WALLAHI DIKAU PENDUSTA WAHAI HARIS ACEH!! [Haris Aceh Menggendong Pelitakadzdzab Thullabul Ahwa’]

Bismillahirrohmanirrohim. o

Wallahi Dikau Pendusta Wahai Haris Aceh

WALLAHI DIKAU PENDUSTA WAHAI HARIS ACEH!!

[HARIS ACEH MENGGENDONG PELITAKADZDZAB THULLABUL AHWA’]

Di kalangan pendongeng, kata alkisah, syahdan, konon adalah kata baku yang lumrah mereka pakai untuk menarik perhatian pembacanya dalam merangkai kisah yang tidak bisa dipastikan kebenarannya.

Jika sekarang ini orang meletakkan kata konon pada tulisannya, adalah dengan maksud membebaskan diri dari ikatan “harus tahu fakta kejadian sesungguhnya” atau  gayanya dalam “berupaya lari mengelak” dari tuntutan syar’i untuk mempertanggungjawabkan kebenaran kisah yang disampaikan/disebarluaskannya.

Firman Allah Ta’ala:

 إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ

“(ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS. An Nuur: 15)

Simak saja sebuah contoh tulisan pendongeng yang disebarluaskan oleh seorang Ustadz berbaju Salafy yang muncul dari Serambi Dustanya bernama Haris Aceh:

“Usamah Mahri adalah seorg ustadz yg menjadi kaki tangan Luqman ba’Abduh. KONON KABARNYA, IA ADALAH DALANG UTAMA di balik situs fitnah yg slama ini merusak dakwah salafiah, itulah situs tukpencarialhaq.com. Maklum adminnya org Malang, dan Usamah jg org Malang.#GakKaget

Wallahi dikau pelitakadzdzab wahai Haris Aceh

Gambar 1. Wallahi dikau pelitakadzdzab wahai Haris Aceh!!!

Maka walhamdulillah tanpa ragu kami katakan:

WALLAHI KAMU PELITAKADZDZAB WAHAI USTADZ HARIS ACEH!!!!

Sungguh Allah Ta’ala adalah sebaik-baik saksi atas kebenaran pernyataanku ini atas kedustaan besar serta tuduhan khabits yang engkau sebarluaskan. Walhamdulillah.

Tidaklah pernah al ustadz Usamah Mahri terlibat di balik layar tukpencarilahaq apatahlagi menjadi dalang utamanya; Tidak pula membisiki dari dekat maupun dari jauh.

Maka bergembiralah kalian dengan ancaman syariat atas para pendusta yang yang berani melabrak rambu-rambu syariat demi memuluskan ambisi hawa nafsunya yang hina lagi rendah!!

Sungguh betapa rusaknya keadaanmu dan corong pelitakhabitsmu sampai-sampai intelmupun putus asa mencari hujjah sehingga memilih melansir vonis dengan dalil KONON KABARNYA sebagai pembuka tulisan kalian!!!!

Dan cukuplah judul yang kalian pakai “Jawaban Indah Lagi Menenangkan…” (dengan menjadikan KONON KABARNYA sebagai pembuka) adalah bukti yang paling jelas betapa mengerikannya fitnah kerusakan manhaj yang tengah kalian selami.

Bagaimana mungkin seorang Muslim bisa tenang dan tenteram dengan berita dusta yang dia sebarkan yang demi mengecoh dan mengelabui pembacanya maka jebakan judul “Indah”pun disodorkannya untuk memuluskan ambisi situs thullabul ahwa’nya. Wal’iyadzubillah.

Firman Allah Ta’ala:

  وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا (٥٨)

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al Ahzab:58)

Lalu kemana kaidah-kaidah fiqih yang engkau banggakan – Wahai Haris Aceh – untuk melecehkan Al ustadz Muhammad As Sewed yang untuk mempelajari minimalnya dua tahun itu ya Pendusta Khabits?!

Adakah yang mampu mengingkari bukti parahnya kerusakan yang diselaminya ini dalam keadaan  menempel panggilan di depan namanya gelar USTADZ, TENGKU HARIS namun menjadikan KONON KABARNYA sebagai dasar untuk merobek/memvonis kehormatan seorang muslim kemudian menyebarluaskannya ke khalayak manusia?!

Firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (١٢)

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS. Al Hujurat:12)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

Hati-hatilah kalian dari prasangka, karena prasangka adalah sedusta-dusta pembicaraan

Namun demikian, jika kita sejenak menengok sepakterjang para dedengkot besar MLM Kadzdzabun semisal Dzulqarnain, Abdul Muthi Al Maidany, Sofyan Ruray, Ja’far Salih, Hanan Bahanan tentulah perbuatan lacur semisal dusta bukanlah hal yang mengejutkan karena dusta itulah salah satu cara mereka dalam berdakwah menggaet mangsanya.

