Bukti Terpercaya Tentang Kebohongan dan Kedustaan Khalid Al Ghirbani
الحمد لله رب العالمين ، والعاقبة للمتقين ولا عدوان إلا على الظالمين . والصلاة والسلام على نبينا محمد الصادق الأمين ، وعلى آله وصحبه وسلم تسليماً كثيراً إلى يوم الدين.
وبعد …
Tidaklah aku berkeinginan untuk membantah makhluk ini yang tidak takut diawasi oleh Allah dalam ucapan dan perbuatannya. Hanya saja aku sangat terpaksa membantahnya setelah aku berazam untuk tidak lagi membantah jenis makhluk aneh seperti ini, jenis makhluk yang kebiasaan dendangannya adalah kedustaan, kebohongan, penipuan, dan pemutarbalikan fakta.
Dalam upaya mencegah menyebarnya penipuan, tipu muslihat dan kedustaan Khalid al-Ghirbani [si Penyusup dan seorang Ikhwani] aku menulis lembaran-lembaran ini dengan mengharap dari Allah ‘Azza wa Jalla agar Ia memberikan manfaat dengannya kepada orang yang menelaahnya.
Aku sempat berpaling dari memberikan bantahan kepada orang-orang yang pembohong itu, terlebih pada masa-masa pengepungan (oleh sekte Huwaitsiyin-pen) terhadap Dammaj. Namun bagaimana lagi, sedangkan orang-orang dungu itu telah kembali kepada kedunguannya, para pelaku kenistaan telah kembali kepada kenistaannya, dan para pelaku kejahatan dan kedustaan telah kembali melakukan kejahatan dan kedustaannya. Sehingga kami terpaksa menjelaskan sebagian kedustaan mereka terlebih dengan yang berkaitan dengan kedustaan terhadap Syaikhuna al-’Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali – hafizhahullah -.
Si Penyusup Ikhwani Khalid al-Ghirbani berkata:
” ومن ذلك ما أُشيع عن فضيلته من قبل بعض المغرضين بأنه يرمي فضيلة شيخنا ومحدثنا الشيخ يحيى بن علي الحجوري بأنه حدادي وأن بعض طلاب دماج حدادية، ويزعمون أن ما حصل ويحصل هذه الأيام من خير بين الشيخين إنما هو من باب المصلحة في توقيف الكلام من أجل حرب الرافضة ومن أجل نصرة دماج.
“Di antaranya adalah berita yang disebarkan dari Fadhilatu(sy-Syaikh) dari sisi sebagian kalangan yang memiliki tujuan jahat bahwa beliau menuduh Fadhilatu Syaikhina wa Muhadditstsuna Yahya bin ‘Ali al-Hajuri sebagai seorang Haddadi dan bahwa sebagian pelajar di Dammaj Haddadiyah. Mereka meyakini apa yang telah dan sedang berlangsung pada hari-hari ini berupa hubungan baik antara dua syaikh ini hanyalah sebagai bentuk melakukan mashlahat dalam menghentikan saling menuduh karena menghadapi perang melawan Rafidhah dan dalam rangka memberikan bantuan kepada Dammaj.
فسألت فضيلته عن هذا كله، فقال : (انقل عني بأن هؤلاء كذابون، والذي يقول هذا كذاب)
Lalu aku bertanya kepada Fadhilatu(sy-Syaikh Rabi’) tentang ini semua, lalu beliau mengatakan: Nukilkanlah dariku bahwa mereka adalah para pendusta. Orang yang mengatakan adalah pendusta.
وقال :قل لهم) : الشيخ ربيع يُكذِّب من يقول هذا الكلام، وانتهت المشاكل بين الشيخ ربيع والشيخ يحيى، وإلى الأبد، وعلى رغم أنوف الحاقدين والحاسدين ) اهـ “
Beliau juga mengatakan: Sampaikan kepada mereka: asy-Syaikh Rabi’ mendustakan orang yang mengatakan pernyataan di atas dan telah selesai perselisihan antara asy-Syaikh Rabi’ dan asy-Syaikh Yahya, untuk selama-lamanya. Meskipun merugi mereka para pendengki dan tukang hasad. Selesai penukilan”
Screenshot Isnadnet mempropagandakan pernyataan pimpinan al-Oloom, si Penyusup Ikhwani Khalid al-Ghirbani
Bantahan untuk si Kadzdzab Khalid al-Ghirbani dari berbagai sisi:
Sisi pertama:
Berita yang kamu sampaikan – wahai Khalid – tidak bisa diterima karena kamu seorang yang telah mendapatkan jarh (kritikan) dengan sifat dusta dari sisi Fadhilatusy Syaikh al-’Allamah al-Walid Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah sebagaimana ada dalam rekaman suara beliau, beliau menyatakan:
) الغرباني يكشف من حاله حدادي وإخواني مدسوس هذا كذاب هذا الغرباني هذا المدسوس هو اللي حرّف الكلام وحذف كلامي ولعب فيه وما نقل كلامي على وجهه لو نقله على وجهه ما يستنكره عاقل, بل يؤيده العقلاء كذاب هذا الغرباني وأنا جاءني أمس من دماج ناس فقلت لهم : هذا مدسوس قالوا : والله كان إخواني قلت : هذا مدسوس ليش يحيى ما يطرده ؟!وليش ما تطردونه من دماج ؟! قالوا : هو في صنعاء
“al-Ghirbani menyingkapkan keadaannya sebagai seorang Haddadi dan seorang Ikhwani yang menyusup. Orang ini (Khalid al-Ghirbani-pen) adalah Kadzdzab (pendusta). Si Ghirbani ini adalah Penyusup. Dia seorang yang suka memelintirkan perkataan, ia telah menyimpangkan ucapan dan ia telah menyembunyikan perkataanku dan mempermainkannya. Dia tidak menukilkan ucapanku pada porsinya. Andaikan dia menukilkan ucapanku sesuai porsinya, tidak ada orang yang berakal yang mengingkarinya, bahkan akan mendukungnya. Orang ini (Ghirbani) adalah kadzdzab. Kemarin datang kepadaku sejumlah orang dari Dammaj, aku katakan kepada mereka: Orang ini (Khalid al-Ghirbani) adalah penyusup. Lalu mereka mengatakan: Demi Allah dahulu ia seorang ikhwani. Aku katakan: Orang ini penyusup, mengapa Yahya tidak mengusirnya?! Dan mengapa kalian tidak mengusirnya dari Dammaj?! Mereka menjawab: Dia di Shan’a.
Tautan rekaman di atas: http://www.reeem.info/upload/download.php?down=1076
Dengan demikian Syaikhuna Rabi’ al-Madkhali telah mensifatimu dengan:
1. Haddadi
2. Ikhwani
3. Penyusup
4. Kadzdzab (pendusta)
5. Kamu telah menyimpangkan perkataan
6. Kamu menyembunyikan ucapan beliau
7. Kamu mempermainkan ucapan beliau
8. Kamu tidak menukilkan ucapan beliau pada porsinya
Sungguh telah benar Syaikhuna al-Mubarak Waliduna al-’Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah dalam menjelaskan sifatmu dengan sifat-sifat di atas. Dan beliau masih menilaimu demikian dan belum mencabutnya, tidak dalam rekaman dan tidak pula dengan tulisan. Tidak pula ada dari kalangan tsiqah (orang-orang terpercaya) dan ‘udul (adil) yang menukilkan dari beliau bahwa beliau telah rujuk (mencabut) penilaian beliau terhadapmu dengan sifat-sifat itu.
Dan inilah dirimu wahai Ghirbani, kembali melakukan kedustaan atas nama asy-Syaikh Rabi’, kamu menyimpangkan ucapan beliau dan kamu menyembunyikannya dan kamu mempermainkannya. Kamu juga tidak menukilkan ucapan beliau pada porsinya yang benar. Kalau saja kamu menukilkan ucapan beliau sesuai dengan porsinya yang benar, maka tidak akan ada orang yang berakal mengingkarimu, bahkan orang-orang yang berakal akan mendukungmu. Namun kamu seorang Kadzdzab, wahai Ghirbani. Dan aku akan menjelaskan sedikit terperinci biidznillah sebagaimana akan datang pada konteks pembahasan ini.
Sisi kedua:
Orang-orang yang menukilkan dari Syaikhuna al-’Allamah al-Walid Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah bahwa beliau menyatakan tentang Syaikhuna Yahya al-Hajuri – semoga Allah memberikan taufik, memperbaiki, dan memberikan petunjuk kepadanya – sebagai Haddadi, orang-orang yang mendengar pernyataan ini secara langsung dari Fadhilatusy Syaikh al-’Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah wa ra’ah, lalu mereka menukilkan (menyampaikan)nya kepada murid-murid mereka adalah sejumlah ulama yang mulia dan para syaikh yang mulia, ‘udul, tsiqat dan dipersaksikan kewaraan mereka, keadilan dan amanah mereka. Mereka juga mendapatkan tazkiyah (rekomendasi) dari para ulama dan pemilik keutamaan. Mereka adalah:
1. Asy-Syaikh al-Fadhil an-Naqid al-Bashir Abu Dzar bin Yahya al-Bura’i hafizhahullah
Rekaman suara beliau telah kalian sebarkan sendiri dalam situs ‘al-oloom’ – ketika kalian menyerang asy-Syaikh Rabi’-. Dalam rekaman suara itu asy-Syaikh al-Fadhil Abu Dzar ‘Abdul ‘Aziz al-Bura’i – hafizhahullah – berkata: Orang yang menanyakan kepadaku ‘Apakah asy-Syaikh Rabi’ mengatakan: Yahya al-Hajuri seorang Haddadi, maka aku katakan kepadanya: Benar, asy-Syaikh Rabi’ mengatakannya.
Tautan rekaman suara:
http://www.reeem.info/upload/download.php?down=1077
2. Asy-Syaikh al-Fadhil Doktor al-Muhaddits Abu Usamah ‘Abdullah bin ‘Abdurrahim al-Bukhari – hafizhahullah –
3. Asy-Syaikh al-Fadhil Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin Mar’i al-’Adani – hafizhahullah
4. Asy-Syaikh al-Fadhil Abu ‘Abdillah ‘Utsman bin ‘Abdullah as-Salimi – hafizhahullah
5. Asy-Syaikh al-Fadhil Abu ‘Umar Usamah bin ‘Athaya al-’Utaibi – hafizhahullah
6. Asy-Syaikh al-Fadhil Abu ‘Abdillah Ahmad bin Yahya az-Zahrani – hafizhahullah
7. Syaikhuna al-Fadhil Abu Yusuf Musthafa bin Muhammad Mubarram – hafizhahullah
8. Syaikhuna al-Fadhil Abul Harits Muhammad bin Ghalib al-’Amri – hafizhahullah
9. Asy-Syaikh al-Fadhil Abur Rabi’ ‘Arafat bin Hasan al-Muhammadi – hafizhahullah, yaitu ketika beliau mengatakan dalam mudzakarahnya berjudul:
البيان الفوري بالكشف عن فساد أصول وقواعد يحيى الحجوري
Penjelasan yang Cepat tentang Penyingkapan Kerusakan Ushul dan Kaidah (yang dimiliki) Yahya al-Hajuri, juz 2, hal. 22:
وَهناك أصلان مهمان يؤكدان حَدَّادِيَّةَ الرَّجُلِ وَتُبَيِّن صِدْقَ مَا سَمِعْتُهُ مِن الشَّيخ رَبِيع فِيهِ أَنَّهُ حَدَّادِي
Ada di sana dua dasar penting yang menegaskan sifat Haddadiyah orang ini (Yahya al-Hajuri –pen) dan (sekaligus) menjelaskan kebenaran apa yang aku dengar dari asy-Syaikh Rabi’ tentangnya bahwa ia adalah seorang Haddadi
10. Asy-Syaikh al-Fadhil Abu ‘Ali Hani bin Buraik al-’Adani – hafizhahullah –
Semua syaikh yang mulia di atas mendapatkan tazkiyah dari asy-Syaikh al-’Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali – hafizhahullah – dan mereka masih mendapatkan karunia hidup. Barangsiapa yang ingin mencari kejelasan secara langsung maka bisa menghubungi mereka.
