Yayasan Al Sofwa Dalam Sorotan (2) : Dalam Sangkar Pembelaan Abu Haidar cs

Bismillahirrohmanirrohim. o

Yayasan Al Sofwa Dalam Sorotan (2)
Dalam Sangkar Pembelaan Abu Haidar cs

Semoga shalawat serta salam senantiasa dicurahkan Allah Ta’ala atas Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Beberapa saat lalu di bulan Ramadhan 1430, tiba-tiba kita mendapati kabar burung, yang menyatakan Abu Haidar debat vs Ustadz Muhammad Sewed. Namun perlu diperhatikan, ternyata Abu Haidar As Sundawy takut menyebarkannya.Abu Haidar dalam rekaman menit terakhir yang dibawakan Abu Abdillah a.k.a Abu Aisyah 77, melarang adanya penyebarkan  tanpa izin kepada orang di luar Bandung dan di luar hadirin sekalian.

Abu Haidar berpeluh-peluh untuk membela Al Sofwa dengan mengingkari hubungan Muhammad Surur dengan Muhammad Khalaf. Apakah luput dari perhatian anda, banyak jalan menuju hizbiyyah, lewat Yusuf Qaradhawipun bisa untuk menggelari anda sebagai pembela dana dakwah corong Ikhwani ! Apalagi anda sendiri telah menyatakan dengan gagahnya: “..saya lebih tahu tentang assofwah daripada yang lainnya!” Kalau anda ternyata tidak tahu maka ini adalah mushibah. Dan kalau anda ternyata tahu tetapi tetap bersikukuh membelanya, maka mushibahnya lebih besar dan ini adalah pengkhianatan terhadap ummat!

Abu Haidar di akhir rekaman tsb, menyatakan (kurang lebih) : “… Saya mohon untuk sementara kaset ini jangan disebarkan dulu ke luar Bandung, apalagi sampai ke Degolan, sebelum ana bertemu langsung dengan ustadz Ja’far untuk menjelaskan masalah ini. Agar suasana tidak keruh dahulu, duluan, agar hati mereka tidak panas duluan, sehingga ana kesana dalam keadaan dingin dan mudah-mudahan masih disambut dengan baik dan tidak diusir. Makanya siapapun ikhwan dan akhwat yang merekam disini, atau yang mendengarkan pernyataan saya ini, tidak saya ijinkan menyampaikan dan menyebar luaskan isi kaset ini di luar Bandung, apalagi sampai ke Degolan. Hatta di dalam Bandung, jangan sampai tersebar kecuali yang ada hadir sekarang saja….”[1]  Takutlah engkau wahai Abu Abdillah ternyata Abu Haidar sendiri melarang menyebarkannya bebas, sementara situs archive tidaklah terbatas untuk satu orang, situs scribd dll. Sekali ini dia melanggar titah sang mahagurunya di rekaman tsb.

Tahukah Anda bahwa Yusuf Qardhawi Mufti Al Sofwa ?

Tampak pada Jum’at, 29-5-2009 M, di situs Al Sofwa, ada promosi tentang Sayyid Sabiq (ikhwani) dan tentu saja yang heboh : “… Syaikh Imam Hasan al-Banna dan Syaikh Yusuf al-Qardhawi”. [2] Qaradawi menyapa lagi… pada tanggal 20 September 2007, fatwa dia bertengger manis di situs SiwakZ Al Sofwa. [3]

Tertera juga pada tanggal Kamis, 13 Februari 2009, di situs Siwakz Al Sofwa : “Berita Hot”, jangan salah paham dulu, berita hot di sini maksudnya promosi fatwa Dr. Yusuf Qaradawi. [4]

Saya ingin bertanya kepada pembaca sekalian, apakah bukti-bukti sekelumit (dari sekian banyak bukti otentik hasil buah karya Al Sofwa sendiri yang disimpan dan didokumentasikan dengan rapi oleh para ikhwah Salafiyyin, jazakumullahu khairan) itu cukup untuk menunjukkan bahwa Al Sofwa telah berubah menjelma menjadi lembaga dakwah Salafiyyah?

Apakah kontribusi Abu Haidar terhadap isi Undang Undang Amar Munkar Nahi Ma’ruf Al Sofwa [5] yang berisi kedustaaan terhadap Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi wa Sallam dan Salaful ummah? Sudahkan dia mengingkari dan berupaya keras mengubahnya? Bagaimana pula dengan sikap para da’i kondang lainnya semacam Yazid Jawaz, Abdul Hakim Abdat dll. Apakah mereka tega beralasan demi dana dakwah semata (untuk pembangunan masjid, rumah sakit, ma’had, maktabah, uang saku), sementara mereka tak bisa mengingkari bahwa danaturnya berdiri tegak penuh kesombongan menyebarkan dana dakwah di atas landasan Undang Undang Munkar? Disembunyikan dimana kecemburuan mereka terhadap dakwah Al Haq ini? Subhanallah…memang awalnya berasal dari masalah pendapatan (dakwah), demi samakan pendapat dan ujung-ujungnya juga pendapatan (dakwah). Allahul Musta’an.

Saya tidak ingin menjemukan pembaca dengan memperbanyak serentetan bukti kesalahan Al Sofwa yang lainnya, bagi yang memang menghendaki kebenaran, tentulah lebih dari cukup jika hanya untuk membuktikan bahwa syubhat Abu Abdillah satusalafy tidaklah lebih dari syubhat butut kunomakino, yang sudah usang seperti rekaman Abu Haidar tahun ’98 yang digosok-gosoknya demi menipu umat.

