Ilham dari Rabb Semesta Alam
Dalam Memperkuat Pernyataan Terpercaya
Tentang Penipuan & Kedustaan Khalid Al Ghirbani & Situs Aloloom
Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah, keluarga, para shahabat, dan orang-orang yang loyal kepada mereka.
Amma ba’d:
Aku telah merilis sebuah makalah pada hari Rabu tanggal 21 Rabi’ul Awal 1433 H dengan judul:
القول الأمين في بيان ما عند خالد الغرباني من الدجل والكذب المبين
Pernyataan Yang Terpercaya tentang Penjelasan Apa yang Ada Pada Diri Khalid al-Ghirbani Berupa Penipuan dan Kedustaan yang Terang
Dan ini alamat pada situs al-Wahyain as-Salafiyah:
http://wahyain.com/forums/showthread.php?t=2584
Dan ini alamat pada situs al-Mudawwanah as-Salafiyah al-Qahthaniyah:
http://alghtane.blogspot.com/2012/03/blog-post_14.html
(ed-, edisi bahasa Indonesia lihat: http://dammajhabibah.wordpress.com/2012/04/08/kebohongan-dan-kedustaan-al-ghirbani/#more-1054 )
Aku telah menyebutkan dalam makalah di atas sejumlah kedustaan Khalid al-Ghirbani dan aku telah sebutkan sebagian kenyataan yang penting. Kemudian aku teringat sebagian kenyataan yang belum aku paparkan pada makalah di atas, oleh karena itu aku menguatkannya dengan makalah berjudul:
فتح رب العالمين
Terlebih setelah nampak dengan jelas kedustaan Khalid al-Ghirbani, tidak tertutupi lagi oleh debu. Yaitu setelah ia mengedit pembahasannya yang menampakkan penipuan dan kedustaannya. Ia melakukannya setelah mengetahui bahwa Syaikh kami yaitu asy-Syaikh Rabi’ al-Madkhali hafizhahullah marah karena makalahnya yang berjudul:
الوالد العلامة ربيع المدخلي – حفظه الله – يقول لي : انقل عني : انتهت المشاكل بين الشيخ ربيع والشيخ يحيى
“Al-Walid al-‘Allamah Rabi’ al-Madkhali hafizhahullah – mengatakan kepadaku: Sampaikan dariku: Telah selesai permasalahan antara asy-Syaikh Rabi’ dan asy-Syaikh Yahya”
Gambar 1. Screenshot situs Al Oloom tampilkan tulisan pembesarnya, si pendusta Ikhwani Khalid Al-Ghirbani atas nama Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah (ed)
Dan kami mengetahui dari sumber terpercaya bahwa asy-Syaikh Rabi’ mengingkari pernyataan yang disandarkan kepada beliau oleh Khalid al-Ghirbani berupa perkataan dusta. Dan bahwasanya Khalid al-Ghirbani telah mempermainkan pernyataan beliau dan menambahkan padanya sejumlah kata dan ungkapan yang tidak disampaikan oleh asy-Syaikh Rabi’. Khalid al-Ghirbani-pun menyimpangkan ucapan dan memotongnya. Ia juga menyembunyikan, menambahi dan membuat kebohongan. Ini semua ia sampaikan pada redaksi yang pertama kali ia tampilkan sebelum diedit dalam keadaan dirinya di atas puncak ketakutan dan kekhawatiran dari tahdzir baru yang akan dikeluarkan oleh asy-Syaikh Rabi’ tentang dirinya.
Berikut pernyataannya yang belum diedit:
“Segala puji (bagi Allah). Dan aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat dan salam kepada beliau dan kepada keluarganya.
Amma ba’d:
Seusai shalat ‘Isya’ hari Senin tgl 19 Rabi’uts Tsani 1433 H aku mendapatkan kemuliaan dengan bisa berkunjung secara khusus – yang merupakan kunjungan ketiga dalam jangka waktu 2 pekan – kepada yang mulia asy-Syaikh al-Walid al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali di rumah beliau yang dipenuhi dengan kebaikan dan sunnah. Dan aku akan menukilkan berikutnya dengan izin Allah curahan kebaikan-kebaikan yang didapatkan pada semua kunjunganku ini.
Hanya saja pada kunjunganku ketiga aku sengaja menyampaikan pertanyaan kepada ayah dan syaikh kita – semoga Allah menjaga beliau – tentang ulah yang dimunculkan oleh sebagian kalangan pemecah belah dan perusak hubungan antara para ulama yang mereka terbakar oleh persatuan kalimat dan bergabungnya kekuatan. Terkhusus mereka kalangan yang menukilkan perkataan para ulama dan menyebarkannya tanpa merujuk kepada para ulama itu.
Di antaranya adalah berita yang disebarkan mengatasnamakan beliau yang muncul dari sebagian orang-orang yang bertujuan buruk bahwa beliau menuduh Fadhilatu Syaikhina dan Muhaditstsina asy-Syaikh Yahya bin ‘Ali al-Hajuri bahwa beliau seorang Haddadi, dan bahwasanya sebagian pelajar di Dammaj tergolongan sebagai sekte Haddadiyah. Mereka meyakini bahwa apa yang telah terjadi dan sedang terjadi pada hari-hari ini berupa hubungan baik antara dua syaikh (asy-Syaikh Rabi’ dengan al-Hajuri-pen) hanyalah sebagai bagian dari kaidah mengambil maslahat dalam hal menghentikan perselisihan karena sedang menghadapi perang melawan Rafidhah dan juga dalam rangka membela Dammaj.
Lalu aku bertanya kepada beliau (asy-Syaikh Rabi’-pen) tentang ini semua. Dan beliau menjawab:
انقل عني بأن هؤلاء كذابون ، والذي يقول هذا كذاب
Nukilkanlah dariku bahwa orang-orang itu pendusta. Orang yang mengatakan seperti itu adalah pendusta.
Beliau juga mengatakan:
قل لهم : الشيخ ربيع يُكذِّب من يقول هذا الكلام، وانتهت المشاكل بين الشيخ ربيع والشيخ يحيى، وإلى الأبد، وعلى رغم أنوف الحاقدين والحاسدين ا هـ
Sampaikan kepada mereka: asy-Syaikh Rabi’ mendustakan orang yang mengatakan perkataan di atas. Dan telah selesai perselisihan antara asy-Syaikh Rabi’ dan asy-Syaikh Yahya, untuk selama-lamanya, meskipun hidung para pendengki dan orang-orang hasad harus merugi. Selesai penukilan.”
Tautan data: http://www.reeem.info/upload/download.php?id=1078
Setelah ditampilkannya penjelasan dusta dari Khalid al-Ghirbani ini, ada salah seorang saudara kita yang mulia yang menghubungiku. Ia berasal dari salah satu propinsi di Yaman. Ia menyampaikan berita kepadaku bahwa sebagian murid asy-Syaikh Rabi’ menyampaikan berita kepadanya bahwa asy-Syaikh Rabi’ mengingkari semua kedustaan yang disandarkan kepada beliau.
Kemudian aku menghubungi salah satu saudara kita yang mulia, lalu ia menegaskan kepadaku bahwa asy-Syaikh Rabi sangat marah kepada Khalid al-Ghirbani atas pernyataan-pernyataan kedustaan yang ia sandarkan kepada beliau. Dan bahwasanya Khalid al-Ghirbani telah menyimpangkan pembahasan dan menghilangkan sejumlah kedustaan dan masih membiarkan sebagian yang lain. Dan bahwasanya asy-Syaikh Rabi’ tidak merelakan editan itu serta beliau menginginkan dari Khalid al-Ghirbani (si Pendusta) untuk menukilkan pembicaraan sesuai dengan keadaan yang benar.
Ketika itu pula aku teringat dengan pernyataan Syaikhuna al-‘Allamah al-Imam Rabi’ bin Hadi al-Madkhali – hafizhahullah -:
“Al-Ghirbani menyingkapkan sendiri keadaannya sebagai seorang Haddadi, Ikhwani dan Penyusup. Orang ini adalah Kadzdzab (pendusta). Orang ini al-Madsus (penyusup). Ia Layy (penipu), menyimpangkan perkataanku, menyembunyikan perkataanku, dan mempermainkannya. Ia menukilkan pernyataan tidak pada porsinya. Andaikan ia menukilkan sesuai porsinya, tidak ada orang yang berakal yang akan mengingkarinya. Bahkan orang-orang yang berakal akan mendukungnya. Si pendusta al-Ghirbani ini, aku sendiri pernah dikunjungi oleh sejumlah orang dari Dammaj dan aku sampaikan kepada mereka: Orang ini (al-Ghirbani-pen) madsus (penyusup). Mereka mengatakan: Wallahi ia dahulu seorang ikhwani. Aku katakan kepada mereka: Orang ini madsus (penyusup), mengapa Yahya tidak mengusirnya dari Dammaj?! Dan mengapa kalian tidak mengusirnya dari Dammaj?! Mereka menjawab: Dia Di Shan’a.”
Tautan rekaman di atas: http://www.reeem.info/upload/download.php?id=1076
Lalu aku katakan dalam diriku: Khalid al-Ghirbani bukanlah orang yang baru-baru ini melakukan kedustaan dalam menukilkan pernyataan dari asy-Syaikh Rabi’. Juga bukan orang yang baru saja menyimpangkan pernyataan beliau dan mempermainkannya. Ia juga menyembunyikan dan memotong-motong serta menambahi apa yang ia nukilkan. Dan tidak pula menukilkan pernyataan beliau sesuai dengan porsinya yang shahih. Inilah kebiasaannya.
Segala puji bagi Allah yang telah menyingkapkan aibnya dan menjelaskan kedustaan serta kebohongannya secara terang-terangan.
Khalid al-Ghirbani si Kadzdzab dan si La’aab mengedit pernyataan dan menghapus sebagian besar ungkapan-ungkapan dusta yang banyak karena takut akan muncul tahdzir lain dari asy-Syaikh Rabi’ tentangnya yang akan ‘menonjok’ kepalanya.
Setelah diedit, Khalid al-Ghirbani mengatakan:
“Segala puji (bagi Allah). Dan aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, semoga Allah senantias mencurahkan shalawat dan salam kepada beliau dan kepada keluarganya.
Amma ba’d:
Seusai shalat ‘Isya’ hari Senin tgl 19 Rabi’uts Tsani 1433 H aku mendapatkan kemuliaan dengan bisa berkunjung secara khusus – yang merupakan kunjungan ketiga dalam jangka waktu 2 pekan – kepada yang mulia asy-Syaikh al-Walid al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali di rumah beliau yang dipenuhi dengan kebaikan dan sunnah. Dan aku akan menukilkan berikutnya dengan izin Allah curahan kebaikan-kebaikan yang didapatkan pada semua kunjunganku ini.
Hanya saja pada kunjunganku ketiga aku sengaja menyampaikan pertanyaan kepada ayah dan syaikh kita – semoga Allah menjaga beliau – tentang ulah yang dimunculkan oleh sebagian kalangan pemecah belah dan perusak hubungan antara para ulama yang mereka terbakar oleh persatuan kalimat dan bergabungnya kekuatan. Terkhusus mereka kalangan yang menukilkan perkataan para ulama dan menyebarkannya tanpa merujuk kepada para ulama itu.
Di antaranya adalah berita yang disebarkan mengatasnamakan beliau yang muncul dari sebagian orang-orang yang bertujuan buruk bahwa beliau menuduh Fadhilatu Syaikhina dan Muhaditstsina asy-Syaikh Yahya bin ‘Ali al-Hajuri bahwa beliau seorang Haddadi, dan bahwasanya sebagian pelajar di Dammaj tergolongan sebagai sekte Haddadiyah. Mereka meyakini bahwa apa yang telah terjadi dan sedang terjadi pada hari-hari ini berupa hubungan baik antara dua syaikh (asy-Syaikh Rabi’ dengan al-Hajuri-pen) hanyalah sebagai bagian dari kaidah mengambil maslahat dalam hal menghentikan perselisihan karena sedang menghadapi perang melawan Rafidhah dan juga dalam rangka membela Dammaj.
Lalu aku bertanya kepada beliau (asy-Syaikh Rabi’-pen) tentang ini semua. Dan beliau menjawab:
انقل عني: قل لهم: انتهت المشاكل بين الشيخ ربيع والشيخ يحيى، وإلى الأبد، والحمد لله ا. هـ
Nukilkanlah dariku: Sampaikan kepada mereka: Telah selesai perselisihan antara asy-Syaikh Rabi’ dan asy-Syaikh Yahya, untuk selama-lamanya, walhamdulillah.” Selesai penukilan.
Tautan nukilan: http://www.reeem.info/upload/download.php?id=1092
Gambar 2. Screenshot pernyataan manipulatif atas nama Asy-Syaikh Rabi’ yang dipropagandakan oleh si pendusta Al-Ghirbani dan situs penipunya, Al Oloom, sebelum diubah dan setelahnya. Perhatikanlah keberanian mereka dalam menipu & mempermainkan segenap kaum muslimin atas nama seorang ulama besar.(ed)
Setelah melakukan perbandingan dua pernyataannya sebelum dan sesudah diedit, kami akan membukakan untuk Anda dengan dalil yang sangat jelas kedustaan-kedustaan Khalid al-Ghirbani dalam nukilan dari asy-Syaikh Rabi’ yang telah diubah-ubahnya:
Kedustaan pertama: dakwaannya bahwa asy-Syaikh Rabi’ meniadakan pernyataan beliau tentang asy-Syaikh Yahya sebagai seorang Haddadi.
Kedustaan kedua: dakwaannya bahwa asy-syaikh Rabi’ mendustakan orang-orang yang menukilkan dari beliau tentang pernyataan beliau bahwa asy-Syaikh Yahya sebagai Haddadi.
Kedustaan ketiga: dakwaannya bahwa asy-Syaikh Rabi’ mendustakan orang-orang yang mengatakan: “Mereka meyakini bahwa apa yang telah terjadi dan sedang terjadi pada hari-hari ini berupa hubungan baik antara dua syaikh (asy-Syaikh Rabi’ dengan al-Hajuri-pen) hanyalah sebagai bagian dari kaidah mengambil maslahat dalam hal menghentikan perselisihan karena sedang menghadapi perang melawan Rafidhah dan juga dalam rangka membela Dammaj.”
Kedustaan keempat: Dakwaannya bahwa asy-Syaikh Rabi’ memintanya untuk menukilkan darinya bahwa beliau berkata:
انقل عني بأن هؤلاء كذابون ، والذي يقول هذا كذاب
Nukilkanlah dariku bahwa orang-orang itu pendusta. Orang yang mengatakan seperti itu adalah pendusta.
Kedustaan kelima: dakwaannya bahwa asy-Syaikh Rabi’ mengatakan:
وعلى رغم أنوف الحاقدين والحاسدين ا هـ
” meskipun hidung para pendengki dan orang-orang hasad harus merugi.”
Semua ungkapan di atas – yang tidak memiliki sumber kebenaran – dihapus oleh si Kadzdzab Khalid al-Ghirbani dari pernyataannya yang setelah mengalami proses editan dan ia menyisakan satu ungkapan yang dinisbatkan kepada asy-Syaikh Rabi, yaitu:
انقل عني : قل لهم : الشيخ ربيع يقول : انتهت المشاكل بين الشيخ ربيع والشيخ يحيى، وإلى الأبد والحمد لله
Nukilkanlah dariku: Sampaikan kepada mereka: Telah selesai perselisihan antara asy-Syaikh Rabi’ dan asy-Syaikh Yahya, untuk selama-lamanya, walhamdulillah.” Selesai penukilan.
Dan meskipun Khalid al-Ghirbani telah mengedit pernyataan dustanya, asy-Syaikh Rabi’ masih terus meminta si Ghirbani (al-Mihwaiti) untuk mengedit pernyataan beliau sesuai dengan porsinya yang benar tanpa menyimpangkan dan tanpa mempermainkannya, sebagaimana telah sampai berita ini dari salah seorang murid asy-Syaikh al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali – hafizhahullah -. Dan kami menantikan editannya yang kedua dari Khalid al-Mihwaiti agar kami bisa menyingkapkan kedustaannya yang lain.
Orang ini akan berdusta dan berdusta lagi dan tidak malu untuk melakukan kedustaan.
Khalid al-Mihwaiti juga mengedit catatan-catatan para komentator atas pernyataannya karena sesuatu yang dilandaskan pada kebatilan akan menjadi batil pula, akan tetapi ia melakukannya tanpa diiringi taubat, penyesalan, meminta udzur, atau mengakui dosanya.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh saudara kita yang mulia ‘Abdul ‘Aziz al-Badawi – hafizhahullah -: Kami belum pernah mengetahui taubat kalangan Haddadiyah yang taubat itu memenuhi syarat (diterimanya taubat-pen).
Aku katakan: Engkau benar wahai saudaraku yang mulia ‘Abdul ‘Aziz dalam pernyataanmu yang ringkas tentang Haddadiyah yaitu pengikut manhaj yang al-quziz, sebuah kata yang disampaikan dengan dialek orang-orang Aden, maknanya adalah muqazziz (menjijikkan).
Menilik Sebagian Permainan
Pertama: membatalkan dakwaan sebagai pemecah belah yang dimunculkan oleh para provokator dan pemutar balik fakta:
Kalangan murjifun mengatakan:Para pemecah belah itu melakukan upaya perusakan hubungan antara Yahya al-Hajuri dengan para syaikh yang lain.
Aku jawab:
Bertanya kepada para ulama dan masyayikh tentang keadaan seseorang dan tentang celaannya terhadap para kibar ulama, para penuntut ilmu dan para dai ilallah. Juga tentang penyimpangan-penyimpangan aqidah dan manhaj yang muncul darinya dan menyebabkan banyak orang yang tersesat karenanya. (Pertanyaan tentang hal-hal ini-pen) tidak bisa dinilai sebagai upaya memecah belah. Penilaian seperti ini tidaklah diucapkan kecuali oleh orang-orang bodoh lagi dungu.
Adapun orang-orang yang berakal akan mengatakan: “Inilah yang seharusnya dilakukan oleh para penuntut ilmu atau para pencari al-haq.” Yaitu bertanya kepada para ulama tentang permasalahan seperti ini sehingga mereka akan memberikan arahan yang shahih dan memberikan petunjuk kepada perkara yang seharusnya dilakukan.
Allah Jalla Jalaluh berfirman:
أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ كَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ
Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (setan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya? (QS. Muhammad:14)
Lalu kalian para murjifun (ahli kasak kusuk-pen) pernyataan yang muncul dari keadaan/sikap kalian adalah:
مَا أُرِيكُمْ إِلَّا مَا أَرَى وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلَّا سَبِيلَ الرَّشَادِ
Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar”. (QS. Ghafir:29)
Tidaklah kalian berkeinginan kaum muslimin memiliki hubungan dengan para ulama yang terpercaya, bersemangat untuk memberikan nasehat, mulia, memiliki keutamaan, memiliki kekokohan dan penuh hikmah. Dan sebaliknya yang kalian inginkan dari mereka adalah mereka berhubungan dengan kalian saja dan syaikh kalian saja. Tidak boleh keluar dari pendapatnya dan tidak pula boleh menerima kecuali ucapannya. Serta tidak boleh pula bertanya tentang sebab-sebab jarh (kritikan/penilaian jelek) tentangnya. Bahkan hendaklah mereka di hadapan syaikh kalian seperti seorang mayit di hadapan orang yang memandikannya.
Kalian mengikatkan bendera wala’ dan bara’ pada diri syaikh kalian. Sehingga siapapun yang mencocokinya pada manhajnya, maka ia adalah seorang ‘Salafi’ yang berjalan di atas jalan besar. Dan siapapun yang tidak mencocokinya, maka ia adalah seorang hizbi, atau seorang Salafi yang memiliki kekaburan, atau seorang jahil. Inilah bentuk hizbiyah yang dibenci andaikan kalian berakal. [1]
Dakwaan memecah belah ini asy-Syaikh al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali – hafizhahullah – telah kalian sifati mereka sebagai pemecah belah umat.
Syaikhuna al-Hajuri – waffaqahullah wa ashlahah – sebagaimana dalam sebuah kaset berjudul: an-Nushhu ar-Rafi’:
“Aku peringatkan kepada asy-Syaikh al-Walid Rabi’ – hafizhahullah wa nafa’ana iyyah – bahwasanya tidak boleh baginya untuk membuat perpecahan antara diriku dengan murid-muridku. Sebagaimana – yang mungkin saja – hal ini (perpecahan-pen) menyakitkan baginya, maka ini juga menyakitiku. Sedangkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri telah bersabda:
وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ مَا يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ
Hendaklah ia mendatangkan kepada manusia dengan perkara yang ia senang untuk manusia mendatangkannya kepadanya.
Sehingga keadaan sebagian orang berziarah kepadanya dan ia membangkitkan serangan kepadaku serta mengatakan: Yang lebih banyak jumlahnya adalah bersama al-‘Adani dan para muridnya, kamu orang utara (maksudnya dari Yaman bagian utara-pen) atau orang selatan (maksudnya dari Yaman selatan-pen), dan apakah kamu ta’ashub kepada al-Hajuri, atau pernyataan yang senada dengan ini. Padahal yang menziarahinya adalah dari kalangan muridku, sama saja apakah ia Hamzah al-Jazairi yang pernah tinggal bersamaku selama tujuh tahun – atau lebih dari itu -. Ia belajar perkara-perkara agama Allah di tempat ini (di Darul Hadits Dammaj-pen). Lalu ia berziarah kepada asy-Syaikh Rabi’ dengan sekali kunjungan saja, asy-Syaikh Rabi’ juga mau duduk dengannya. Dan ternyata Hamzah al-Jazairi – semoga Allah memperbaikinya – yang semula sangat menghormati kami, dan kami – juga – tidaklah ada yang sampai kepadanya kami kecuali kebaikan-, ia bersama sejumlah orang kembali dan mengatakan: Belajar di Dammaj perlu dipertimbangkan. Dan al-Hajuri sendiri seorang yang padanya ada kejanggalan!
