGA: perkataan Syaikh kami dalam mengkritik al-imam adalah BENAR. Beliau -semoga Allah menjaganya- melihat tabdi’ terhadap al-imam.
Sesungguhnya penggunaan ungkapan tanfiriyah/ stigma telah digunakan oleh salaf pada tempatnya sehingga para ulama menerimanya.
Adapun perkataan al-Hajuriy terhadap para ULAMA adalah BATHIL, LALIM, dan kelewat batas lalu bagaimana disamakan antara keduanya -semoga Allah memeliharamu?!!
KEEMPAT: penghapusan Syaikh terhadap kalamnya itu dan ucapan beliau setelahnya, ini tidak termasuk metode kami; cukup dengan menjelaskan perkara dan menyerahkannya kepada beliau (alasannya menghapus).
Sejatinya, aku bersyukur kepada Syaikh Ubaid yang menjadi sebab keluarnya jarh terbaru darimu kepada al-Hajuriy! Hanya saja seandainya engkau memalingkan ucapan itu bahwa engkau hanya bercerita tidak menetapkan (jarh), aku tidak mengatakan itu sesuatu yang jauh darimu.
Sesungguhnya termasuk yang aku sesalkan dari ucapannya bahwa Syaikh al-Bura’i beranjak di sebagian mauqifnya dari sumber kecerdasan tanpa menjaga sisi syar’i dan Manhaj yang dahulu para Salaf di atasnya.
Dan ini tampak di sejumlah mauqifnya di waktu fitnah, baik terkait fitnah Abul Hasan atau fitnah al-Hajuriy atau yang lainnya.
Sedangkan kecerdasan itu tidaklah ia terpuji secara mutlak. Maka Allah tidak memberkahi kecerdasan yang diiringi penyelisihan manhaj salaf.
Dan tidak lain yang WAJIB atas Syaikh al-Bura’i -semoga Allah memberi taufik kepadanya- untuk melihat apa yang syariat wajibkan atasnya dan apa yang dahulu salaf berada di atasnya dalam sikap-sikap mereka dan kuatnya mereka di dalam kebenaran yang disertai ilmu dan keadilan.
Yang terakhir wahai Syaikh Abdul Aziz: Sebuah nasehat dari orang yang mengasihi:
كن منصــفا من نفســك, وأقــر بخطئك, فما كان سقوط الكثير ممــن هو في الســاحة إلا بكِبرٍ مَنَعهــم من الاعتراف بالخطــأ, والـــرجوع إلى الحــق
“Jadilah seorang yang adil kepada dirimu, akui kesalahanmu. Tidaklah terjatuhnya kebanyakan orang yang berada dalam kekeliruan kecuali dengan sebab SIKAP SOMBONG yang mencegah mereka dari MENGAKUI KESALAHAN dan RUJUK kepada KEBENARAN”
!ياشيخ عبد العــزيز: ليس اللــوم على من اجتهــد فأخطأ, إنمـــا اللــوم على من عــاند وكــابر وجعل خطأه وزلته صــوابا
Wahai Syaikh Abdul Aziz bukanlah yang disalahkan seseorang yang berijtihad lalu keliru, namun yang tercela adalah seorang yang MENENTANG, SOMBONG, dan menjadikan kesalahan serta ketergelincirannya sebagai KEBENARAN!
فنطقك بالحق وتراجعــك عن الباطــل عنوان لحفظ الدعــوة التي تحملهــا, والحفاظ على الدعــوة أولى من الحفاظ على شخصــك أو شخص محمـ د الإمـ ام أو غيركمــا
“MAKA ucapanmu mengatakan kebenaran dan rujuk dari kebatilan adalah tanda penjagaan terhadap dakwah yang engkau membawanya Dan penjagaan terhadap dakwah lebih utama daripada menjaga pribadi dirimu atau pribadi muhammad al-imam atau yang lainnya.”
Wahai Syaikh aku ingatkan engkau dengan Firman Allah Ta’ala:
وَإِذْ أَخَــذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكــِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلا تَكْتُمُــونَهُ
“Dan ingatlah ketika Allah telah mengambil perjanjian dengan orang -orang yang telah diberi al-kitab untuk benar-benar kalian menyampaikannya kepada manusia/ dan TIDAK MENYEMBUNYIKANNYA”
اللـهم اهــدنا للحــق, وألــهمنا الصواب, وتوفنا على الإســـلام والسنة
YA ALLAH, TUNJUKKANLAH KAMI KEPADA KEBENARAN..
ILHAMKAN YANG BENAR UNTUK KAMI..
DAN WAFATKAN KAMI DI ATAS ISLAM DAN SUNNAH..
✲✹✲
Sumber :
– http://www.sahab.net/forums/
Alih Bahasa:
Al Ustadz Abu Yahya Al-Maidany (Solo)- hafidzahullah- [FBF-5]
__________________
مجموعــــــة توزيع الفــــــوائد
❂ WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www.alfawaaid.net