Bukti adalah bukti, tak ternilai harganya karena hampir pasti sulit ditemukan lagi karena sebagian situs hizbi yang menampilkannya telah tidak aktif lagi, sebagian lainnya malah sengaja men-deleted alias menghapus agar tidak bisa ditemukan lagi.

Sekian tahun telah berlalu tanpa ada pengingkaran dari si empunya. Bagaimana si empunya mau mengingkari bukti yang mereka produksi dan tampilkan sendiri? Walaupun setelah di-save lalu dipublikasikan bukti tersebut oleh sebagian ikhwah sebagai bukti, si empunya buru-buru menghapusnya dari situs resminya. Apakah penghapusan bukti kekeliruan hizbiyyah ini merupakan bukti nyata bahwa si dia hendak memperbaiki diri? Ataukah menyembunyikan kejahatannya, agar bisa melempar syubhat baru, agar syubhatnya tidak nampak usang ?

Ini semua adalah bukti kejahatan mereka, jejak-jejak kejahatan hizbiyyah yang mereka buat sendiri merupakan bukti adanya pelaku hizbiyyahnya. Jejak-jejak kuda di padang pasir menunjukkan bahwa ada kuda yang pernah lewat di tempat itu, bukan bualan apalagi hasil khayalan. Jejak-jejak hizbiyyah yang dengannya para ulama dan asatidzah sekian tahun ini telah berupaya untuk memperingatkan umat agar tidak ikut terjerumus bersama mereka.

Terkhusus kepada ustadz Muhammad, jazakallahu khairan telah memperingatkan kami akan bahayanya dakwah Al Sofwa.[6] Peringatan antum sudah sepuluh tahun lebih berlalu, akan tetapi subhanallah kejahatan hizbiyyah Al Sofwa sampai hari inipun masih bisa kita menyaksikan bukti mutakhirnya. Walhamdulillah.

Berapa banyak diantara asatidzah kita yang dulu bersama mereka, Al Sofwa, Ihya’ At Turats beserta jaringannya yang kemudian (SETELAH MENYAKSIKAN BUKTI PENYIMPANGANNYA DAN MENGALAMI SENDIRI KENYATAAN HIZBIYYAHNYA) memutuskan dengan tegas untuk keluar dari jama’ah hizbiyyah tersebut, bergabung bersama para du’at Salafiyyin lainnya dan bahkan berbalik menerangkan hakekat hizbiyyah yang ada sampai kemudian muncul di tahun 2009 ini, si Akang Aa’ (Abu Abdillah a.k.a Abu Aisyah 77)[6a]. Seorang pemuda yang bingung, menemukan sosok usang yang memukau dirinya. Dia tertegun menyaksikan, sebuah rekaman yang tersimpan, debu menutupi permukaan, dusta dan talbisat menghiasi perkataan, demi dana dan gaji kami, tuan. Janganlah kamu mengganggu kawan…

Ya, ditemukan seonggok rekaman kuno berupa kesaksian. Tersimpan lantaran malu penuh kedustaan dan kenistaan. Suara Abu Haidar As Sundawi dkk, seakan jawaban “mematikan”, atas berbagai data kejahatan, hizbiyyah yang selama ini dipublikasikan. Cukup dengan kalimat “data usang”, dia mengira tertutup sudah jejak-jejak di tanah lapang, akan kejahatan hizbiyyah sang petualang. Aneh, padahal para dai idaman, hingga sekarang masih bergelayutan, di tangga kehidupan menawan, di atas landasan Undang Undang Dusta Al Sofwa dana ditebarkan, lihatlah wahai pirsawan.

Yang pasti, tidak ada bukti dan qarinah yang bisa dijadikan pegangan bahwa Al Sofwa telah berpaling dari gaya-gaya hizbi. Tak usah kau kibuli, ummat dengan bilang rujuk dan taubat sepenuh hati, bila engkau terus lancarkan perbuatan keji, makar hizbiyyah yang selalu menyeringai. Bukti tetaplah bukti, tetap kokoh berdiri, cermin wajah si hizbi, sampai dia bertaubat memperbaiki diri, serta berlepas diri dari kejahatan hizbinya di masa dini, atau dibawa mati. Nas alullahas salamah.

Syaikh Ubaid Al-Jabiri & Syaikh Ahmad An-Najmi hafidzahumallah Berfatwa dengan Data Usang?

Telah sampai kepada beliau berdua bukti dan penjelasan mengenai sepak terjang Ahmad Surkati dan organisasi Al Irsyad yang didirikannya.

Syaikh Ubaid berkata setelah membaca pertanyaan yang menjelaskan tentang Ahmad As-Surkati dan organisasinya: “Sesungguhnya dari apa yang telah sampai kepadaku dari dokumen yang disebarkan melalui majalah “Adz-Dzakhirah”, maka nampak bagiku secara meyakinkan bahwa organisasi Al-Irsyad yang didirikan oleh seorang yang disebut Ahmad bin Muhammad As-Surkati As-Sudani Al-Anshari adalah organisasi Ikhwaniyyah Siyasiyyah dan bukan diatas Sunnah sama sekali. Namun dia dibangun diatas manhaj organisasi Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al-Banna di Mesir satu kurun masehi yang telah lalu. Oleh karena itu, maka sesungguhnya saya memperingatkan anak-anakku, saudara-saudaraku di Indonesia dan aku mengajak agar jangan mereka berta’awun bersamanya dalam bentuk apapun.Karena sesungguhnya dia bukan salafiyyah walaupun mengaku diatasnya.” (Tanya jawab dengan Syaikh Ubaid pada hari Ahad tanggal 11 September 2005, terekam dalam kaset yang ada pada kami). [7]

Adapun Syaikh Ahmad An-Najmi hafidzahullah Ta’ala yang mengatakan tentang Ahmad As-Surkati, maka beliau menjawab tentangnya: “Dia bukan alim salafi dan bukan pula da’i salafi” (Tanya jawab dengan Syaikh An-Najmi pada hari Sabtu, tanggal 10 September 2005, kasetnya ada pada kami). [8]

Pertanyaan buat si Bingung Satusalafy
Apakah tahdzir Syaikh Ahmad Najmi rahimahullah dan Syaikh Ubaid Jabiri hafidhahullah terhadap Ahmad Surkati pendiri Al Irsyad Al Hizbi[9], penjejak ajaran Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh, mufti yang halalkan lotre Kompeni, tidak berlaku lagi karena berdasarkan bukti-bukti kejahatan Surkati yang dilakukannya puluhan tahun yang lalu sebelum Indonesia merdeka?

Jika demikian, layaklah engkau berbangga diri karena para Ikhwani, Tablighi dan setiap penyeru kesesatan akan menyambut suka cita manhaj barumu bersama Abu Haidar ini, merekalah yang akan meramaikan barisanmu. Jangan kalian bicarakan kejahatan Ikhwanul Muslimin, Ikhwanul Muslimin “telah berubah sekarang ini”, bukankah kesalahan Hasan Al Banna telah berlalu sekian puluh tahun yang lalu? Data yang kalian pakai untuk mentahdzirnya adalah data usang puluhan tahun yang lalu.

Saudaraku sekalian, jangan kaget jika si bingung ini sebentar lagi akan berhelah (dalam persoalan lembaga hizbiyyah) dengan perkataan, tahdzir ulama  itu memakai data usang, dikeluarkan sudah sekian tahun yang lalu sehingga fatwa itu tidak sesuai lagi dengan fiqhul waqi’. Wallahul musta’an.

Demikianlah syaithon akan selalu membisikkan kepada para bala tentaranya syubhat-syubhat butut lainnya, demi tetap tegaknya bendera dakwah hizbiyyah di bawah naungan fulusiyyah. Na’udzubillah minal hizbiyyah.

Syubhat Satusalafy Cukup Renyah
Syahdan, tersebutlah seorang yang bagaikan pungguk merindukan bulan, bagaikan pengagum Laila yang tidak kesampaian. Ajakan persatuan Salafy dimajukan, demi menggandeng Turotsi (penjejak manhaj dan dinar kuwait Ihya At-Turots dkk) dan Anti Turotsi yang wara’ dan zuhud dari gemerlapnya dinar muassasah hizbiyyah yang ditebarkan.

Jelaslah bahwa dia semata hanya terpikat oleh bangunan indah masjid mewah, islamic center  ma’had dan maktabah yang megah, dibangun oleh muassasah hizbiyyah tanpa menoleh pada wabah, atas manhaj yang salah. Abu Abdillah atau Abu Aisyah. Tampil bak pahlawan yang bangun tergugah. Penuh semangat keringat memerah, harta hizbiyyah dijajar merebah, tanpa kecemburuan terhadap hizbiyyah. Demi sebuah asa yang tak mungkin terwujud, entah. Bersatunya para dai agar muncul ukhuwah, antara Salafy yang ramah dengan penjejak dakwah hizbiyyah Turotsiyyah. Bagaimana mungkin ?

Entah berada dimana wujudmu wahai anak nyonyah, atau kusebut wahai siapa wahai nama kunyah. Apa gundah yang menggelisah, sekadar malu tampilkan alamat rumah, ataukah sejumput karakter email yang ramah[10]. Dosakah yang menakuti Abu Aisyah ? Dustakah yang dibawa tanpa berkah. Usul, judul blog dan slogan fesbuk dirubah, SatuSalafy jadi “SatuSofWAH”. Pas untuk sebuah, sosok yang kurang nggenah (Jawa, kurang jelas siapa, red) dan meniti manhaj rendah, yang syubhatnya amat renyah.

Tergerak hati ini membuka, membela nama sang ustadz yang mulia, Muhammad Umar as Sewed jauh disana, lantaran Abu Haidar As Sundawy mencerca, Abu Haidar tiada pernah diketahui nama aslinya ? Guru sembunyi murid lari di kereta, tanpa nama asli tidak apa-apa, sebab manhaj dirinya manhaj dusta, agar tiada resiko apa-apa. Mau bukti ? Baiklah…simak saja.

Situs Al Sofwa resmi bahwa Abu Haidar masih bercokol disana sampai 26 Agustus 2005 yakni sekitar 4 tahun 1 bulan yang lalu dari 28 September 2009[11]. Sementara Abu Haidar mengaku 28 September 2009 bahwa 5 tahun yang lalu sudah lepas dari Yayasan Al Sofwa, artinya sejak sekitar Syawal  1426 H dia sudah cabut dari Al Sofwa berdasar pengakuannya sendiri. Sayang disayang, lidah memang tidak bertulang, entah yang dusta Akang Aa’ atau Abu Haidar atau Al Sofwa, yang pasti bukti menunjukkan bahwa Abu Haidar masih melakukan penampakan pada kegiatan dana dakwah yang dibelanya, Ramadhan 1426H di Al Sofwa.  Ada-ada saja trik dusta Abu Haidar dkk ini, yang sayang tidak kompak dengan situs Al Sofwa dan tidak serta-merta mengubah isi datanya. Simak bukti di gambar 2 dan kedustaan di gambar 3.

Gambar 1. Bukti Ma’had Ali Al Irsyad alias Abu Auf Abdurrahman bin Abdul Karim At Tamimi, Lc, mengundang tamu wakil Al Sofwa (tertulis no urut 109, di daftar peserta daurah ke V tanggal 14 – 18 Februari 2006).[12]

Tampak dalam gambar 1, para tamu Ma’had Al Irsyad, para Turotsi cs, secara resmi masih bekerjasama dengan Al Sofwa di tahun 2006, yakni sekitar 3 tahun 8 bulan yang lalu. Bandingkan dengan pengakuan dusta Abu Haidar, yang menjadi salah satu peserta telah tobat 5 tahun yang lalu, ini masih 3 tahun lho bos.

Terpampang jelas di gambar 2, Abu Haidar masih terlibat dengan Al Sofwa pada tanggal 26 Agustus 2005, 6 Juli 2004. Dan rekan Abu Haidar mengisi di masjid Jami’ Al Sofwa tanggal 27 Juli 2008, masih sekitar 1 tahun 3 bulan yang lalu !

Padahal menurut klaim Abu Abdillah anak buah Abu Haidar di Bandung, setelah dapat info lewat SMS, Abu Haidar tidak lagi di Al-Sofwah sejak 5 tahun lalu. Diinformasikan pada khalayak di halaman utama blog Satusalafy, mestinya bulan September 2004 dia sudah cerai sama Al Sofwa, kalau dia jujur ! Namun dusta itu telah menjadi tujuan !

 Abu Haidar masih terlibat dengan Al Sofwa

Gambar 2. Abu Haidar masih terlibat dengan Al Sofwa pada tanggal 26 Agustus 2005, 6 Juli 2004. Dan rekan Abu Haidar mengisi di masjid Jami’ Al Sofwa tanggal 27 Juli 2008, masih sekitar 1 tahun 3 bulan yang lalu ![13]

 

Gambar 3. Menurut klaim Abu Abdillah setelah dapat info lewat SMS, Abu Haidar tidak lagi di Al-Sofwah sejak 5 tahun lalu. Diinformasikan pada khalayak di halaman utama blog Satusalafy, mestinya bulan September 2004 dia sudah cerai sama Al Sofwa.[14]

Penyegaran Ingatan tentang Yayasan Al Sofwa

Bersyukurlah waktu itu saudara kita Ibrahim, tidak menanggapi mubahalah dari Abu Auf yang mengingkari kerjasama dengan Ihya at-Turots dan Al Sofwa.[15] Abdurrahman at Tamimi  menantang mubahalah atas Uuh Muhdy dkk (termasuk Ibrahim), demi ingkari kerjasama dengan Ihya At-Turots dan Al Sofwa, email diterima pada tanggal 14 Desember 2003.

Apa jadinya bila ditanggapi, sementara th 2006 menurut gambar 1, Abdurahman at Tamimi jelas-jelas undang tamu dari yayasan Al Sofwa dan wakil Ihya Turots sekaligus ! Mubahalah orang yang gelap mata memang tidak perlu ditanggapi, toh bukti menunjukkan bahwa Abdurrahman Tamimi nyata-nyata TERBUKTI BERDUSTA dengan pengakuannya.  Ini juga merupakan bukti bahwa orang yang walaupun telah digelari Syaikh Abu Auf tetapi tidak menjadikan dia merasa malu untuk melakukan kedustaan.

Kembali pada persoalan Akang Aa’, yah, dia menghiasi kebingungannya dengan nama satusalafy, memang ada dua, tiga bahkan lebih personsalafy. Salafysatu (manhajnya), yang ngakusalafy banyak, walau senyatanya cuma mau belahizby. Bermodal kaset rekaman usang tahun 1998, dialog antara Abu Haidar As Sundawi dan ustadz Muhammad As Sewed diputar ulang, digosok-gosoknya agar mengkilat menipu para pirsawan.

Tak lupa akang Aa’pun mengeluarkan jurus menawan, pembelaan dakwah organisasi hizby (tentu saja organisasi yang lebih jahat dari pada Al Sofwa) sumber perpecahan, seraya berucap mengatakan : “Yayasan Atturats kuwait telah banyak memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap dakwah ini, khususnya dakwah salafushalih. Ini diketahui dengan banyak sekali didirikannya masjid-masjid,islamic center,maktabah…[16]

Innalilllah!! Inikah yang dinyatakannya sumbangan yang tidak kecil, khususnya terhadap dakwah salafushalih?  Tentu akan lebih menyentuh hati Depnaker jika akang Aa’ juga  menjelaskan lebih gamblang bahwa banyaknya proyek-proyek Al Turots tersebut benar-benar membantu program penyerapan tenaga kerja dalam mengatasi pengangguran. Berapa banyak para insinyur sipil, arsitektur, para tukang dan kuli bangunan yang terserap menjadi tenaga kerja di proyek-proyek tersebut? Akang, bukankah ini juga sumbangan yang tidak kecil terhadap kantong ? Allahul musta’an.

Para Masyayikh menjadi saksi, syaikh Ayyid Asy Syimari malah telah menggoreskan penanya betapa bahayanya yayasan ini. Tidaklah Ihya’ut Turots masuk  ke sebuah negeri kecuali Salafiyyin di tempat tersebut yang sebelumnya bersatu menjadi tercabik-cabik persatuannya. Karena apa? Apa karena Ihya’ut Turots gigih kuat membela dan melindungi dakwah Salaf dan para da’inya? Tidak, tetapi karena dana yang ditebarkannya!!

Apalah artinya seribu masjid yang mereka bangun bila dibandingkan dengan tercabik-cabiknya ummat Islam di berbagai negeri yang dimasuki oleh dakwah dinar Ihya’ut Turots? Apa artinya bangunan megah nan lengkap fasilitas di dalamnya jika dibandingkan kerusakan manhaj yang ditebarkannya? Tetapi memang… akan tetap senantiasa ada orang-orang yang berbicara tentang bangunan masjid, maktabah, Islamic Center dan berbagai bentuk bangunan indah yang dipolesi oleh Ihya’ut Turots. Dan selalu ini yang bisa mereka katakan.

Justru ini semakin menguatkan keyakinan kita bahwa bukanlah kepada manhaj Ihya’ut Turots selama ini mereka berwala’ (berloyalitas), tetapi kepada dana (masjid, maktabah, Islamic Center dll) mereka berwala’!! Bukankah anda sekalian tidak pernah mendengarkan mereka memaparkan bukti-bukti bahayanya manhaj Ihya’ut Turots? Bagaimana mungkin mereka bisa menunjukkan kesaliman manhajnya, sementara di saat yang sama Ihya’ut Turots malah menunjukkan kebobrokan manhajnya ?

Bukti telah kami ajukan, Al Sofwa jelas banyak terdapat hizbiyyun. Dan Abu Haidar jelas dusta telah berlepas diri dengan Al Sofwa dan kru Al Sofwa sendiri, Abu Qotadah. Setelah itu malah kokoh tersingkap bahwa selama ini Abu Haidar memang hanya bela-belain proyek dana dakwah Al Sofwa tanpa mau ikut bertanggung jawab atas proyek-proyek hitam Al Sofwa lainnya. Dia mau berlepas diri, bahwa hal itu bukan tanggung jawab para ustadz (penadah dana dakwah), tapi tanggung jawab Muhammad Kholaf sendiri selaku “pemilik”. Para ustadz juga tidak tahu (yang diketahui cuma khushushon permasalahan dana dakwah), demikian naga-naganya mereka berpura-pura tutup mata dari duri-duri (baca:bukti-bukti) hizbiyyah donatur dana dakwahnya. Masya Allah.

Bukti-bukti kejahatan Al Sofwa yang terpampang berserakan di depan mata. Tak kuasa mengelak dari bukti kejahatan hizbiyyah yang menggurita. Sekian tahun terkumpul, tanpa sedikitpun bisa membantahnya. Memutuskan untuk mendiamkannya bukan tanda, kebijakan dan kepandaian akal sehat anda, bagaimana mereka membantahnya ? Berkelit lumuri dengan topeng dusta, yang dibesut tahun 1998 untuk senjata. Senjata zadul vs senjata canggih tidak setara, senjata butut alias kadaluarsa bin usang vs senjata era bluetooth yang kekinian pasti joauh beda ….

Saudaraku, kesaksian 10 tahun yang lalu (bahkan lebih), data dan bukti kejahatan  11 tahun yang lalu (bahkan lebih!), bukanlah sesuatu yang akhirnya tahun ini atau tahun depan  atau tahun-tahun berikutnya begitu mudahnya dicampakkan dan direndahkan.  Hendak dijadikan sekedar “data/kesaksian usang”, tanpa nilai tanpa harga! Itu adalah warisan berharga bagi anak-anak kita kelak bahwa bukti-bukti dan jejak-jejak kejahatan hizbiyyah yang terjadi di masa lalu bukanlah semata legenda tanpa bukti nyata, bahkan fakta yang ada realita data otentiknya. Simpanlah erat-erat wahai saudaraku sekalian.

Data dan atau kesaksian yang otentik tersebut justru tetap akan memiliki nilai yang tinggi sampai kapanpun, tak bisa dibeli dengan harga berapapun. Dia telah menjadi bagian dari sejarah bahwa apa yang menjadi pokok persoalan, menjadi pemicu perpisahan, memang benar-benar ada adanya.

Bahwa apa yang telah diperingatkan bahayanya oleh para ulama, dijelaskan makar hizbinya oleh para ustadz tentang kejahatan Al Sofwa bukanlah semata mimpi dan ilusi tanpa bukti. Bukti-bukti dan saksi tersebut benar-benar ada dan nyata, bukan hasil rekayasa, bukan pula hasil olah rasa tetapi memang benar Al Sofwa telah menebar petaka.

Iya, bencana hizbiyyah lewat dana dakwahnya, menebar petaka hizbiyyah lewat situs dakwahnya dan para da’inya. Sampai kemudian datang syetan membisikkan syubhat lainnya, bantahlah dengan mengatakan bahwa bukti-bukti itu adalah data yang telah usang. Padahal lihatlah, orang bingung ini tak beranjak sedikitpun dari tempatnya berdiri dan berteriak (data usang) ternyata juga menembak dengan rekaman usang tahun 1998 yang penuh debu. Dengan telaten dibersihkannya (baca : dipotong sana-sini) dan penuh penuh rasa takjub akan isinya, didengarkannya, lalu berubahlah segalanya bak mendapatkan berlian tak ternilai harganya. Padahal…cuma rekaman usang dengan pernik syubhat demi pertahankan dana dakwah hizbiyyahnya. Allahul musta’an.

Abu Haidar…Abu Haidar…tak kusangka engkau tetap seperti itu, sepuluh tahun lebih hujjah yang dipendam ternyata dirimu lebih cemburu dan cinta dengan dana dan komunitas Al Sofwa. Aku mengira bahwa seorang da’i dan pengagum engkau (yang mengaku berdakwah di atas manhaj Salafushshalih) melakukan pembelaan terhadap Al Sofwa karena manhajnya yang kokoh kuat dalam membela dan menegakkan manhaj Salafushshalih! Akupun mengira bahwa engkau membelanya karena didirikan dan dikendalikan oleh seorang Muhammad Khalaf yang sungguh tidak diragukan lagi pembelaannya dan kegigihannya dalam mengibarkan dakwah Salafiyyah Ahlussunnah! Ternyata engkaupun akui sendiri bahwa Muhammad Khalaf bukan seorang guru, awam, dst,’ kepolosan’ Khalaf engkau jadikan tameng agar kesalahan Al Sofwa menjadi SAH adanya.

Tak kusangka bahwa dari dialogmu dengan ustadz Muhammad itu justru aku dapati ilmu. bagaimana caranya berkelit dan mencuci tangan dari penyimpangan pemberi dana dakwah dan bagaimana pula mempertahankan dana dakwah agar tetap mengalir. Tidak secuilpun ilmu aku dapatkan engkau  menunjukkan bukti bahwa Al Sofwa kokoh kuat tegak berkibar di atas manhaj yang shahih. Na’udzubillah minal Hizbiyyah.

Rekaman Usang vs Fakta Terkini yang Nyata
Berikut langsung saja kita papar beberapa bukti (dari sekian banyak bukti yang tidak mungkin kita tampilkan semuanya di tulisan yang pendek ini) untuk menunjukkan bahwa Abu Haidar punya pemikiran usang, sok berlagak pahlawan yang ingin menunjukkan kemahirannya bersilat lidah demi meyakinkan para pendengarnya bahwa Al Sofwa telah berubah! Benarkah? Atau dia tak lebih dari penyalur dana yang otaknya hanya bertanggungjawab semata dana dakwah saja? Ingat, Abu Haidar telah berbicara hal ini di tahun 1998.

Kita mulai dengan isi manhaj tertulis Al Sofwa, berdusta atas nama salafush shalih, bahwa menyingkap aib dan  mencela mereka (yang menyimpang aqidahnya) bukanlah petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bukan pula teladan dari salaful ummah! [17]

Diatas Undang Undang Amar Munkar Nahi Ma’ruf  inilah Abu Haidar dan teman-temannya bergelayutan, di serambi tumpukan dana Al Sofwa, membela keberadaan dana dakwahnya, tanpa mau bertanggungjawab atas rusak pergaulannya.

Saya tidak tahu, apakah Abu Haidar dkk akan mengatakan bahwa landasan uang sangu (baca:dakwah) para da’i Al Sofwa di atas adalah landasan usang juga? Tetapi memang kalau permasalahan kebutuhan dana (sampai kapanpun!) tidak akan pernah menjadi data yang usang alias no expiry date. Bil fulus, kullu syai’in tembuuus slogannya…

Acara Al Sofwa yang berlangsung pada bulan Juni 1999 M di Mabes al Ikhwani, di tempat bapak Mudzakir Arif (anggota Dewan Syariah PKS, Caleg PKS 2009 Makassar) yakni di Pondok Pesantren Darul Istiqamah, Makassar, Sulawesi Selatan (sekitar 2000 km dari Jakarta ke arah Timur laut). Secara bulan dan tahun (Juni 1999) tentu masih lebih fresh daripada rekaman usang Abu Haidar di bulan November tahun 1998. Silakan simak footnote. [18]

Inikah wahai Abu Haidar dkk yang menjadi buktimu bahwa Al Sofwa telah berubah menjadi lebih baik sebagaimana rekaman lama di tahun 1998?

Semoga hal ini menjadi pelajaran bagian sebagian  mata orang yang terkesima, terbelalak dengan kemanisan kata Abu Haidar. Bulan Juni 1999, Al Sofwa telah memperbaiki manhajnya dengan mengadakan acara di tempat grup ikhwani! Bukankah demikian wahai Abu Haidar? Na’am...”..saya lebih tahu tentang assofwah daripada yang lainnya!” tutur beliau. Ya engkau pasti tahu artikel apapun di situs al sofwa, siapa penulisnya, mana saja rujukannya, kitab apa saja yg diterjemah, dicetak, siapa namanya, dst. Dan untuk itulah engkau dituntut bertanggung-jawab !

Bisa jadi masih ada yang berhelah bahwa itu juga data usang. Tidak, Al Sofwa tidak menganggap acaranya di tahun 1999 itu usang, bahkan perlu mengumumkan perselingkuhan hizbiyyah ini hingga th 2009, karena data tersebut mereka upload pada Kamis, 08 Juli 04, lima tahun kemudian tetap tampil !

Bagaimana dengan pemuka-pemuka hizbi? Maksud saya bukanlah gembong hizbi Ikhwanul Muslimin yang berserakan di kegiatan Al Sofwa, tetapi tokoh hizbi internasional, apakah Al Sofwa juga mempromosikannya? Beberapa tahun setelah rekaman usang 1998 Abu Haidar tersebut, tak pula Al Sofwa kunjung menjadi baik (sebagaimana promosi Abu Haidar). Al Sofwa malah semakin menjadi-jadi, pemuka hizbi top kaliber internasional-pun dengan bangga, tanpa rasa malu ditampilkan di wajah situsnya. Silakan simak footnote [19] dan gambar 4.

Gambar 4. Nampak bukti tertulis, nama tokoh hizbiyyun bertaburan di situs Al Sofwa paska th 1998. Sayyid Qutb& saudaranya Muhammad Quthub, Salman Al Audah, ‘Syaikh Imam’ Hasan Al Banna, Yusuf Al Qardhawi, Aidh Al Qarni.[20]

Dari sekian nama pemuka hizbi yang ditalbiskan dengan beberapa nama masyayikh Salafiyyin, aku ingin bertanya kepadamu wahai Abu Haidar, siapakah Doktor Thoriq Suwaidan itu? Apapun jawabanmu wahai ustadz, tentu saja engkau hanya mau bertanggungjawab terhadap dana dakwah engkau dan bukan dakwah sesat yang ditebarkannya yang dipromosikan donator Al Sofwa anda ! Allahul Musta’an.

Saudaraku sekalian, masih tentang bukti di atas, di pojok kanan atas situs resmi Al Sofwa tersebut tampil gagah sebuah penerbit yang bernama Pustaka Imam Syafi’i (scan print terpotong). Bulan Februari 2003 (lima tahun setelah rekaman usang Abu Haidar), cetakan ke 2 buku tafsir heboh Ikhwani-Sururi dikeluarkan oleh kolaborator Al Sofwa ini (Pustaka Imam Syafi’i) dan ditebarkan ke masyarakat Indonesia. Silakan simak footnote[21]. Karya monumental hasil kumpul-kumpul hizbiyyun tersebut dibanggakan oleh HNW sendiri di situsnya, tertulis “Kata Pengantar buku-buku terjemahan: Editor terjemah tafsir Ibnu Katsir[22].

Sebuah karya heboh hasil pergaulan hizbiyyah. Tenang ya ustadz, ada jurus selamat dengan modal ucapan “saya tidak tahu” dan “saya tidak ikut bertanggungjawab”. Tetapi saya tahu bahwa ustadz benar-benar tahu (dan teman!) dari da’i kondang itu, cukup. Ustadz memang hanya akan bertanggung jawab terhadap dana dakwah ustadz sendiri. Persoalan manhaj kuno teman sendiri? Kata stiker di kendaraan umum, Resiko ditanggung penumpang.”

Di luar kegiatan dana dakwah dan pembelaannya terhadap Al Sofwa, Abu Haidar ternyata memiliki pergaulan dakwah yang cukup luas (sehingga tidak bisa diterima pendapat yang menyatakan bahwa beliau kuper, sinyalnya lemah), turut tercatat dalam list daftar peserta dalam acara Dauroh Masyayikh yang diselenggarakan oleh organisasi hizbiyyah Al Irsyad Al Islamiyyah bentukan Ahmad As Surkati, dauroh tahun 2004, namanya bertengger di nomor urut 12 lengkap dengan alamat yayasannya. Silakan simak footnote. [23]

Beliau memang da’i kondang, memiliki pengaruh luas, sampai-sampai nama utusan lainnya (‘Umar Munawwir) undangannya  cukup dialamatkan ke Abu Haidar, Jalan Kapten Abdul Hamid nomor 131/67D Panorama Bandung lengkap dengan nomor telepon (022) 2035409. Silakan simak footnote. [24]

Iya, ternyata begitu luas pergaulan dakwah Abu Haidar dan teman-temannya di Al Irsyad, sampaipun LEMBAGA RESMI yang NYATA-NYATA MEMBAWA PEMIKIRAN SESAT TERORIS KHAWARIJ-pun diundang. Perhatikan nomor urut 72 dan 73 ada nama Mustaqim dan Muzayyin. Silakan simak footnote. [25]

Bom Bali tahun 2002 tidak menyurutkan Abdurrahman Tamimi beserta segenap kelompoknya untuk semakin memilih dan memilah perkawanan dalam berdakwah. Tahun 2004 Abdurrahman Tamimi dkk malah mengundang jaringan teroris khawarij ke acara daurahnya. Demi Allah, mungkin kita tidak akan pernah tahu perselingkuhan hizbiyyah ini jika daftar peserta Daurah Ali Hasan Yordania di tahun 2004 itu tidak dibocorkan kepada kita. Walhamdulillah.

Demikianlah, sang pahlawan Abu Abdillah, pembela Abu Haidar yang sedang menggelora nafsunya, untuk menyatukan Salafy dengan Hizby ini, ternyata turut mengamini, meramaikan acara Daurah Ali Hasan Al Halabi, yang digagas Chalid Bawazer dan Abdurrahman Tamimi cs. Benar-benar upaya gigih untuk mempersatukan berbagai aliran dakwah.

Penutup
Menyaksikan fenomena saling tolong-menolong di atas, saya teringat dengan tulisan pendiri Jumiyyah Al Irsyad, Syaikh Salafy (katanya Syaikh Ali Hasan, Yordan) Ahmad Surkati sang mufti menyatakan: “Orang-orang yang memiliki keyakinan Khurafat, meskipun mereka memiliki penyimpangan dalam beberapa segi, mereka itu khurafi kita. Dan kelompok Syi’ah, meskipun mereka berlebih-lebihan, dia masih syi’i kita (maksudnya jelas, syi’i rafidli sekalipun masih kawan, red). Dan kelompok Khawarij meskipun mereka ekstrim, dia masih khariji kita. Dan Wahabi, meskipun mereka keras (musyaddid) namun masih wahabi kita. Dan Sunni, meskipun mereka hanya mengaku-ngaku, namun masih golongan kita. Masing-masing itu kaum muslimin, orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mencari ridha Allah…..Inilah, dada kami menerima dengan lapang dada pendapat yang mendukung kami dengan pendapat yang lurus dalam tujuan ini. Dan majalah Adz-Dzakhirah ini menyambut dengan luas (sangat terbuka), halaman-halamannya terbentang luas, pintu terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin bergabung dengan kita dalam amalan yang agung ini, baik dengan jiwanya maupun hartanya.” (Majalah Adz-Dzakhirah, juz 1, Muharram 1342 H, hal.5) Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.