Lalu apakah boleh – wahai saudara-saudaraku, wahai orang-orang yang berakal dan kaum muslimin?
“Barang siapa yang membuat seorang wanita berani menipu suaminya atau membuat seorang budak berani menipu tuannya maka ia bukan dari golongan kami. Lalu bagaimana halnya dengan orang yang menanamkan api fitnah (saling benci/saling menyerang-pen) antara dua orang yang bersaudara dan dakwah?”
Kalau demikian maka Imam Ahli Jarh wa Ta’dil, yaitu asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali – hafizhahullah – tidak selamat dari tuduhan kalian sebagai pemecah belah. Juga dengan para ulama Ahlussunnah di Yaman seperti Fadhilatusy Syaikh Muhammad al-Imam, ‘Abdul ‘Aziz al-Bura’i, Muhammad ash-Shaumali, dan ‘Abdullah adz-Dzamari.
Syaikhuna Yahya al-Hajuri pernah ditanya:
هل وصلكم من مشايخ اليمن إعانة في أيام الحصار ؟
“Apakah bantuan dari masyayikh Yaman sampai kepada kalian pada masa-masa pengepungan (yang dilakukan oleh kalangan Huwatsiyiin yang mereka adalah orang-orang Syi’ah Rafidhah-pen)?”
Ia menjawab:
لم يصلني منهم شيء ـ وفقهم الله ـ وأخبرتُ أنهم أرسلوا شيئاً عن طريق بعض طلابنا وإخواننا في الدار ومن كان قصده الخير وأحب أن يتعاون مع طلابي عن طريقي كما يتعاون الناس مع طلابهم عن طريقهم ، وأما مغازلة بعض إخواني وطلابي في الدار فهي محاولة حرشة فاشلة لا جزى الله فاعلها خيراً
“Tidak ada suatu pertolongan pun dari mereka yang sampai kepadaku – waffaqahumullah -. Aku diberi kabar bahwa mereka mengirimkan sesuatu melalui sebagian murid dan rekan-rekanku di Darul Hadits. Dan siapapun yang berkeinginan baik dan senang untuk berta’awun dengan murid-muridku melalui jalanku, sebagaimana orang-orang ingin berta’awun dengan murid-muridnya melalui jalur mereka. Adapun gerakan-gerakan yang dilakukan oleh sebagian rekan dan muridku di Darul Hadits, maka upaya-upaya itu adalah upaya memecah belah yang pasti gagal, semoga Allah tidak memberikan balasan kebaikan kepada pelakunya.”
Fadhilatusy Syaikh telah membantahnya ….
Sumber:
http://wahyain.com/forums/showthread.php?t=2590
bersambung Insya Allah…
Asy-Syaikh Yahya Al-Hajury Berbohong di Siang Bolong?
Catatan kaki:
[1] Inilah contoh yang paling jelas bahwa Asy-Syaikh Yahya benar-benar menjadi tolok ukur Al-Wala wal Baro’ mereka. Pada tanggal 04/10/2011 pukul 05.33 WIB Hasan Fattan menyebarluaskan SMS yang berbunyi: “Sms dr abu fairuz dammaj=”Sy Yahya tlh habisi muh bn hadi.hujan malzamah jg hantam m b hadi dr sy muh amudi,muh suwari(dmj),sy muh mani'(son’a),sy hasan b qosim(ta’iz),ahmad uqbari(madinah).muh b hadi jg bolehkn pemilu.Dia dihantam oleh muh suwari dg malzamah baru.dia hingga tak sanggup bela diri.bgt pula sy robi’.Allohu yahdihima.” (-ed)
Download dalam bentuk:
http://www.4shared.com/office/4p1sma6T/Bukti_Terpercaya_Penipuan-Kedu.html
Artikel terkait:
Inilah Bukti Kebohongan dan Kedustaan Khalid Al Ghirbani (Si Penyusup Ikhwani)