Al Ustadz Usamah sebagai Obyek Fitnah, Sejarahpun Berulang

Masih lekat dalam kisah Abdul Barr yang begitu hebat bermimikgerak demi menjiwai aktingnya tatkala berperan dusta untuk menipu mangsanya dengan menjadikan Al ustadz Usamah sebagai obyek penderitanya:

MENGENAL GEMBONG MLM, TERNYATA USTADZ ABDUL BARR ADALAH SEORANG PENDUSTA

Berikut penuturan al-Ustadz Fauzan hafizhahullah bersama al-Ustadz Muhammad Ihsan dan al-Ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahumallah,

“Saya Abu Ubaidillah (Fauzan) – bersama al-Ustadz Muhammad Ihsan dan al-Ustadz Muhammad Afifuddin – menulis persaksian ini dengan tujuan sebagai pelajaran bagi salafiyyin di Indonesia dalam menyikapi berita-berita yang disampaikan oleh al-Ustadz Abdul Barr, untuk bisa dinilai sejauh mana kejujurannya.

Pada saat Dauroh Masyaikh di Bandung, tepatnya di Wisma Komandan SECAPA, Ust. Abdul Barr menisbatkan sebuah ucapan kepada asy-Syaikh Abdullah Mar’i di hadapan sejumlah asatidzah, di antaranya al-Ustadz Muhammad Ihsan, bahwa asy-Syaikh Abdullah ketika di sebuah villa di Bali ba’da shalat Fajr berkata tentang Ja’far Umar Thalib:

“كيف يا اخوان لو نأتي إلى جعفر؟”

[“Wahai Ikhwan, bagaimana kalau kita mendatangi Ja’far?”]

Kemudian kata Abdul Barr, Ustadz Usamah Mahri yang juga ada di majelis itu menjawab:

“لا يا شيخ، هو يتلاعب بتوبته”

[“Tidak wahai Syaikh, dia itu main-main saja dalam taubatnya.”]

asy-Syaikh Abdullah menjawab:

“لعلكم لا تعطونه فرصة، ولعلكم سددتم عليه الطريق، الانسان اذا وقع في الكبير لا يرجع مباشرة لكنه يرجع شيئا فشيئا.”

[“Bisa saja kalian tidak memberikan kesempatan baginya. Mungkin kalian telah menutup jalan (taubat) baginya. Seorang manusia jika jatuh dalam sebuah dosa besar tidak segera rujuk secara langsung, tetapi dia rujuk secara bertahap.’]

Kemudian ust. Abdul Barr berkata, “Mereka (asatidzah, ust Usamah, dan lain-lain) langsung menundukkan kepala. (Sambil Abdul Barr mempraktekkan dengan menundukkan kepalanya).

Penukilan ustadz Abdul Barr yang saya dengar bersama ust Muhammad Ihsan hafizhahullah itu juga pernah disampaikan oleh Abdul Barr dalam kesempatan lain kepada al-ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahullah

Jujurkah saudara Abdul Barr dalam penisbatan ucapan tersebut kepada syaikh Abdullah Mar’i?

Jawabannya adalah:

Pernyataan tersebut sudah kami klarifikasi langsung kepada Syaikh Abdullah Mar’i di hadapan beberapa asatidzah, tentang kebenaran penukilan tersebut, maka beliau dengan tegas mengingkari penisbahan ucapan tersebut kepada dirinya.

Demikian tulisan ini saya buat, agar Salafiyyin bisa mengambil pelajaran.

Tertanda,

– Fauzan Abu ‘Ubaidillah

– Muhammad Ihsan

– Muhammad Afifuddin

Demikian persaksian 3 ustadz Ahlus Sunnah atas rekayasa Ustadz Abdul Barr yang mengatasnamakan asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i.

Yang juga menarik dari cara penukilan Ustadz Abdul Barr di atas, adalah bagaimana Ustadz Abdul Barr menggambarkan apa yang terjadi pada para asatidzah setelah itu, yaitu dengan disertai ekspresi sedemikan rupa, seraya dia mempraktekkan dengan menundukkan kepalanya. Sehingga benar-benar bisa meyakinkan pendengarnya.

Padahal, asatidzah yang hadir pada jalsah di Bali bersama asy-Syaikh ‘Abdullah tersebut – antara lain al-Ustadz Usamah, al-Ustadz Qomar, al-Ustadz Ruwaifi’, dll – sama sekali tidak tahu adanya peristiwa yang dinukilkan oleh ustadz Abdul Barr tersebut.

Laa haula wala Quwwata illa billah

Sumber : http://forumsalafy.net/?p=396

gunting

.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *