Bolehkah Membaca Kitab-kitab Orang-orang Menyimpang Yang Ditulisnya Sebelum Menampakkan Penyimpangannya (Ditahdzir Oleh Para Ulama)

Bismillahirrohmanirrohim. o

bolehkah membaca kitab-kitab orang2 menyimpang yang ditahdzir oleh para ulama

Bolehkah Membaca Kitab-Kitab Orang-Orang Menyimpang Yang Ditulisnya Sebelum Menampakkan Penyimpangannya (Ditahdzir Oleh Para Ulama)

(Asy Syaikh Muqbil rahimahullah, Asy Syaikh Rabi’, Asy Syaikh Muhammad Bazmul, Asy Syaikh Ahmad Bazmul hafizhahumullah)

[I]

-SYAIKH MUQBIL BIN HADY RAHIMAHULLAH

Pertanyaan: Orang-orang yang dulu teranggap di atas manhaj yang benar lalu mereka menyimpang darinya, bolehkah bagi kita untuk mendengar kaset-kaset mereka atau membaca kitab-kitab mereka yang ditulis di masa lalu, demikian juga ceramah-ceramah mereka?

Jawaban: Saya tidak menasehatkan untuk membaca kitab-kitab mereka dan mendengarkan kaset-kaset mereka. Saya merasa takjub dengan kalimat yang agung yang diucapkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah:

لَوْ أَنَّ اللهَ مَا أَوْجَدَ الْبُخَارِيَّ وَمُسْلِماً مَا ضَيَّعَ دِيْنَهُ.

“Seandainya Allah tidak menciptakan Al-Bukhary dan Muslim, Dia tidak akan menelantarkan agamanya.”

(Lihat: Minhaajus Sunnah, tahqiq Dr. Muhammad Rasyad Salim, VII/215 pent-)

Jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjaga agama ini. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ.

“Sesungguhnya Kami yang telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami pasti menjaganya.” (QS. Al-Hijr: 9)

Maka saya nasehatkan agar menjauhi kitab-kitab mereka dan kaset-kaset mereka serta tidak menghadiri ceramah-ceramah mereka. Justru merekalah yang membutuhkan dakwah dan kembali kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam, serta bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari apa yang mereka (Khawarij dan Sururiyun –pent) pada Krisis Teluk dan selainnya.

Sumber:

Tuhfatul Mujiib, terbitan Daarul Haramain, hal. 214

 —-****—-

[II]

ASY-SYAIKH RABI’ BIN HADY AL-MADKHALY HAFIZHAHULLAH

Pertanyaan: Sebagian orang yang dibicarakan (dibantah kesalahannya dan ditahdzir –pent) memiliki kitab-kitab, maka sebagian manusia ada yang menanyakan apakah boleh memanfaatkan kitab-kitabnya sebelum orang-orang yang menyimpang itu dibantah dan sebelum nampak penyimpangannya dari manhaj Salaf, maksudnya apakah kitab-kitabnya yang lama boleh dimanfaatkan?

Jawaban:

بسم الله الرحمن الرحيم

الْحَمْدُ للهِ وِالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ اتَّبَعَ هُدَاهُ أَمَّا بَعْدُ:

Sebagai jawaban atas pertanyaan ini saya katakan:

Jika orang yang kalian sebutkan ini dia memiliki kitab-kitab di atas manhaj Salafus Shalih dari sisi akidah, dakwah, dan manhaj, dan padanya tidak terdapat cacat, maka dilihat dulu penyimpangannya. Jika hal itu berupa ketergelinciran sebagian ulama atau ketergilinciran para ulama yang masih diharapkan taubatnya dan meninggalkan kebathilannya, maka ketergelincirannya ini dimintakan ampunan, diharapkan kebaikan untuknya, dan tidak terburu-buru menyikapinya.

Namun jika dia adalah orang yang telah menyebar kejahatannya, membahayakan, membangkang, menyombongkan diri, dan enggan untuk kembali kepada jalan yang benar, maka orang semacam ini diantara bentuk hukuman terhadapnya adalah dengan tidak menerima kebenaran darinya (maksudnya tidak membaca kitabnya, tidak mendengar kasetnya, dan tidak belajar kepadanya, bukan berarti menyatakan bathil jika dia bicara yang benar –pent). Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian Salaf: “DIANTARA HUKUMAN AHLI BID’AH ADALAH DENGAN TIDAK MENERIMA KEJUJURAN MEREKA.”

Kita tidak butuh terhadap mereka, karena sudah cukup dengan Kitab Allah, Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam, serta warisan yang banyak dan agung yang telah ditinggalkan untuk kita oleh para pendahulu kita dalam semua bidang, apakah akidah, manhaj, akhlak, hukum halal haram, dan yang semisalnya.