Adapun engkau wahai al-Ghirbani kamu telah mendapatkan jarh (penilaian jelek) dari asy-Syaikh al-’Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali dengan delapan kata-kata emas. Di antaranya adalah sifat dusta yang menjadikanmu seorang yang telah rusak ‘adalah (penilaian baik yang ditujukan kepada)mu. Haditsmu, persaksianmu dan periwayatanmu tidak lagi bisa diterima. Kamu sendiri mengetahui bahwa aku mengetahui bahwa asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah menolak untuk memberikan kepadamu ijazah periwayatan dan beliau malah memberikan kepada orang-orang yang kamu sifati secara dusta sebagai orang-orang pendusta dan pemecah belah – semoga kemarahanmu semakin memuncak -. Maka pembawa keutamaan tidak akan memberikan tazkiyah kecuali kepada orang-orang yang memiliki keutamaan, mereka tidak akan memberikan tazkiyah kepada para penyusup dan pendusta sepertimu wahai Ghirbani.
Pertanyaan untuk Khalid al-Ghirbani: Apakah semua para syaikh yang mulia di atas adalah orang-orang pendusta dalam penukilannya dari asy-Syaikh Rabi’ , sedangkan kamu saja sebagai orang yang jujur dalam menukilkan dari beliau?!
Sebagai jawabannya:
Tentu tidak mungkin. Masyaikh itu adalah orang-orang yang dikenal kejujurannya, kewara’annya, ketakwaan, keadilan dan amanahnya.
فأنت صاحب الصفات الثمان الذميمة التي وصفك بها إمام الجرح والتعديل الشيخ العلامة الدكتور أبو محمد ربيع بن هادي المدخلي – حفظه الله – نذكر خمسة منها : (كذاب ، لعاب ، بتار ، محرف ، ما تنقل الكلام على وجهه) وهذا يجعلك مخروم المروءة ساقط العدالة مردود الشهادة غير مقبول في الرواية ، فهم قد سمعوا جرح العلامة الوالد ربيع للشيخ الحجوري بأنه : (حدادي (،وأنت تدَّعي أنَّ الشيخ ربيعاً يكذبهم
Adapun kamu maka telah dikenal siapa dirimu. Kamu adalah pemilik delapan sifat tercela yang Imam Jarh wa Ta’dil asy-Syaikh al-’Allamah Doktor Abu Muhammad Rabi’ bin Hadi al-Madkhali – hafizhahullah – telah mensifatimu dengan kedelapan sifat itu. Kami akan menyebutkan lima sifat itu: Kadzdzab, La’ab, Battar, Muharraf, dan tidak menukilkan pembicaraan sesuai porsinya. Sifat-sifat ini menjadikanmu sebagai seorang yang telah hancur muru’ah dan rusak penilaian ‘adalah bagimu. Juga tertolak persaksianmu dan tidak diterima periwayatanmu. Para syaikh itu telah mendengar jarh dari asy-Syaikh Rabi’ terhadap Yahya al-Hajuri sebagai seorang Haddadi. Sedangkan kamu mengaku bahwa asy-Syaikh mendustakan mereka.
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Datangkan bukti kalian jika kalian adalah orang-orang yang benar.
Dengan demikian kita telah selesai dari pembahasan ini, dan sekarang kita akan berpindah kepada pembahasan berikutnya. Dan kami memohon pertolongan kepada Allah.
Sisi ketiga:
Kegoncangan yang terjadi pada para penulis di situs ‘al-oloom’ serta pertentangan yang terjadi sesama mereka, antara pihak yang mengingkari jarh al ‘Allamah Rabi’ tentang syaikhuna Yahya al-Hajuri sebagai seorang Haddadi; dengan pihak yang menetapkan bahwa al ‘Allamah Rabi’ mengatakannya tetapi telah rujuk darinya!
Perhatikanlah – semoga Allah menjaga kalian – ucapan Khalid al-Ghirbani al-Muhwaiti (al-Yamani) – tinggal di Shan’a:
ومن ذلك ما أُشيع عن فضيلته من قبل بعض المغرضين بأنه يرمي فضيلة شيخنا ومحدثنا الشيخ يحيى بن علي الحجوري بأنه حدادي وأن بعض طلاب دماج حدادية
“Diantaranya adalah berita yang disebarkan tentang yang mulia dari arah sebagian orang yang memiliki misi (buruk), bahwa beliau menuduh syaikhuna dan penyampai hadits kepada kami, yaitu asy-Syaikh Yahya bin ‘Ali al-Hajuri bahwa ia seorang Haddadi dan bahwa sebagian pelajar di Dammaj sebagai kalangan Haddadiyah.”
Hingga ucapan Ghirbani al-Muhwaiti:
فسألت فضيلته عن هذا كله، فقال : (انقل عني بأن هؤلاء كذابون، والذي يقول هذا كذاب( وقال :قل لهم : الشيخ ربيع يُكذِّب من يقول هذا الكلام
“Lalu aku bertanya kepada Fahdhilatu (Syaikh Rabi’) tentang itu semua. Lalu beliau mengatakan: Nukilkan dariku bahwa mereka adalah kadzdzabun (para pendusta). Orang yang mengatakan ucapan di atas adalah kadzdzab”. dan beliau juga mengatakan: “Sampaikan kepada mereka: aas-Syaikh Rabi’ mendustakan orang yang mengatakan perkataan ini.”
Datanglah orang yang suka terburu-buru dan sangat, keterburu-buruannya mendorongnya untuk melakukan kedunguan-kedunguan yang berulang-ulang. Ketahuilah orang itu adalah Muhammad as-Suwari – si penebar rahasia di Yafi’ -. Dalam ta’liqnya pada perkataan al-Muhwaiti ia mengatakan: “Sehingga tidak boleh ada yang mengatakan ini (al-Hajuri seorang Haddadi dan sebagian pelajar di Dammaj Haddadi pula-pen) dan menisbatkannya kepada waliduna asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah setelah munculnya kebaikan ini dan setelah adanya pembelaan yang besar ini kecuali orang-orang yang memiliki tujuan buruk dan penyusup yang ingin mengobarkan api fitnah dan kejelekan di antara para ulama rabbani. Ini menunjukkan bahwa ulama-ulama kita adalah orang-orang yang cepat rujuk kepada al-haq dan tidak peduli (dengan akibat yang akan terjadi-pen). Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada mereka. Betapa banyak – demi Allah – ucapan ini memasukkan pada kalbu kita rasa senang dan kebahagiaan.”
Tautan sumber: http://www.reeem.info/upload/download.php?down=1078
Muhammad as-Suwari ar-Rimi ( seorang da’i! Di Yafi’) pada ucapan di atas menetapkan (pernyataan asy-Syaikh Rabi’ bahwa Yahya al-Hajuri dan sebagian pelajar di Dammad Haddadi-pen), akan tetapi penisbatannya kepada asy-Syaikh Rabi’ maka beliau telah rujuk darinya! Sedangkan si Muhwaiti meniadakan berita ini semenjak dari awalnya sehingga keduanya telah menjerumuskan banyak orang dalam kebingungan! Lalu riwayat siapakah yang akan kita terima?! Apakah riwayat si Muhwaiti yang mungkar atau riwayat ar-Rimi yang lebih mungkar lagi?! Berikanlah faedah (jawaban-pen) kepada kami wahai orang-orang yang berakal.
Sisi keempat:
Khalid si Muhwaiti terpaksa mendustakan Syaikhuna Yahya al-Hajuri – semoga Allah memperbaikinya dan mengembalikannya kepada kebaikan dengan sebaik-baiknya -. Ia juga terpaksa mendustakan dirinya dan banyak anggota situsnya yang tercela. Karena mereka semua menetapkan bahwa asy-Syaikh Rabi’ menyatakan tentang syaikhuna Yahya sebagai seorang Haddadi, yaitu ketika mereka mengobarkan api perang dengan Syaikhuna al-’Allamah Rabi’ al-Madkhali ketika itu dan mereka menyifati beliau sebagai burung gagak yang jelas, pendusta, tukang makar, pemecah belah, pengobar, provokator dakwah, antek-antek pemungutan suara, menghalangi jalan Allah, dan bahwasanya Haddadiyah adalah perbuatan beliau sendiri dan beliau pula yang memunculkannya. Bahkan mereka berdo’a kepada Allah dengan kejelekan bagi asy-Syaikh Rabi’ agar memotong lisannya.
Sekarang al-Ghirbani mendatangkan satu kedustaan baru yang telah menyebar ke berbagai penjuru. Yaitu bahwa asy-Syaikh Rabi’ mendustakan orang yang menukilkan dari beliau bahwa beliau menyatakan tentang syaikhuna Yahya sebagai Haddadi. Celakanya kamu sebagai pendusta yang jahat dan dajjal yang besar, serta berdusta atas nama syaikhuna al-Imam al-’Allamah an-Nahrir.
Apabila kamu lupa maka di sini aku akan mengingatkanmu wahai Muhwaiti:
Syaikhuna al-Hajuri – semoga Allah memperbaikinya dan memberikan teman dekat yang baik, serta memberikan kelurusan kepadanya – mengatakan:
سمعنا كلامًا قبيحًا لعبد العزيز البرعي هداه الله يرميكم فيه يقول: إن الشيخ ربيع يقول بعض الكلام أنهم حدادية أو كذا؛ هل من توجيه؟
“Kami mendengar ucapan yang buruk dari ‘Abdul ‘Aziz al-Bura’i, semoga Allah memberikan hidayah kepadanya, ia menuduh engkau dalam perkataannya itu: Bahwa asy-Syaikh Rabi’ mengatakan pada sebagian pernyataannya bahwa mereka (al-Hajuri dan sebagian pelajar di Dammaj-pen) adalah Haddadiyah atau serupa dengan ini. Lalu bagaimana arahan anda?”
Nukilan di atas adalah teks pertanyaan yang dibacakan oleh asy-Syaikh Yahya. Sedangkan jawabannya sebagaimana terdapat dalam kaset berjudul:
النصح الرفيع للشيخ ربيع
(Jawabannya adalah):
وأذكِّره ببعض الأمور المشهود فيها بشهودٍ عدول، وأنبِّهه على عواقب ما يحصل من هذه النقولات
“Aku memperingatkannya tentang sebagian permasalahan yang telah dipersaksikan oleh para saksi yang adil. Dan aku memperingatkan kepadanya tentang akibat yang akan terjadi dari nukilan-nukilan ini.”
Dalam jawaban ini Syaikhuna Yahya – semoga Allah memberikan karunia taubat kepadanya – menguatkan bahwa asy-Syaikh Rabi’ menyatakan tentang dirinya sebagai seorang Haddadi dengan persaksian dari para saksi yang adil. Lalu apakah yang akan kamu katakan wahai Muhwaiti?!
Juga pernyataan asy-Syaikh Yahya:
وأنصح عبد العزيز – وفقه الله – أن يترك هذا الهذيان، وأن لا يكن بوقًا على الدعوة يُدفع مِن فلان أو مِن غيره، وهذا ليس بنافعه وليس بضائري، وسيضره أكثر، إي والله؛ سيضره أكثر
“Dan aku nasehatkan kepada ‘Abdul ‘Aziz al-Bura’i – waffaqahullah – untuk ia meninggalkan ilusi ini. Dan janganlah menjadi bencana/kedustaan bagi dakwah terdorong oleh si fulan atau yang lainnya. Ini bukan sesuatu yang akan memberikan manfaat baginya dan tidak akan membahayakanku. Bahkan akan lebih banyak membahayakannya. Sungguh demi Allah, akan lebih banyak membahayakannya.”
Juga ucapannya:
ومَن جلس معه تعبئة وشحن، حتى يخرج قلبه مليء عليَّ: حدادي! وعندنا أخونا خليل عنده عدة رسائل من حمزة سمعها من الشيخ ربيع وهو يطعن بهذا الطعن! ووالله؛ لا يستطيعون أن يثبتوا هذا القول، هذا يضرهم أكثر مما ينفعهم، ما يستطيعون أن يثبتوا هذا القول، لا حدادي ولا تبديع من الصعوبة بمكان تبديعنا
“Orang yang duduk-duduk bersamanya akan terpengaruh dan menjadi pendengki hingga mengeluarkan hatinya dengan penuh kebencian kepadaku; (sebagai seorang) Haddadi! Kita memiliki seorang rekan dan seorang teman baik. Ia memiliki sejumlah surat dari Hamzah yang mendengar dari asy-Syaikh Rabi’ dan beliau menyampaikan celaan dengan celaan ini (penilaian asy-Syaikh Rabi’ terhadap al-Hajuri sebagai seorang Haddadi)! Demi Allah, mereka tidak akan bisa menetapkan pernyataan ini. Ini hanya akan lebih banyak membahayakan mereka daripada memberikan manfaat. Mereka tidak akan bisa menetapkan perkataan ini. Tidak Haddadi dan tidak pula membid’ahan(ku). Sangat berat untuk bisa membid’ahkan kami.”
Aku katakan: Dengan demikian saudara kita yang mulia Hamzah bin ‘Aun as-Sufi hafizhahullah – mendengar juga dari asy-Syaikh Rabi’ pernyataan beliau tentang syaikhuna Yahya: seorang Haddadi, dengan pengakuan asy-Syaikh Yahya dan beliau menegaskan bahwa itu semua telah terjadi dan muncul dari asy-Syaikh Rabi’. Dan ia juga sebagai penukil yang kesebelas. Sehingga mengharuskanmu wahai Muhwaiti untuk kamu mendustakan asy-Syaikh Yahya. Lalu apakah yang akan kamu lakukan wahai ‘Abqari yang kamu sendiri telah menjerumuskan dirimu dalam upaya menjegal kebaikan yang kamu ingin kejahatan ini kamu jadikan tanggungan bagi orang lain?
Inilah (lawakan) bagi orang yang ingin menertawaimu:
Meskipun Muhammad as-Suwari ( si Yafi’) yang memiliki sifat kedunguan yang parah, hanya saja dalam hal ini ia lebih berakal darimu wahai Ghirbani. Karena ia menjadikannya sebagai sikap rujuk dari asy-Syaikh Rabi’, bukan sebagai bentuk pengingkaran adanya pernyataan beliau sehingga butuh untuk mengulangi kedustaan di hadapan orang-orang.
Adapun engkau maka kamu telah mendustakannya dengan kedustaan yang sangat besar sekali hingga memenuhi kolong langit. Sangat berat untuk membenarkan kebohonganmu. Berhati-hatilah wahai Khalid, pelan-pelanlah wahai rajul! Mau kemana kamu? Sayangilah dirimu, sungguh kamu telah memayahkan dan melelahkannya.
Aku telah memberikan peringatan dengan arahanmu yang kamu tujukan kepada anggota situs al-oloom, yaitu ucapanmu:
وأتمنى من إخواني في هذه الشبكة أن يضبطوا كلماتهم في التعليق
“Dan aku mengharapkan dari rekan-rekan dalam situs ini untuk memastikan kata-kata mereka dalam ta’liq.”
Dan yang tampak bahwa Muhammad as-Suwari tidak memastikan ta’liqnya sehingga membuatmu terjatuh dalam kesulitan, benar atau tidak wahai Muhwaiti?! Adapun rekan kita yang sangat dekat! Yaitu ‘Ali Jahhaf, maka karena sangat senangnya ia bertakbir lima kali. Dan aku sangka ia akan bertakbir empat kali setelah membaca makalah ini! [yaitu shalat jenazah] karena sangat disayangkan kebahagiaannya mati begitu lahir. Dan pada hakikatnya kebahagiaannya itu adalah kebahagiaannya orang-orang dungu yang hanya terbatas. Semoga Allah membahagiakan umurmu wahai ‘Ali Jahhaf (al-Haji), kamu dan juga Khalid bin Muhammad al-Ghirbani (al-Muhwaiti).
[kedustaan lain] maaf, yang aku maksudkan: sisi lain dari sejumlah sisi yang ada pada Khalid al-Ghirbani al-Muhwaiti (al-Yamani) yaitu:
العلامة محمد بن عبد الوهاب الوصابي يسرق الدجاج ليلاً من ثلاجة مركزه!!
al-’Allamah Muhammad bin ‘Abdul Wahhab al-Wushabi mencuri daging ayam dari lemari es yang ada di pesantrennya!!
Berkata [si mujahid] Khalid al-Ghirbani sebagaimana pada salah satu ta’liqnya pada salah satu rubrik di situs al-oloom dengan judul:
(نموذج ممن حضر محاضرة سماخة !! علامتهم (الوصابي) في مركز الفيوش التجاري)
[Contoh dari orang yang menghadiri ceramah samakhah!! ‘Allamah yang mereka miliki (al-Wushabi) di Pesantren Vyos yang bersifat bisnis):
Bertepatan dengan penyampaian dua ekor kambing, maka ada sebuah kisah yang disampaikan oleh saudara-saudara kita Ahlussunnah di Hudaidah yang tidak mengapa untuk disebutkan di sini sebagai selingan, yaitu:
Ada sebagian orang yang memiliki kelebihan memberikan sedekah berupa dua ekor kambing untuk para penuntut ilmu yang ada di Masjid Samakhah Walid mereka. Sebenarnya al-Wushabi mengajari mereka untuk bersabar menghadapi rasa lapar dan mengajari mereka untuk mendahulukan orang lain. Pihak penanggung jawab bagian dapur menyimpan kedua kambing itu untuk para santri untuk dijadikan sebagai binatang kurban pada hari raya Ied.
Ketika Samakhah Walid mereka mendengar berita (tentang sumbangan dua ekor kambing itu-pen) maka seakan petir yang menyambarnya!!!
Ada dua ekor kambing di masjidku!!
(Sungguh) aku telah dipermainkan!!
Dimanakah penghormatan mereka!!!
Dimanakah pengagungan mereka!!
Tidak ada yang ia lakukan kecuali memanggil penanggung jawab dapur dan pengaduan, bahkan saling membentak dan bahkan saling bergulat!!
Al-Wushabi: Ada dua ekor kambing di sana ?!!!!!!!
Penanggung jawab dapur (PJ-DPR): Memang ada dua ekor kambing saja di sini.
Al-Wushabi: Milik siapa?!! Dari mana! Bagaimana? Dan kapan adanya?
PJ-DPR: Salah seorang dermawan membawanya untuk para santri seperti kurban pada hari Ied.
Al-Wushabi: Tetapi!! Kamu telah mengetahui bahwa sekarang bersamaku ada sejumlah tamu dan butuh untuk diberi hidangan…
Setelah al-Wushabi meminta dengan memelas untuk bisa mengambil dua ekor kambing itu – dan ia seorang ayah (bagi para santri) – maka si PJ-DPR merelakan untuk memberikan setengah ekor saja, sedangkan sisanya diberikan kepada para santri.
Al-Wushabi tidak mau menerima: Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak.
Lalu PJ-DPR merelakan untuk memberikan satu ekor untuk al-Wushabi dan satu ekor lagi untuk para santri.
Sebenarnya sifat qana’ah adalah perbendaharaan.
Namun Al-Wushabi tidak rela dan tidak qana’ah.
Lalu PJ-DPR merelakan setengah ekor untuk para santri dan sisanya untuk sang ayah.
Al-Wushabi: Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak.
Usaha PJ-DPR hanya sia-sia belaka, dan keadaannya adalah: Aku melepas mereka dengan celaan, mereka malah pergi dengan membawa onta. Orang rendahan itu berhasil mendapatkan dua ekor kambing dengan tenang, sedangkan para santri tidak mendapatkan kambing.
Dan PJ-DPR terdiam dalam kesempitan. Lalu ia berpikir dan memperhatikan bagaimana ia akan berbuat. Lalu ia pergi dan mengumpulkan uang untuk membeli ayam bagi para santri. Ia kemudian membeli sejumlah ekor ayam bagi para santri dan meletakkannya di kulkas tanpa digembok, karena dunia penuh dengan keamanan dan kami berada di negeri penuh keimanan.
Pada malam yang gelap gulita …. Samakhah al-Walid turun – dalam keadaan belum puas dengan dua ekor kambing -. Lalu ia mencari, melihat, dan membuka kulkas. Lalu kegembiraan melayang untuk ia menggabungkan ayam-ayam itu dengan dua ekor kambing agar tempatnya bercocok tanam menjadi lengkap dan agar terjadi perdamaian antar para binatang.
Kelembutan Allah masih dicurahkan kepada PJ-DPR. Ia melihat si perampas dua ekor kambing sedang merampas ayam-ayam. Lalu ia bersegera menujunya dan keduanya saling tarik menarik ayam yang memelas, seakan keadaan ayam itu mengatakan: Apakah dua ekor kambing tidak cukup bagimu!!!
Kemarahan penanggung jawab bagian tamu kepada para santri menjadikannya berani merebut ayam dari tangan samakhah dan membawanya lari ke rumah salah seorang rekannya untuk menjaganya dari kerakusan al-Wushabi.
Dan aku tidak tahu apakah PJ-DPR akan dibuntuti oleh para jasus/mata-mata
Sebagian pihak mengatakan kisah ini hanyalah khayalan saja. Namun demi Allah kisah ini adalah benar adanya. Aku membawakannya secara makna. Andaikan kalian mendengarnya dari orang-orang di Hudaidah pasti kalian akan terpingkal-pingkal karena menertawai orang rendahan yang satu ini – semoga Allah memberikan keselamatan kepada kami dan kalian dari kebakhilan dan kerakusannya. Selesai.
Tautan sumber berita: http://www.reeem.info/upload/download.php?down=1079
Kisah dari Khalid al-Ghirbani ini yang ia berani bersumpah dengan nama Allah dalam sebagai kedustaan bahwa kisah ini benar-benar terjadi. Dan anda akan mendapati dalam kisah di atas adanya aroma Ikhwani.
Yang seperti ini tidak lagi menjadi sesuatu yang aneh pada Khalid al-Ghirbani [si tukang sandiwara dan drama] dalam firqah Ikhwanul Muslimin dahulu dan sekarang sedang berkedok dengan Sunnah. Si pendosa ini dahulu memainkan peran Iblis dan peran Yahudi di atas panggung drama pada salah satu pentas Ikhwanul Muslimin. Sekarang ia memainkan peran sebagai seorang Sunni yang cemburu terhadap as-Sunnah.
Kisah “Pencurian Ayam” mirip dengan kisah-kisah Kalilah dan Damnah. Sehingga aku katakan bagi siapa saja yang membenarkan Khalid al-Ghirbani dalam penukilannya yang palsu dari asy-Syaikh Rabi’, maka hendaklah ia membenarkan pertama kali si Khalid Kadzabani dalam kisah pencurian ayam yang dilakukan oleh seorang ulama Sunnah di Yaman di pesantrennya. Baru kemudian membenarkan penukilannya dari asy-Syaikh Rabi’.
Aku mendapatinya sebagai sebuah kesempatan yang tepat untuk menyampaikan di sini sebuah teguran persaudaraan kepada sebagian saudara-saudara kita dari kalangan Ahlussunnah yang telah terbawa oleh perasaan selama masa-masa pengepungan, lalu mulai menukilkan dari si Penyusup Ikhwani Khalid al-Muhwaiti al-Kadzdzab dalam keadaan mereka sendiri mengetahuinya sebagai seorang Kadzdzab, Jahat dan Bodoh, suka mencela ulama-ulama Salafiyin.
Maka aku katakan: Apakah dibolehkan menukilkan dari seorang Kadzdzab? Ini adalah sebuah teguran persaudaraan yang sejujurnya dari seorang saudara yang mencintai saudara-saudaranya.
Aku katakan: Wahai saudara-saudaraku yang mulia, jazakumullah khairan atas kecemburaan kalian dan bantuan yang kalian berikan kepada Dammaj dan para mujahidin di front Kitaf. Akan tetapi saudara-saudaraku yang tercinta, kalian telah salah karena menukilkan dari si Penyusup ini, lalu kalian mencuatkan dan melariskannya dengan besar-besaran. Juga kepada situsnya yang penuh dengan kotoran dan jahat. Sehingga dengan ini tertipulah sebagian orang yang kalbunya lemah dan kalianlah sebagai sebabnya karena kalian menyebarkan perkataan-perkataan si Ghirbani ini dalam situs-situs Salafiyah kalian yang bersih dan jernih.
Wahai saudara-saudaraku yang tercinta di jalan Allah, koreksilah diri kalian. Takutlah kalian kepada Allah dalam saudara-saudara kalian. Aku mengucapkan ini sebagai bentuk kecintaanku kepada kalian dan sebagai nasehat persaudaraan bagi kalian, bukan karena kebencian kepada kalian. Allah mengetahui kami mencintai kalian di jalan-Nya. Akan tetapi kami tidak merelakan perbuatan kalian – barakallahu fikum – karena merupakan kesalahan yang sangat jelas dan gamblang.
Khalid al-Ghirbani mendapati pada pengepungan Dammaj dan perang Kitaf sebuah kesempatan untuk mengkilapkan wajahnya setelah dibuang dan dijauhi oleh Ahlussunnah. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri namun tidak mendapati orang yang menyalaminya atau menjawab salamnya. Sehingga ia mengangankan dinding-dinding itu bisa berbicara lalu ia bisa mengajaknya bicara. Sekarang kalian menjadikannya sebagai seorang pemberani! Mujahid! Dan saudara yang mulia!
Wahai saudara-saudaraku yang mulia, tahukah kalian ketika Khalid al-Ghirbani datang ke front Kitaf, apa yang ia lakukan?!
Ia duduk di belakang markas komando dengan jarak yang sangat jauh dari tempat terjadinya pertempuran. Ia tidak ikut dalam medan tempur hingga kedatangannya itu yang datangnya belakangan sekali. Yaitu setelah saudara-saudara kita para mujahidin mendapatkan kemenangan yang berturut-turut menghadapi para penjahat Huwaitsiyyin dan pihak Hauts yang rendahan itu mulai mundur ke belakang, ketika itulah Khalid al-Ghirbani baru datang sebagai mujahid palsu.
Al-Ghirbani benar-benar mendapatkan ketenaran yang besar di balik pengepungan dan perang Kitaf, yang ditenarkan oleh saudara-saudara kita yang mulia para Salafiyin. Sangat disayangkan sekali. (Mereka memasyhurkannya) berdasar pada niatan yang baik. Akan tetapi aku katakan kepada al-Muhwaiti al-Yamani, ini hanya sekedar ketenaran di dunia, sedangkan yang ada di sisi Allah jauh lebih baik dan kekal.
Khalid al-Muhwaiti al-Ghirbani (al-Yamani) dalam catatannya mengatakan:
(فإنه لم يبق لي إلا أمنية واحدة وأسأل الله سبحانه وتعالى أن أصدقه فيها، وهي أن يرزقني الشهادة في سبيله مقبلا غير مدبر بعد أن تقر عيني بالنصر المبين على الروافض الأنجاس(
“Tidak ada yang tersisa pada diriku kecuali satu-satunya angan-angan. Dan aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menjadikannya sebagai seorang yang jujur dalam angan-angan itu. yaitu semoga Ia memberikan karunia kepadaku berupa syahadah (mati syahid) di jalan-Nya, dalam keadaan maju ke depan, tidak mundur setelah mataku menjadi sejuk karena melihat kemenangan yang jelas atas sekte Rafidhah yang najis itu.”
Dan aku katakan: Jujurlah kepada Allah, pasti Ia akan membenarkanmu. Aku tidak mencela niatanmu. Dan aku berangan-angan kamu jujur dalam niatmu ini, dan permasalahan ini adalah antara dirimu dengan Allah dan Allah mengetahui semua yang tersembunyi.
Dan aku do’akan semoga Allah memberikanmu syahid di jalan-Nya, karena ini merupakan kedudukan yang tinggi.
Akan tetapi wahai Ghirbani aku akan memberikan arahan kepadamu kepada tempat yang benar untuk mendapatkan syahid, yaitu di barisan terdepan di front Kitaf dalam menghadapi Rafidhah dimana saudara kita yang mulia Ahmad bin Muhammad Musyabbah rahimahullah dan saudara kita yang mulia ‘Abdul Fattah al-’Adani rahimahullah terbunuh di sana. Juga selain keduanya dari para pemberani dan para mujahid. Duhai kiranya kamu menjadikan do’a seperti ini dalam keadaan tersembunyi hanya antara kamu dan Rabbmu. Dan kamu sendiri mengetahui pernyataan para ulama dalam urusan seperti ini.
Adapun perkataanmu wahai Ghirbani:
(وليعلم كل أخ سلفي أنني ما كنت يوما من الأيام – بفضل الله – سببا في التحريش والإفساد بين المسلمين فضلا بين أهل العلم بل كنت ولا زلت مفتاح خير مغلاق شر بإذن الله تعالى)
“Hendaklah setiap rekan Salafi mengetahui bahwa aku tidak sehari pun – dengan karunia dari Allah – sebagai sebab perpecahan dan keretakan antara kaum muslimin, di antara ahlul ilmi. Bahkan aku sebagai dan masih terus menjadi pembuka kebaikan dan penutup kejelekan dengan izin dari Allah Ta’ala.”
Aku katakan:
“Benar! Betul betul betul! Wahai Ghirbani kamu benar ! Saudaraku yang baik! Murah senyum! Khaluq(?)! Beradab! Kamu seperti pembawa yang sangat menjaga! Kami tidak pernah mendengar darimu kecuali kebaikan! Kami tidak mendapati darimu kecuali kamu menghormati ulama Salafiyyin! Memuliakan mereka! Mengagungkan mereka! Dan menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka! Kami tidak mengenalmu kecuali sifat jujur! Adil! Penyayang! Penuh kasih sayang! Penuh iba! Menghormati para pembesar! Kamu mengakui hak-hak, kedudukan, dan posisi para ulama kita! Yang kami tahu darimu adalah seorang yang sangat semangat menyatukan kalimat! Dan persatuan barisan! Menghilangkan kekisruhan! Kami tidak melihatmu kecuali seorang yang memberikan maslahat bagi masyarakat! Seorang yang penyayang dan penuh persaudaraan! Kami tidak mendengar darimu kecuali ucapan-ucapan yang baik! Pembicaraan yang bagus! Jauh dari kata-kata kotor! (Jauh dari) masa bodoh! (Jauh dari) lisan yang kotor! (Jauh dari) keji! (Jauh dari) penyimpangan! (Jauh dari) kezhaliman! (Jauh dari) kedustaan! (Jauh dari) dajal! (Jauh dari) membuat kedustaan atas nama Salafiyyin siang dan malam! Saudaraku yang mulia! Khalid al-Ghirbani kami tidak mendapatimu kecuali seorang yang penyabar! Sangat mengharapkan pahala (dari Allah)! Penuh kesabaran menghadapi gangguan! Kamu mampu menanggung beban yang tidak mampu ditanggung oleh gunung-gunung yang kokoh! Kamu tidak membalas untuk kepentingan dirimu! Tidak pula kamu mencari-cari kesalahan selainmu! (Tidak pula) mencari-cari ketergelinciran mereka! (Kamu) saudaraku yang seorang mujahid! Khalid, wahai seorang yang memiliki akhlak yang terpuji! Memiliki keutamaan yang sangat banyak! Aku mengetahui dirimu tidak senang pujian! Kamu seorang yang penuh tawadhu’! Namun inilah hakekatmu, aku ingin manusia mengetahuinya hingga kamu tidak mendugamu dengan kejelekan!
Makalah-makalah yang kamu tampilkan di situsmu yang ilmiyah! Situs al-Oloom! Bukan lagi sebagai situs yang tidak dikenal oleh orang-orang, situs itu penuh dengan motivasi untuk berakhlak mulia! Menghormati para ulama! Tidak kami dapati seorang alim Salafi di situs ilmiyahmu yang tidak kamu puji! Atau tidak kamu muliakan! Benar, wahai saudaraku Ghirbani, kamu seorang yang sudah dikenal dan situsmu juga terkenal, jangan kamu menoleh wahai saudaraku yang pemberani! Sang Mujahid! Kepada pihak-pihak yang membuatmu tidak dipandang atau pihak yang mentahdzirmu! Kamu seorang yang penuh nasehat dan amanah!
Berikut ini hadiah yang sederhana dari saudaramu Abu Waqid:
عجباً لِمَكْرِكَ خالد الغرباني == أَفَلَمْ تَدَعْ شخصيةَ الشيطانِ
Sungguh sangat mengherankan makarmu wahai Khalid al-Ghirbani
Mengapa kamu juga belum meninggalkan kepribadian setan
في مسرحِ الإخوانِ في صنعا أَجَدتْ == دورَ اليهوديْ الغَوَيْ العدواني
Di pentas drama Ikhwan(ul Muslimin) di Shan’a (kamu) membaguskan
Peran seorang Yahudi yang melampaui batas dan penuh permusuhan
واليوم زوراً صِرتَ سُنياً (مَتى؟) == ومجاهداً للرفضِ والحيثانِ
Dan hari ini kamu (dengan penuh kedustaan) menjadi seorang Sunni, (dan kapan itu- dimulai?)
Dan sebagai seorang mujahid yang menghadapi Rafidhah dan Hauts
عجباً وعجباً ثُمَّ عجباً ثالثاً == عجباً لفعلكَ أيها السعواني !
Sangat mengherankan, sangat mengherankan, dan ketiga kalinya sangat mengherankan
Sangat mengherankan perbuatanmu wahai Sa’wani!
(Sa’wan adalah sebuah wilayah di ibu kota Shan’a yang Khalid al-Ghirbani al-Muhwaiti (al-Yamani) tinggal di sana)
Kenyataan-kenyataan peristiwa dan ibrah yang seharusnya untuk disebutkan, diriwayatkan dan disebarkan:
1. Fadhilatusy-Syaikh al-’Allamah Muhammad bin Hadi al-Madkhali menolak menemui Khalid al-Ghirbani:
Ada seseorang yang menelpon asy-Syaikh al-’Allamah Muhammad bin Hadi al-Madkhali – hafizhahullah – untuk meminta izin dan mengadakan pertemuan dengan sejumlah orang dari Yaman untuk berkunjung kepada beliau. Dan melakukan pertemuan khusus bersama beliau. Mereka memberitahukan kepada beliau bahwa Khalid al-Ghirbani akan bersama mereka. Lalu beliau menanyakan kepada si penelpon:
خالد الغرباني صاحب الشبكة
Khalid al-Ghirbani si pemilik situs itu?
Si penelpon menjawab: نعم (ya).
Lalu asy-Syaikh Muhammad mengatakan:
لا أريد أن أرى صورته لا يأتي عندي ولن استقبله
Aku tidak ingin melihat wajahnya, aku tidak ingin ia mendatangiku dan aku tidak akan mau menemuinya.
(Peristiwa ini terjadi beberapa hari setelah masuknya bulan Rabi’uts Tsani 1433 H).
2. Sikap Fadhilatusy-Syaikh Muhammad bin Hadi dari fitnah ghuluw dan senang menjarh di Yaman tidak berubah:
Asy-Syaikh Muhammad – hafizhahullah – belum berubah sikapnya dari fitnah ghuluw dan senang menjarh. Baru-baru ini beliau ditanya oleh sejumlah orang dan dalam beberapa kali majelis:
هل تراجعت عن كلامك في الشيخ يحيى الحجوري؟
“Apakah Anda telah rujuk dari pernyataan Anda tentang asy-Syaikh Yahya al-Hajuri?”
Asy-Syaikh Muhammad menjawab:
أنا قلت فيه بعض الكلمات تديناً ،وإنما سُئِلْتُ : هل تراجعت عن تبديعه ووصفه بالحدادي ؟ فأجبتهم أني لم أبدعه ولم أصفه بالحدادي أصلاً حتى أتراجع عن ذلك
“Aku menyatakan tentangnya dengan sebagian kalimat dalam rangka mengamalkan agama. Dan aku ditanya: Apakah Anda rujuk dari membid’ahkannya dan mensifatinya dengan Haddadi? Maka aku menjawab bahwa aku sama sekali tidak membid’ahkannya dan tidak mensifatinya dengan Haddadi hingga perlu rujuk darinya.”
Aku ingatkan kepada para pembaca tentang pernyataan al-’Allamah Muhammad al-Madkhali yang beliau sampaikan ketika terjadi pengepungan Dammaj, beliau – hafizhahullah – menyatakan:
فنحن نقول هذا ديانةً وإن رددنا على يحيى الحجوري، أو رددنا على فلان، فالرد وبيان الحق باب، ونصرة السنة وأهلها باب آخر
“Kami mengatakannya dalam rangka (membela/menjalankan-pen) agama. Meskipun kami membantah Yahya al-Hajuri atau membantah si fulan, maka sesungguhnya bantahan dan menjelaskan kebenaran adalah bab tersendiri, sedangkan membela sunnah dan para pemegangnya merupakan bab lain lagi.”
Sumber diambil dari rekaman suara yang telah ditulis dan pernyataan berisi nasehat dari al-’Allamah Muhammad al-Madkhali beliau sampaikan sebagai jawaban atas pertanyaan yang disampaikan kepada beliau dari situs Miraath al-Anbiya setelah pelajaran kitab: Mufid al-Anam wa Nur azh-Zhalam di Masjid Bani Salimah di Madinah Munawwarah, pada hari Ahad bertepatan dengan tanggal 3 Dzulhijjah 1432 H.
Setelah al-Akh ‘Abdurrahman al-Umaisan – waffaqahullah – menukilkan dari Fadhilatusy Syaikh Muhammad al-Madkhali pengingkaran beliau bahwa beliau membid’ahkan asy-Syaikh Yahya al-Hajuri dengan kisah yang sama di atas, maka terjadilah idhthirab (kesimpangsiuran) dan pertentangan pada anggota situs al-oloom. Di antara mereka ada yang mengatakan “asy-Syaikh Muhammad al-Madkhali rujuk dari membid’ahkan asy-Syaikh Yahya.” Di antara mereka ada yang mengatakan: Dia tidak rujuk dari membid’ahkannya, bahkan meniadakan pembid’ahan darinya terhadap asy-Syaikh Yahya al-Hajuri, hanya saja dia rujuk dari mensifati asy-Syaikh sebagai orang yang dungu dan lebih parah dari Falih.” Datangkanlah oleh kalian khayalan-khayalan yang lucu dan mereka mulai membicarakan lisan asy-Syaikh. Namun asy-Syaikh Muhammad tidak berbasa basi terhadap kebodohan dalam kedunguan mereka serta beliau meninggalkan mereka dan urusan mereka.
Setelah mereka mensifati asy-Syaikh Muhammad sebagai anak kecil dan tidak memiliki urusan yang perlu disebutkan. Ia hanya seorang doktor dan telah lulus dari Jami’ah Islamiyyah, ia seorang yang penakut, kadzdab, menyifati al-Imam Muqbil al-Wadi’i – rahimahullah – sebagai pengikut Juhaiman! Sedangkan an-Nawawi (beliau nilai) sebagai mubtadi’ dan berakidah Asy’ariyah! Mereka (pengisi situs al-Oloom) mengatakan dia memfatwakan bolehnya mengikuti pemilu bahkan mereka sifati beliau dengan intikhabi (pembela pemilu-pen). Mereka membuat banyak kedustaan batil, di antaranya beliau termasuk para pelari umat dari dakwah Salafiyah dan termasuk penentangnya.
Setelah itu semua, setelah mereka menyangka beliau rujuk dari ucapan beliau tentang asy-Syaikh Yahya, mereka menghapus semua bantahan terhadap beliau. Dan menyifati beliau sebagai al-’Allamah, Mujahid, pembela dakwah padahal beliau tidak butuh kepada tazkiyah dari makhluk-makhluk aneh itu.
Sehingga timbangan yang mereka miliki adalah memancangkan wala’ bara’ pada diri pribadi asy-Syaikh Yahya. Sehingga beres (urusan orang-pen). Tidak akan perbuatan maksiat membahayakan keimanan seseorang apabila telah rujuk dari mengkritik asy-Syaikh Yahya. Padahal ini semua dalam keadaan asy-Syaikh Muhammad bin Hadi tidak pernah rujuk sama sekali sebagaimana telah aku kemukakan, dan tidak pula muncul dari beliau apa yang mereka nisbatkan kepada beliau dari kejahatan itu semua. Hanyalah mereka adalah kaum pembohong.
3. Penjelasan sikap Fadhilatusy-Syaikh al-’Allamah Rabi’ al-Madkhali hafizhahullah:
Waliduna asy-Syaikh al-’Allamah Imam Jarh wa Ta’dil Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah, beliau seorang ayah yang sangat penyayang, sangat antusias untuk menyatukan kalimat dan menghilangkan kabut, serta bersemangat menyatukan barisan. Beliau tidak menghukumi untuk membela dirinya. Perhatikanlah kepada kesabaran beliau menghadapi kejahatan dan perbuatan melampaui batas yang dilakukan oleh kaum itu. Mata beliau mengalirkan air mata karena merasakan sakit ketika terjadi apa yang menimpa saudara-saudara kita di Dammaj selama masa-masa pengepungan oleh sekte Rafidhah Huwaitsiyin terhadap Dammaj. Kalbu beliau senantiasa dipenuhi untuk terus mencari berita tentang Dammaj, memperbanyak do’a untuk mereka. Pada masa-masa itu asy-Syaikh Yahya al-Hajuri diam dan menghentikan celaannya terhadap para Syaikh (Ahlussunnah Salafiyin-pen).
Dan asy-Syaikh Rabi’ sangat memperhitungkan betapa beratnya keadaan yang rumit yang dihadapi Dammaj berupa pembunuhan dan penyiksaan yang dilakukan oleh tangan-tangan Rafidhah. Peperangan di sana (Dammaj) adalah perang antara kekafiran dan Islam. Sehingga yang wajib bagi kita adalah membela ahlul Islam (kaum muslimin).
Lalu asy-Syaikh Rabi’ memulai memberikan arahan kepada asy-Syaikh Yahya dengan arahan-arahan seorang ayah yang lurus. Beliau memberikan untaian-untaian mutiara dan nasehat yang mahal yang mungkin asy-Syaikh Yahya mengambil faedah darinya dan menghentikan celaannya yang berkelanjutan terhadap ahlul ilmi. Padahal ia sendiri belum rujuk dari celaan-celaan itu dan terkadang muncul darinya sindiran dan ejekan akan tetapi tidak separah apa yang ia lakukan sebelumnya.
Asy-Syaikh Rabi’ berkeinginan memegang tangannya dan membantunya untuk rujuk. Dan mungkin terjadi beberapa permasalahan dan perkara antara asy-Syaikh Yahya dan Khalid al-Muhwaiti (al-Yamani) yang menyebabkan Khalid al-Muhwaiti menghapus bantahan-bantahan dan komentar-komentar terbarunya terhadap sebagian masyayikh dan ia menutup sebagiannya serta tidak menampilkan komentar-komentar lamanya. Ini semua bagian dari pengaruh nasehat-nasehat asy-Syaikh al-Walid Rabi’ hafizhahullah. Meskipun si Ghirbani si penyusup menampakkan dirinya (seakan) menyimak nasehat-nasehat itu, pada hakikatnya ia sedang membuat makar bagi dakwah Salafiyah. Namun Allah yang akan membongkar dan menyingkapkan makarnya.
Dan aku berdo’a kepada Allah agar memberikan karunia kepada Syaikhuna Yahya al-Hajuri – hadahullah – berupa taubat dari apa yang muncul darinya berupa sejumlah kesalahan-kesalahan akidah dan manhaj dan dari celaan-celaannya terhadap para ulama Ahlussunnah. Yang seperti ini adalah lebih baik baginya dan Allah akan mengangkat derajatnya. Kami sangat berharap kepada Allah agar memberikan hidayah kepadanya dan memperbaikinya. Serta memberikan rezeki berupa teman dekat yang saleh yang akan membantunya di atas kebaikan dan menjauhkannya dari teman dekat yang buruk seperti Khalid al-Ghirbani, Muhammad as-Suwari, Muhammad al-’Amudi, Kamal al-’Adani, Sa’ud Du’as, dan orang-orang semisal mereka. Mereka itulah orang-orang yang membantunya untuk berbuat melampaui batas, berbuat zhalim dan berbuat jahat. Mereka itulah para pemecah belah.
Di sini akan aku nukilkan sebuah faedah dari perkataan asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah dari jawaban beliau untuk pertanyaan-pertanyaan orang-orang yang ada di Kitaf. Beliau ditanya:
ماذا تنصح الإخوة في جبهات القتال في حال وجود من يلتحق إليهم من المخالفين عن المنهج السلفي؟
“Apakah yang anda nasehatkan kepada saudara-saudara kita di front pertempuran dalam keadaan adanya orang-orang yang ikut serta dengan mereka dari kalangan orang-orang yang menyelisihi manhaj Salafi?”
Dan jawaban yang beliau – hafizhahullah – ucapkan:
يجب عليهم ألا يجعلوا القيادة إليهم، ولا يجعلوا الراية إليهم، ولا يمكنوهم من هذا فيقودوا الناس كما يجب عليهم أيضاً من ناحية ثانية ألا يسمحوا لهم بالكلام في الدعوة إلى باطلهم ونشر بدعهم فإن نصروهم على هذا فحياهم الله، وإن كانوا يستغلون ذلك فلا يسمحوا لهم ولا يتركوهم، لا بد أن تكون القيادة لأهل السنة والإيمان وعسكر الحديث والقرآن، فإذا كان كذلك فنَعْم لا بأس حتى لو قاتلوا، فإنهم في مقابل الرفض أهل السنة بالمفهوم العام، وإن كانوا ليسوا من أهل السنة المحضة فلا بأس، أما إن أرادوا نشر باطلهم فلا، لا بد أن يُحَذَّر أهل الجهاد منهم، فإن ذنوب الجيش أخوف عليهم من عدوهم
“Wajib bagi mereka untuk tidak menyerahkan komando kepada orang-orang itu. Tidak menyerahkan bendera perang kepada mereka. Tidak boleh memberikan kesempatan kepada mereka untuk memegangnya sehingga mereka akan memiliki peluang untuk memimpin pasukan. Sebagaimana pula wajib bagi mereka dari sisi kedua untuk tidak membolehkan mereka berbicara tentang dakwah kepada kebatilan mereka dan penyebaran kebid’ahan mereka. Jika mereka mau membantu di atas syarat ini maka keselamatan dari Allah bagi mereka.
Apabila mereka mengambil kesempatan di sana maka jangan biarkan mereka dan jangan biarkan mereka. Komando harus di tangan Ahlussunnah dan ahlul iman, dan pasukan hadits dan Qur’an. Apabila demikian keadaannya maka bagus, tidak mengapa (mereka bergabung-pen) walaupun mereka ikut berperang/mati. Karena mereka dalam konteks sebagai lawan bagi Rafidhah, maka mereka adalah Ahlussunnah dengan pandangan secara umum walaupun bukan termasuk kalangan Ahlussunnah yang murni. Maka tidak mengapa.
Adapun jika mereka ingin menyebarkan kebatilan mereka, maka jangan diijinkan. Harus memberikan peringatan kepada pasukan jihad dari mereka, karena dosa pasukan lebih ditakuti daripada musuh mereka.”
وهكذا بالنسبة لمن وُصِفَ في الفتنة الأخيرة بـ) : الحدادية (وهم قلة متسلطة وليسوا كثرة هم بمقابل الرافضة أهل سنة بالمفهوم العام وليسوا أهل سنة محضة ، ولعل الله يجعل هدايتهم على يد الشيخ ربيع فهو جزاه الله خيراً بحق إمام رباني وبذل جهوداً يُشْكَر عليها في جمع الكلمة على الحق فنسأل الله أن يوفقه فيما يسعى إليه من الخير وجمع الكلمة ووحدة الصف ولم الشمل
“Demikian pula dengan orang yang disifati dalam fitnah terakhir dengan (Haddadiyah) padahal jumlah mereka sedikit namun berkuasa, jumlah mereka tidak begitu banyak. Mereka dalam konteks sebagai lawan Rafidhah adalah Ahlussunnah dengan pandangan secara umum, dan bukan sebagai Ahlussunnah yang murni. Semoga Allah menjadikan hidayah mereka melalui tangan asy-Syaikh Rabi’. Beliau – jazahullah khairan – benar-benar seorang imam rabbani dan mencurahkan kemampuan yang patut disyukuri dalam penyatuan kalimat di atas al-haq. Kita memohon kepada Allah untuk memberikan taufik kepada Asy-Syaikh Rabi’ – dalam upayanya berupa kebaikan dan mengumpulkan kalimat dan penyatuan barisan serta menghimpun kekuatan.”
4. Terbaliknya timbangan yang mayoritasnya adalah fitnah Rafidhah al-Huwatsiyin:
Subhanallah! Sekarang ‘Abdul Majid az-Zindani, Muhammad Mahdi, ‘Aqil al-Muqthiri, ‘Abdullah bin Ghalib al-Himyari, ‘Abdullah al-Ahdal, Ahmad al-Mu’allim dan selain mereka dari kalangan Hizbiyyun Ikhwaniyyin Quthbiyyin Sururiyyin telah menjadi ulama yang memiliki sikap yang mulia dan patut disyukuri karena semata ada paragraf no.11 dalam penjelasan yang mereka lansir dengan judul:
بيان علماء اليمن بشأن الواجب تجاه البلاد والعباد بعد قيام حكومة الوفاق الوطني
Penjelasan para ulama Yaman tentang Kewajiban dalam kaitannya dengan negara dan rakyat setelah tegaknya pemerintahan Wifaq al-Wathani
Penjelasan dengan judul di atas dilansir dalam situs hizbi bernama:” (منبر علماء اليمن) Mimbar Ulama Yaman”. Penjelasan ini mencakup 20 paragraf yang tidak dikhususkan untuk kondisi Yaman selain juz kedua no. 10. Dan penjelasannya adalah sebagai berikut:
Para ulama mengingkari apa yang terjadi dari pengepungan penuh kezhaliman dan tindakan penuh dosa yang dilakukan pihak Huwaitsiyyin. Pada pengepungan itu telah tertumpahkan darah orang-orang yang tidak berdosa, para pelajar dan para penduduk di desa Dammaj, baik dari kalangan wanita dan anak-anak, serta orang-orang lanjut usia dan juga para pemuda. Sebagaimana berita ini banyak dinukilkan dan diberitakan oleh berbagai media massa, juga dibenarkan oleh pembela HAM yang mengunjungi desa tersebut. Sebagaimana para ulama juga mengingkari kemunduran perangkat negara yang memiliki tanggung jawab ini dari melaksanakan tanggung jawabnya dalam menjaga darah, kehormatan, hak-hak milik, menghadapi para pelaku kejahatan, membuka blokade dan memberikan pertolongan darurat.
Para ulama juga memperingatkan dari berkelanjutannya tindak kejahatan yang bersandarkan kepada seruan-seruan fanatisme kelompok dan kejahiliyahan. Yang inti dari tindakan itu adalah menyalakan api permusuhan dan kebencian, serta menanamkan benih-benih perpecahan kelompok dan fitnah di antara anak-anak negeri Yaman. Kita semua adalah rakyat yang satu, kita disatukan oleh persaudaraan se-Islam, sebagaimana yang Allah Ta’ala firman:
}إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ} الحجرات: 10
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. al-Hujurat:10)
Sebagai penutup penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
Disampaikan oleh Haiah Ulama Yaman, Shan’a
Bertepatan dengan tanggal 30 Muharram 1433 H bertepatan dengan tanggal 26-12-2011
Ditandatangani oleh:
Asy-Syaikh ‘Abdul Majid bin ‘Abdul ‘Aziz az-Zindani
Asy-Syaikh Ahmad bin Hasan al-Mu’allim
Asy-Syaikh Humaid bin Qasim ‘Aqil
Asy-Syaikh ‘Abdul Wahhab ad-Dailami
Asy-Syaikh Muhammad bin Musa al-’Amiri
Asy-Syaikh ‘Ali bin Salim Sa’id Bukair
Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Faishal al-Ahdal
Asy-Syaikh Amin ‘Ali Muqbil
Asy-Syaikh Hasan Muhammad al-Ahdal
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman Qahthan
Asy-Syaikh Ahmad Muqbil bin Nashr asy-Syaikh
Asy-Syaikh Ismail bin ‘Abdu Bari
Asy-Syaikh ‘Abdullah Saif al-Himyari
Asy-Syaikh Dr. Yahya ‘Abdullah al-Asadi
Asy-Syaikh ‘Ali Yahya Sinan
Asy-Syaikh ‘Iwadh Muhammad ‘Iwadh Banajar
Asy-Syaikh ‘Abduh Hijrah (?) al-Ahdal
Asy-Syaikh Muhammad Husain Ismail
Asy-Syaikh ‘Abdul Malik Daud ‘abdusshamad
Asy-Syaikh Dr. ‘Abdurrahman al-Khumaisi
Asy-Syaikh Muhammad Ahmad ‘Abdul Bari ash-Sharami
Asy-Syaikh Musyarraf ’Abdul Karim al-Mihrabi
Asy-Syaikh Dr. Shalih ‘Abdullah adh-Dhabyani
Asy-Syaikh Ahmad bin ‘Ali bin Ahmad Bara’ud
Asy-Syaikh Sa’id bin Sa’id Hizam
Asy-Syaikh Dr. Muhammad Yusuf ar-Rabidi
Asy-Syaikh ‘Aqil bin Muhammad al-Muqthiri
Asy-Syaikh Fadhl bin ‘Abdullah Murad
Asy-Syaikh Murad Ahmad al-Qudsi
Asy-Syaikh Muhammad Ahmad Muhammad Basa’d
Asy-Syaikh ‘Abdullah Muhammad al-hasyidi
Asy-Syaikh Abu Hasan Muhammad ‘ali Syibalah
Asy-Syaikh ‘Arif bin Ahmad bin ‘Ali ash-Shabri
Asy-Syaikh Dr. Haidar bin Ahmad ash-Shafih
Asy-Syaikh Muhammad Salim ‘Ali Baham
Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Ahmad al-Murfadi
Asy-Syaikh Ahmad bin Sulaiman Ahyaf
Asy-Syaikh ‘Ali al-Qadhi
Asy-Syaikh Amin ‘Ali Ja’far
Asy-Syaikh Shalih Salim bin Hulais
Asy-Syaikh Hasan bin ‘Ali az-Zumi
Asy-Syaikh Dr. Shalih Ahmad al-Wa’il
Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Ghalib al-Himyari
Asy-Syaikh ‘Arif Anwar Muhammad
Asy-Syaikh ‘Ali Muhammad ash-Shaghir Yafuz
Asy-Syaikh ‘Abdul Malik bin Yahya at-Taj
Asy-Syaikh Muhammad bin Sa’d al-Hathami
Asy-Syaikh ‘Abdullah Hasan Khairat
Asy-Syaikh Shalih bin Muhammad Bakarman
Asy-Syaikh Hasan ash-Shaghir
Asy-Syaikh Hasan ‘Abdullah asy-Syafii
Asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Ali al-Jaudah
Asy-Syaikh ‘Ali Nashir as-Sami
Asy-Syaikh Jamal ‘Ali Abdullah Abu Bakar
Asy-Syaikh Muhammad Sa’id
Asy-Syaikh ‘Ali Hifzhullah al-Ahnumi
Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Ali ‘Abdullah al-Ghailani
Asy-Syaikh Ibrahim bin Hasan ar-Rami
Asy-Syaikh Shalih bin ‘Ali al-Wadi’i
Asy-Syaikh Ibrahim bin Muhammad Ahmad ‘Abdul Karim
Asy-Syaikh Muhammad ‘Abdul Karim ad-Du’ais
Asy-Syaikh Dr. ‘Umar Mahfuzhu Bajubair
Asy-Syaikh Shalih Muhammad al-Kawali
Asy-Syaikh Jamal bin Nashir
Asy-Syaikh Yahya bin Muhammad Hasyim
Asy-Syaikh Dr. Rasyid Manshur ash-Shabahi
Asy-Syaikh Muhammad ‘Ali al-Hazimi
Asy-Syaikh Dr. Riyadh bin Faraj
Asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Ali Sha’tar
Asy-Syaikh Abul Harits ‘Umar bin Salim Bawazir
Asy-Syaikh Shalih bin Ahmad
Asy-Syaikh Fahd bin ‘ali al-Qasimi
Asy-Syaikh Shalih Yahya Mani’
Asy-Syaikh Muhammad ‘ali Nasyir
Asy-Syaikh ‘Abdul Ilah Hasan ‘Amuh
Asy-Syaikh Dr. ‘Abdul Wahid ‘Abdullah al-Khumaisi
Asy-Syaikh Nazhim ‘Abdullah Bahibarah
Asy-Syaikh Ahmad bin ‘Ali Marhi al-Hajuri
Asy-Syaikh ‘Abdul Basith al-Humaidi
Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Mukmin Muhammad bamukmin
Asy-Syaikh Anwar Ramadhan
Asy-Syaikh Ahmad ‘Ali at-Taribi
Asy-Syaikh ‘Ali ‘Iwadh Bazuhair
Asy-Syaikh Majid bin Muhammad Syubalah
Asy-Syaikh Marwan bin Muhammad Mighlas
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Ismail Muhammad ‘Umar Kadam
Asy-Syaikh Basyir Hamud Ghalib Sanad
Asy-Syaikh Zufar ‘Abdul Mujib
Asy-Syaikh Amin ‘Ali al-Khayyath
Asy-Syaikh Ismail ‘Ali Yahya al-Jarafi
Asy-Syaikh Yusuf Husain ar-Rajmi
Asy-Syaikh ‘Abdul Mannan at-Talabi
Asy-Syaikh Ahmad Hasan Shalih al-Faqih
Asy-Syaikh ‘Ali ‘Abdullah Badi
Asy-Syaikh Ahmad bin Hamd Nasyir
Asy-Syaikh Mas’ud as-Sinfani
Asy-Syaikh Khalid ‘Abdullah ‘Ali
Asy-Syaikh ‘Abduh ‘Ali Muhammad al-Jaddi.
selesai
Dan aku katakan: Ketika aku membaca di situs al-Oloom, aku mendapati sebuah pembahasan berjudul:
كلمة من شيخنا يحيى بن علي الحجوري حول استنكار علماء اليمن لما يجري في منطقة دماج
“Pernyataan dari Syaikhuna Yahya bin ‘Ali al-Hajuri seputar pernyataan pengingkaran para ulama Yaman terhadap apa yang terjadi di desa Dammaj”
Tautan sumber: http://www.reeem.info/upload/download.php?down=1083
Kemudian aku menduga bahwa mereka memaksudkannya dengan ulama Ahlussunnah di Yaman, para pemilik keutamaan: asy-Syaikh al-’Allamah Muhammad al-Imam, asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz al-Bura’i, asy-Syaikh Muhammad ash-Shaumali, asy-Syaikh ‘Abdullah adz-Dzamari, dan syaikh-syaikh yang lainnya.
Namun aku terkejut ketika aku membaca komentar si Penyusup Ikhwani Khalid al-Ghirbani untuk pembahasan di atas ia mengatakan:
Telah berlangsung hubungan denganku dari para ulama itu, dan siapa mereka itu?
Sebagai jawabannya adalah mereka adalah orang-orang yang campur baur itu. dari mereka muncullah penjelasan ini yang mereka mengungkapkan di dalamnya dosa besar yang diarahkan kepada apa yang telah terjadi. Lalu mereka melansir penjelasan ini, meskipun ada ganjalan di dalamnya. Namun penjelasan ini bisa dinilai sebagai upaya yang baik dari mereka.
Yang dimaksud bukanlah para syaikh: Muhammad al-Imam, ‘Abdul ‘Aziz al-Bura’i, ‘Abdullah ‘Utsman, Muhammad ash-Shaumali, dan selainnya. Karena ulama-ulama ini memiliki pandangan yang berbeda dan merupakan pandangan yang ganjil.
Kemudian aku mendownload rekaman suara syaikhuna Yahya al-Hajuri – ‘afahullah ‘anhu wa hadahu -, dan ternyata ia memuji penjelasan para hizbiyyin itu dan ia bacakan di hadapan para santrinya, dan mengatakan:
“Telah dilansir sebuah surat penjelasan dari para ulama Yaman, mungkin kalian telah membacanya. Yaitu sebuah risalah baru. Benar risalah baru, penjelasan dari para ulama Yaman. Pada risalah itu terkandung bahwa apa yang telah disebutkan benar adanya dan jelas. Dan hakikatnya mereka mengungkapkan pandangan mereka kepada kita dengan ikut merasakan kepedihan atas saudara-saudara mereka di sini. Dan yang demikian ini sudah cukup untuk disyukuri. Penjelasan mereka adalah penjelasan yang jelas dalam pembahasannya. Meskipun seperti yang katakan:
يا ابن الكرام لا تدنو تبصر ما قد حدثوك == فما رآءٍ كمن سمع
Wahai anak yang mulia, maukah mendekat sehingga bisa melihat apa yang mereka sampaikan kepadamu
Tidaklah orang yang melihat langsung seperti orang yang mendengar
Apa yang mereka sampaikan masih jauh dari apa yang kita saksian dan kita perhatikan. Akan tetapi yang aku maksudkan adalah apa yang kita lihat dan kita saksikan lebih berat daripada apa yang mungkin tergambarkan pada mereka. Meskipun demikian, ucapan mereka adalah ucapan yang baik, sebuah nasehat yang bagus, juga dalam pembahasannya. Dan ini merupakan salah satu makna dari hadits yang baru saja kita isyaratkan.”
Kemudian asy-Syaikh Yahya pada menit ke 9:44 mengatakan:
هذا بيانهم مشكورين نُشِرَ يوم الثلاثاء السابع والعشرين ديسمبر متى يا إخوان هذه ديسمبر هاه بالأمس يلا ديسمبر قال أخبار اليوم يقول علماء يقول : اسمه عبد الحافظ الصمدي الذي نشره
“Inilah penjelasan mereka, mereka patut untuk disyukuri. Dilansir pada hari Selasa 27 Desember. Kapan itu ya ikhwan. Desember ini kapan hah? Kemarin? Duhai Desember? Kemudian berita hari ini, para ulama mengatakan, yang mengatakan adalah ‘Abdul Hafizh ash-Shamadi yang melansirnya.”
Kemudian asy-Syaikh Yahya membaca teks ucapan mereka yang intinya adalah penjelasan yang berjudul: Bayan Ulama Yaman. Lalu ia memberikan komentar pada sebagian paragraf dan mengatakan pada penghujungnya:
كلام جيد هكذا ؟ واللهِ كلامٌ جيد ويُشْكَرون عليه وإلى هنا بارك الله فيكم
“Ucapan yang baik, bukan begitu? Wallahi ucapan yang baik dan disyukuri. Sampai di sini Barakallahu fikum.”
Tautan sumber: http://www.reeem.info/upload/download.php?down=1084
Aku katakan: Dimana kalian dari penjelasan para ulama Salafiyin di Yaman dan di luar negeri Yaman. Jumlah itu puluhan banyaknya. Kalian meninggalkannya dan tidak mengucapkan terima kasih kepada para pemberi penjelasan itu, bahkan kalian mencela mereka dan mensifati mereka dengan mukhadzilin (penggembos) dan orang-orang yang berbalik ke belakang. Sebagai kebalikannya kalian memuji Hizbiyyin Harakiyyin Quthbiyyin Ikhwaniyyin Sururiyyin, orang-orang yang memerangi dakwah salafiyah. Dan aku sekarang menduga si Ghirbani sedang dalam kegembiraan karena syaikhnya yaitu ‘Abdul Majid az-Zindani sebagai pimpinan para aktifis itu yang disyukuri dan dipuji oleh syakhuna Yahya al-Hajuri – ashlahahullah -:
Periuk mendapatkan tutupnya lalu bisa menutupi
Kalian malah mencela syaikhuna Muhammad al-Imam dan kalian mencela beliau karena satu permasalahan. Dan kalian memuji penjelasan ini yang ada di dalamnya bahwa Rafidhah Hautsah adalah kaum muslimin sebagaimana dalam penjelasan para ulama hizbiyyin ketika mereka mengatakan:
Para ulama juga memperingatkan dari berkelanjutannya tindak kejahatan yang bersandarkan kepada seruan-seruan fanatisme kelompok dan kejahiliyahan. Yang inti dari tindakan itu adalah menyalakan api permusuhan dan kebencian, serta menanamkan benih-benih perpecahan kelompok dan fitnah di antara anak-anak negeri Yaman. Kita semua adalah rakyat yang satu, kita disatukan oleh persaudaraan se-Islam, sebagaimana yang Allah Ta’ala firman:
}إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ} الحجرات: 10
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. al-Hujurat:10)
Aku katakan: Wahai Syaikh kami, Yahya dan para santri syaikh Yahya, bukankah pertempuran yang terjadi di Sha’dah adalah pertempuran antara kekafiran dan Islam?!
Lalu mengapa kalian sekarang berbalik ke belakang dan mencocoki ulama-ulama Hizbiyyin bahwa pertempuran yang terjadi adalah pertempuran antara kelompok muslimin dan kelompok muslimin lainnya. Bagaimanakah kalian menghukumi?
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ * كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. ash-Shaf:2-3)
Dimanakah keadilan dan sikap imbang kalian?!
Dan apakah yang diucapkan sekarang oleh penulis makalah:
السيف الأحمر في الرد على صاحب معبر
Pedang Merah tentang bantahan bagi penguasa Ma’bar
Ataukah ia sedang menakar dengan dua takaran?!
Bahkan Khalid al-Ghirbani al-Muhwaiti (al-Yamani) telah memperlebar pengungkapan rasa syukurnya kepada kalangan yang memusuhi dakwah Salafiyah, sehingga ia menyampaikan ucapan syukurnya kepada barisan al-Qaeda yang beraliran Takfiri dengan mengatakan:
وَقَدْ رَأَيْتُ بَعَض المنْشُورَاتِ لما يُسَمَّى بِتَنْظِيمِ القَاعِدَة يَنصُرُون فِيهَا دَمَّاج، فَجَزَاهُم الله خَيرًا عَلَى غَيرَتِهم
“Dan aku pernah melihat sebagian selebaran yang dikenal dengan jaringan al-Qaeda, dalam selebaran itu mereka membela Dammaj. Sehingga jazahumullah khairan atas semangat pembelaan mereka…”
al-Oloom publikasikan ucapan terimakasih kepada Tandzim Al-Qaeda yang beraliran Teroris Takfiri
Sumber berita: Makalah Khalid al-Ghirbani al-Muhwaiti (al-Yamani) dengan judul:
حَتَّى لا تَخْتَلِطَ أَوَرَاق تَنْظِيمِ القَاعِدَةِ بَأَوْرَاقِ أَهْلِ السُّنَّةِ مِنْ أَجْلِ دَمَّاج
Agar surat-surat dari jaringan al-Qaedah tidak bercampur dengan surat-surat Ahlussunnah karena permasalahan Dammaj.
Makalah ini dilansir di situs al-Oloom.
Screenshot judul tulisan musyrif al-Oloom, Khalid al-Ghirbani al-Ikhwani Madsus yang melansir ucapan terima kasih kepada Teroris Takfiri Tandzim Al-Qaeda
Tautan sumber berita: http://www.reeem.info/upload/download.php?down=1085
Aku katakan:
أقول : أتشكر تنظيم القاعدة التكفيري الإرهابي الذي يسفك دماء المسلمين ويعيث في الأرض فساداً وما مجازر محافظة أبين التي ارتكبوها عنَّا ببعيد وأنت تقول لهم ) : فجزاكم الله خيراً (!
Apakah kamu akan terus menyampaikan terimakasih kepada jarigan al-Qaeda si Takfiri dan Irhabi yang telah menumpahkan darah kaum muslimin dan menebarkan kerusakan di muka bumi. Peristiwa pembantaian di wilayah Abyan yang mereka lakukan belumlah lama kita saksikan, sekarang kamu mengatakan kepada mereka: “Jazakumullah khairan!”
Mengapa kamu tidak mengucapkan untuk al-’Allamah ‘Ubaid al-Jabiri, al-’Allamah Muhammad al-Wushabi, asy-Syaikh Doktor ‘Abdullah al-Bukhari, asy-Syaikh Muhammad al-Imam, dan asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz al-Bura’i hafizhahumullah: Jazakumullah khairan atas semangat pembelaan kalian. Bahkan yang kamu mulai mencela mereka. Al-Wushabi menurutmu adalah pencuri ayam! Al-Jabiri menurutmu seorang yang buta mata dan buta akal, juga seorang dajjal! Sedangkan al-Bukhari menurutmu adalah orang sombong! Al-Bura’i menurutmu adalah seorang balaqi salaqi(?)! (Muhammad) al-Imam (menurutmu) seorang yang lembek! Dan masih banyak lagi para ulamaussunnah yang kamu memakan daging mereka dan kamu mendo’akan kejelekan bagi mereka! Adapun kalangan Ikhwanul Muslimin, Quthbiyyin, Sururiyyin dan al-Qaeda maka kamu sampaikan kepada mereka ucapan syukur dan kamu mendo’akan kebaikan bagi mereka!
حقاً إنَّكَ إخوانيٌ جلد حداديٌ مدسوسٌ – إي والله
Sungguh kamu adalah seorang Ikhwani yang tulen dan seorang Haddadi Penyusup – ya demi Allah-
5. Kemurnian dan kebersihan pada diri Khalid al-Ghirbani, pimpinan situs buih:
Dalam perjalanan Khalid al-Ghirbani yang terakhir kali ke Kerajaan Saudi Arabia, ia pergi dan berkumpul dengan as-Su’aidi di Makkah al-Mukarramah. Dialah yang menjamu di situs Wishal yang Hizbi dan beraliran Quthbiyyah Sururiyah serta memuji ‘Abdul Majid az-Zindani di situs Wishal. Apakah ia teman dekatmu yang Ikhwani itu wahai Khalid al-Ghirbani?! Apakah seperti bagian dari kemurnian dan kebersihan?!
Dan apakah benar ketika kamu berkunjung ke Riyadh, kamu membuat rencana untuk mengunjungi si hizbi Sa’d Buraik bersama sejumlah orang?! Namun karena kamu khawatir tersebar berita maka kamu menggagalkan rencana kunjungan itu?! Kami ingin mendapatkan jawaban yang jelas darimu wahai pemilik (manhaj yang) murni dan bersih! Apakah kamu seorang Salafi di siang hari dan seorang Ikhwani di malam hari?! Atau siapakah kamu wahai Muhwaiti?! Jawablah!
Dan aku kira cukup dengan pembahasan ini.
Aku memohon kepada Allah agar tidak lagi menjadikan terpaksa membantah makhluk-makhluk aneh, asing dan meragukan seperti ini untuk selamanya.
Dan aku memohon kepada Allah agar memberikan karunia kepada kita dan kepada mereka hidayah, serta memberikan taufik kepada kita dan mereka untuk menuju apa yang Ia cintai dan Ia ridhai.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليماً كثيراً إلى يوم الدين والحمد لله رب العالمين .
Ditulis oleh: Abu Waqid ‘Abdullah bin Shalih al-Maghrami al-Qahthani
Aden, Yaman
Hari Rabu 21 Rabiuts Tsani 1433 H, bertepatan dengan 14 Maret 2012
Sumber:
(http://wahyain.com/forums/showthread.php?t=2584)
Sumber: http://dammajhabibah.wordpress.com/2012/04/08/kebohongan-dan-kedustaan-al-ghirbani/
Baca artikel terkait:
Tahdzir Terhadap Yahya Al Hajuri, Abu Turob, dkk
Hajuriyun Haddadiyun Siap Sembelih Ulama’ Salafiyyin!
Awas!!! Bahaya Paham Sesat Hajuriyyun Haddadiyyun
Thoghut Itu… Yahya Al Haddadi Khabits
Antara Al Hajuri dengan Rafidhah bag.1
Hajuriyyun dan Kedustaan Atas Nama Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali
Antara Al Hajuri dengan Rafidhah bag.2
Terjemah Fatwa dan Nasehat Para Ulama’ Terkait Makar Syi’ah Rafidhah di Dammaj
Pembelaan Terhadap Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah
Bimbingan Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri hafizhahullah
Yayasan Dan Markaz Sebab Perpecahan
Benarkah Istilah “USTADZ” Adalah Gelar Ikhwanul Muslimin Untuk Memanggil Da’i atau Penuntut Ilmu?
Jazzakallohu khoiro, atas penjelasan bantahan thd fitnah Al Ghirbani yang sangat gamblang ini, mudah-mudahan mereka sadar dan mau ruju’ ke jalan yang benar. Kalaupun mereka tidak mau ruju’, minimal bantahan ini menjadi jawaban yang memuaskan bagi para pembaca yang tadinya sempat dibuat bingung, baarokalloohu fiik
Jazakallah khair ya akhi atas artikel yang sangat bermanfaat ini, sebelumnya ana bingung, bimbang dan ragu. Namun setelah menlihat penjelasan pada artikel diatas semuanya menjadi jelas. Alhamdulillah, barakallahu fiik
Jazakallah khair kepada al akh Abu Waqid ‘Abdullah bin Shalih al-Maghrami al-Qahthani dan juga kepada tukpencarialhaq yang telah menampilkan bantahan beliau ini, sebuah bantahan yang sangat bermanfaat dalam menyingkap kedustaan khalid al ghirbani yang suka memelintir ucapan syaikh Rabi’ hafizhahullah.
Demikian juga para turobiyyun, dimana ketika disampaikan penjelasan sikap dari para Masyayikh mengenai Syaikh Yahya al Hajuri hadahullah oleh al Ustadz Dzul Akmal mereka langsung membantahnya dan berkilah dengan berbagai kedustaan.
Bukankah dulunya kalian memuji-muji beliau? tapi ketika beliau menyampaikan tahdzir Syaikh Rabi’ dan Syaikh Muhammad bin Hadi al Madkhali, maka kalianpun langsung mengingkarinya, mencacinya dan mencelanya dengan penuh kebencian.
Demikian juga mengenai Yayasan, kalian mencela sana sini yayasan yang didirikan oleh salafiyyin, kalian bawa dengan fatwa Syaikh Usamah Athoya. Lalu ketika ustadz Dzul Akmal bisa melakakukan Teleconference dengan beliau terjawablah syubhat kalian.
Lalu kini apakah kalian akan menendang Khalid Al Ghirbani yang begitu kalian sanjung-sanjung setinggi langit? atau bahkan sebaliknya kalian saling bahu membahu mencari helahnya?
Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada kalian, ruju’ kembali kepada al haq.
Barakallahu fiikum
Bismillah
Ooo ternyata Khalid Ghirbani dulu muridnya Az Zindani.. Pantas dia dikatakan mata-mata ikhwani yang menyusup ketengah-tengah salafiyyin.
Jazakallah khair atas artikelnya, akhirnya kita kembalikan malzamah petir mereka, memetir diri mereka sendiri..
Bismillah
Alhamdulillah جزاك الله خيرا , akhirnya Allah singkapkan si penyusup ikhwani ini. Demikian juga sebagai jawaban atas syubhat yang ditebarkan para fanatikus Syaikh Yahya Al Hajuri yang selalu menjadikan al-oloom sebagai rujukan mereka.
Bismillah
Alhamdulillah, Allahu Akbar, akhirnya Allah singkapkan dan Allah tampakkan rojul dajjal pendusta ini, serta pujiannya kepada tandzhim teroris khawarij Al Qaeda. Masihkah kalian para hajuriyyun, turobiyyun, muhsiniyyun al haddadi terus berkoar-koar dengan paham sesat dan kedustaan kalian?