Gambar 5. Majalah Adz Dzakhirah, menampilkan tulisan Ahmad Surkati yang amat ganjil

Sekarang adalah tahun 1430 H dan tulisan Ahmad as-Surkati (Lihat gambar 5) di atas bertahun 1342 H (sekitar 88 tahun yang lalu). Tentu Kang Aa’ dan simpatisannya akan berkata bahwa data kesesatan itu sudah kelewat usang, itu adalah tanggungjawab Syaikh Surkati sendiri. Bukankah Al Irsyad sekarang ini telah menjadi ‘lebih baik’? Lihatlah ustadz Abdurrahman Tamimi, Syaikh Chalid Bawazir dan dakwahnya yang rutin mendatangkan Masyayikh. Tidakkah kalian lihat bahwa begitu ‘baiknya’ sampai-sampai dustapun dilakukannya? Begitu ‘baiknya’ mereka sampai demoskratos—pun dijalaninya? Begitu baiknya mereka sampaipun para pengusung fikroh takfiri khawarijpun diundangnya? Syaikh Surkati yang menghalalkan lotre Kompenipun diusulkan menjadi pahlawan nasional. Begitu baiknya Kompeni Belanda sampai-sampai dari hasil uang lotre Kompeni itulah Al Irsyad didirikan. Ya akhi, bukti ‘kebaikan’ apalagi yang kalian inginkan? Wallahul musta’an.

Semoga Allah Ta’ala melindungi segenap kaum muslimin dari makar dan kejahatan hizbiyyah, walaupun mereka semua menegakkan bendera PERSATUAN ala hizbiyyah, amin. Kita memohon ampun untuk diri kita dan seluruh muslimin, yang tak luput dari salah, agar selalu mendapatkan limpahan hidayah, taufiq dari Allah Ta’ala. Amin. (Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur)


Footnote : http://www.salafishare.com/33HKC6Y3D9P5/G5TUQUE.mp3

[1]

[2] http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihattokoh&id=96 dan diarsipkan di http://img162.imageshack.us/img162/9643/sofwaalbannaqaradawi09.jpg

[3] http://img88.imageshack.us/img88/1406/sofwaqaradawizakat109.jpg

[4] http://www.siwakz.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=277 dan diarsipkan di http://img88.imageshack.us/img88/3841/sofwaqaradawi09.jpg  dan http://img88.imageshack.us/img88/7692/sofwaqaradawizakat209.jpg

[5] http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=hal&id=2

[6] http://salafy.or.id/print.php?idartikel=251id=146803861397&comments=1#s146803861397

[6a] Abu Abdillah atau Abu Aisyah 77 ini bernama asli Mukti, asal Bumiayu. Mukti menikahi Nur binti Karga dari Dukuhlo, kec. Lebaksiu, Kab. Tegal. Abu Abdillah bekerja sebagai staff di PP An Najiyah, tempat Abu Haidar bersemayam di kota Bandung.

[7] http://nyata.wordpress.com/page/24/

[8] http://nyata.wordpress.com/page/24/

[9] http://tukpencarialhaq.wordpress.com/2007/06/05/tahdzir-kepada-al-irsyad-semakin-mendunia-kehizbiyyahannya/

[10] Posting di FB saat debat dengan akhi Yogi, Abu Abdillah menjawab : “Akhi yogi, ana juga tinggal di bandung, jadi tahu juga gimana kondisi bandung, ttg ikhwan2 antum yang dibandung juga…”. http://www.facebook.com/posted.php?id=100000273374018&share

[11] http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatmaklumat&id=41

[12] http://img203.imageshack.us/img203/2513/sofwaalirsyad.jpg

[13] http://img210.imageshack.us/img210/9571/abuhaidth20042005disofw.jpg

[14] http://img266.imageshack.us/img266/643/5tahunabuhaid.jpg

[15] Lihat http://sites.google.com/site/antiturotsi/download/11.Lampiran-Tantanganmubahalahataspenulis.pdf?attredirects=0.

[16] http://satusalafy.wordpress.com/2009/09/22/apa-yang-telah-diberikan-oleh-atturats-kuwait/

[17] http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=hal&id=2 dan diarsipkan di http://img162.imageshack.us/img162/1048/buktiyayasanalsofwaamar.jpg

[18] http://img169.imageshack.us/img169/765/gembongikhwanimenjamusu.jpg

[19] http://img246.imageshack.us/img246/8710/gembongsururiinternasio.jpg

[20] http://img40.imageshack.us/img40/8748/hizbidisofwa.jpg

[21] http://img70.imageshack.us/img70/4847/sururikumpul03.jpg

[22] http://www.hnw.or.id/main.php?op=isi&id=255

[23] http://img88.imageshack.us/img88/4710/pesertadaurahalirsyad06.jpg

[24] http://img88.imageshack.us/img88/3174/pesertadaurahalirsyad06r.jpg

[25] http://img242.imageshack.us/img242/3249/khawarijalmukmindarusyact1.jpg