Manusia bersegera dan lebih suka mendatangi sesuatu yang baru, padahal sesuatu yang baru itu terkadang mengandung bencana dan musibah.

Maka yang pertama kali hendaknya kalian berada pada tingkatan pertama, yaitu dengan mempelajari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi was sallam karena pada keduanya terdapat petunjuk dan cahaya dan telah mencukupi. Kemudian dengan riwayat-riwayat dari Salaf yang berporos pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam. Kemudian disertai dengan upaya mengokohkan manusia di atas kandungan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi was sallam dalam perkara-perkara akidah dan manhaj, dan itu sangat banyak sekali.

Jadi hendaknya kalian menimba ilmu    darinya (Al-Qur’an, As-Sunnah dan riwayat Salaf) walhamdulillah. Karena sesungguhnya dikhawatirkan terhadap seorang penuntut ilmu jangan sampai dia diculik oleh orang-orang yang pura-pura menampakkan manhaj Salaf, kemudian Allah nampakkan hakekat mereka dan Allah bongkar tujuan busuk mereka.

Hal semacam ini telah banyak terjadi di masa ini. Ada orang-orang yang lahiriyahnya di atas manhaj Salaf, kemudian setelah malam dan hari berganti serta terjadi berbagai peristiwa, tiba-tiba tersingkaplah keadaan mereka. Kita tidak tahu apakah dahulu mereka benar-benar di atas kebenaran dan merasa puas dengan manhaj Salaf?! Ataukah mereka hanya berkedok saja?! Allah saja yang mengetahui hakekat keadaan mereka.

Maka orang-orang yang semacam mereka itu saya berpendapat untuk tidak merasa butuh kepada mereka dan tidak perlu bersedih karena merasa kehilangan mereka dan apa yang telah mereka usahakan. Pada kita ada yang telah mencukupi walhamdulillah.

Hanya kepada Allah saja saya memohon agar mengokohkan kami dan kalian di atas kebenaran serta menjauhkan kami dan kalian dari berbagai fitnah yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya Rabb kita Maha Mendengarkan doa.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Sumber:

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=143439

—-****—-

[III]

ASY-SYAIKH MUHAMMAD BAZMUL HAFIZHAHULLAH

Pertanyaan: Semoga Allah berbuat baik kepada Anda wahai syaikh kami, jika saya memiliki sebagian kitab, risalah, dan kaset orang-orang yang dahulu di atas jalan yang lurus kemudian mereka tersesat jalannya dan para ulama seperti Asy-Syaikh Rabi’, Asy-Syaikh Al-Fauzan, Asy-Syaikh Ubaid dan yang lainnya telah mentahdzir mereka, maka apakah boleh bagi saya untuk mengambil faedah dari kitab-kitab tersebut? Perlu diketahui bahwa saya menjaga hal-hal ini sebelum mereka menyelisihi manhaj yang lurus. Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan. Mungkin bisa saya buatkan sebagai contoh yaitu Ibrahim Ar-Ruhaily dan Yahya Al-Hajury.

Jawaban: Keselamatan merupakan ghanimah. Permasalahan setelah mereka ditahdzir konsekwensinya adalah menjauhi mereka dan meninggalkan mereka agar seseorang tidak kembali merasa kagum dengan mereka dan dengan jalan yang mereka tempuh, karena hal ini bisa mewariskan sikap menjauhi dari jalan As-Sunnah. Engkau juga tentu masih ingat bahwa siapa saja yang meninggalkan sesuatu karena Allah, pasti Allah akan menggantikan untuknya yang lebih baik dari apa yang dia tinggalkan itu. Tinggalkan semua itu dengan meletakkan di tempat tersendiri dan berilah tanda dengan penamu bahwa bahwa semua itu adalah milik para ahli bid’ah, agar orang yang menjumpainya diantara kitab-kitabmu yang lain di perpustakaanmu tidak tertipu dengannya.

Ingat juga bahwa hal yang menyebabkan Abu Dzar Al-Harawy mengikuti Asy’ariyah karena dia menyaksikan gurunya yaitu Ad-Daruquthny sangat memuliakan dan menghormati Al-Baqilany.

Sumber:

http://www.bazmool.com/fatawa/الاستفادة-من-كتب-من-كان-على-الجادة-ثم-انحرف

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=143439

—-****—-

[IV]

ASY-SYAIKH AHMAD BAZMUL HAFIZHAHULLAH

Pertanyaan: Orang yang dahulu di atas manhaj lalu dia menyimpang, apa hukum membaca kitab-kitabnya dan mendengarkan kaset-kasetnya?

Jawaban: Saya katakan: Asy-Syaikh Rabi’ telah menjelaskan dalam sebuah fatwa beliau dengan penjelasan yang memuaskan dan mencukupi yang intinya:

1-Kitab-kitab mereka yang lama ditinggalkan, hal itu bukan dikarenakan kitab-kitab tersebut adalah kitab-kitab yang bid’ah dan sesat, tetapi sebagai bentuk hajr (meninggalkan, menjauhi, dan memboikot –pent).

2-Alhamdulillah kita sudah memiliki kitab-kitab para ulama dan kaset-kaset mereka sehingga telah mencukupi dari mereka.

3-Engkau bisa mengetahui bahwa kitab yang ini adalah kitab lama (sebelum penulisnya menyimpang –pent) sedangkan yang ini baru. Tetapi masalahnya orang lain selain dirimu mungkin saja tidak tahu. Maka ketika dia melihatmu mendengarkan kaset seorang yang menyimpang, dia bisa menyangkanya di atas kebenaran.

4-Membaca kitab dan mendengarkan kaset orang yang menyimpang dari kebenaran akan menyebabkan atau menimbulkan perasaan kedekatan di dalam hatimu antara dirimu dengan dia. Oleh karena itulah diantara tujuan menghajr mubtadi’ adalah agar tidak muncul kecintaan antara dirimu dengannya. Karena mungkin saja engkau membaca sebuah ucapannya yang indah lalu engkau terpengaruh sehingga muncullah di hatimu sedikit rasa kedekatan dengannya. Jelas?! Jadi sepantasnya untuk mewaspadainya. Ini juga adalah yang difatwakan oleh Asy-Syaikh Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi’iy rahimahullah.

Sumber:

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=143439

Pertanyaan: Bagaimana menyikapi kitab-kitab dan tulisan-tulisan seseorang yang di atas As-Sunnah kemudian menyimpang?

Jawaban: Tentunya di sini akan kami jelaskan perbedaan antara seseorang yang dahulu di atas As-Sunnah kemudian dia menyimpang dan sampai sekarang dia masih hidup, dengan seseorang yang memiliki kesalahan-kesalahan atau memiliki beberapa penyimpangan yang dia ini termasuk orang-orang yang telah meninggal di masa lalu. Jadi ada perbedaan diantara keduanya.

Jadi siapa saja yang masih hidup dan dia memiliki pengikut dan dia menempuh manhaj tersendiri, maka di sini harus diperingatkan dari kitab-kitabnya yang lalu dan tidak boleh mengambil faedah darinya walaupun di dalamnya ada kebenaran. Walaupun di dalamnya tidak ada kritikan-kritikan sebatas yang kita ketahui, namun selamat darinya, menjauhinya, dan mentahdzirnya –yaitu kita menyampaikan tahdzir terhadap para penulisnya kepada para pemuda– semua ini adalah perkara yang jelas.

Saya sekarang teringat sebuah perkara yang penting; ketika Ali Al-Halaby mentahqiq kitab karya Ath-Thurthusy yang berjudul Al-Hawaadits wal Bida’ yang dia tulis dahulu, yaitu ketika kita masih berbaik sangka kepadanya dan dia masih berjalan di atas manhaj Al-Albany dan masih bersama Masayikh Salafiyun, kemudian dia sekarang menyimpang.

Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah sebagaimana telah diposting di situs sahab.net dalam sebuah makalah telah membantah Ali Al-Halaby berupa kesalahan-kesalahannya yang mencocoki Jahmiyah dan para mubtadi’ yang terdapat di dalam kitabnya tadi. Hal ini termasuk yang menunjukkan kepada kita bahwa sebagian mereka sampai-sampai di dalam kitab-kitab mereka yang terdahulu terdapat penyimpangan, kebathilan, dan kesesatan.

Oleh karena itulah wahai saudara-saudaraku –baarakallahu fiikum– Asy-Syaikh Rabi’, Asy-Syaikh Ubaid, dan yang lainnya selalu mengatakan: “Pada kitab-kitab para ulama telah mencukupi.”

Saya juga ingin mengingatkan saudara-saudaraku dengan mengatakan: sesungguhnya orang-orang yang telah menyimpang itu telah Allah Azza wa Jalla cabut barakah dan kebaikan dari kitab-kitab mereka, jadi tidak butuh kepada mereka dan tidak perlu merujuk kepada mereka.

Adapun seseorang yang terjatuh pada sebagian kesalahan yang dia ini termasuk orang-orang yang terdahulu yang telah meninggal, maka mereka dan kitab-kitab mereka tidak ditahdzir. Tetapi cukup dengan menjelasan kesalahan mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz, Asy-Syaikh Rabi’, Asy-Syaikh Ubaid atau para ulama lain yang menjelaskan sebagian kesalahan yang para ulama dahulu terjatuh padanya, yaitu pada sebagian penyelisihan dalam masalah akidah. Penjelasan itu mereka sampaikan tanpa memvonis para ulama terdahulu yang salah tersebut sebagai mubtadi’ dan tanpa mentahdzir kitab-kitab mereka.

Sumber:

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=143439

Adobe-PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *