Agus Hasan Qiblati, Kemana Engkau Ajak Umat Berqiblat?

AGUS HASAN QIBLATI,
KEMANA ENGKAU AJAK UMAT BERQIBLAT?
(Residu Tragedi Sebuah Kata)

Orang yang jujur akan dipimpin oleh ketulusan budinya
Tetapi orang yang berkhianat akan dirusak oleh kecurangannya
Dengan tulisannya orang jahat menyesatkan & membinasakan manusia
Tetapi orang yang benar akan diselamatkan karena pengetahuannya

Syahdan, di ibukota Jakarta berdiri sebuah organisasi yang diberi nama L-DATA (Lembaga Dakwah dan Taklim) pada hari Rabu, 10 Ramadhan 1421 H bertepatan dengan tanggal 6 September 2000 M, dengan akte notaris H.M. AFDAL GAZALI, SH. no. 48 dan terdaftar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, tanggal 9 Januari 2001 yang dipimpin oleh Muhammad Yusuf Harun (penerjemah top al-sofwa al-Muntada). Beliaupun dipromosikan oleh Al-Sofwa sebagai pimpinan L-DATA Pusat, hal mana cukup sebagai bukti tambahan betapa antara Al-Sofwa Al-Muntada dengan L-DATA memiliki kekerabatan manhaj yang erat sekali.1

Nuansa Ikhwani terasa begitu kentalnya di organisasi ini, satu contoh:
aldakwah.mweb.co.id009info2002index.phpidn20.html menunjukkan bahwa Farid Okbah (Ketua Majelis Dakwah Al-Irsyad LIAR kelompoknya Farouk Badjabir, Chalid Bawazer dan Abdurrahman Tamimi)serta eks-Presiden Ikhwanul Muslimin Indonesia, DR. Didin Hafidhudhin adalah penerima beasiswa L-DATA Al-Ikhwani
Karena itulah, bukan hal yang mengejutkan bahwa L-DATA ini berani secara berterang muka mempropagandakan Tafsir fi Dhilalil Qur’an, Sayyid Quthb, jilid 1 408 halaman/Rp.60.000 (aldakwah.mweb.co.id005bukuislamresensiindex.htm).
Beberapa nama yang dapat kami sebutkan yang berta’awun dakwah dengan organisasi ini2:
(i) DR. Didin Hafidhuddin, mantan Presiden PK Al-Ikhwani!! Penerima beasiswa L-DATA yang baru menyelesaikan Doktornya di IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat. Dia juga mempropagandakan pemikirannya Sayyid Quthb (aldakwah.org/modules.php?name=News&file=article&sid=365)
(ii) Farid Ahmad Okbah (Takfiriyyin-Ba’asyiriyyin, telah berlalu penjelasannya), penerima beasiswa L-DATA (keterlibatan dua nama di atas lihat aldakwah.mweb.co.id009info2002index.phpidn20.html).
Dia juga mempropagandakan pemikiran Hasan Al-Banna dan Salman Al-Audah (aldakwah.org/modules.php?name=News&file=article&sid=274).
Al-Sofwa Al-Muntada mempropagandakan rojul ini sebagai Doktor Univ. Aqidah Jakarta!
(alsofwah.or.idindex.phppilihlihatkegiatanid48idlayanan15.html)
(iii) DR. Salim Segaf Al-Jufri (dedengkot Ikhwani). Di belakang namanya diberi tambahan keterangan oleh L-DATA: pakar syari’ah yang juga dosen Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.,serta salah satu narasumber yayasan Al-Haramain Al-Ikhwani (alharamain.or.id_ yayasan.htm) Dr. Salim juga memegang Pusat Konsultasi Syari’ah Al-Ikhwani. Di sini dia menjadi ketua Badan Pendiri merangkap Konsultan ahli (Syariahonline.comartikel?act=view&id=39]
(iv) Zainal Abidin (Wakil Ketua Dept. Dakwah Al-Sofwa)
Keterlibatan kedua nama tersebut dalam acara L-DATA berupa konsultasi seputar ramadhan 1421H lihat: aldakwah.mweb.co.id009info2002print.phpidn06.htm.
Zainal Abidin ini berduet dengan Mubarak Bamu’allim (tangan kanan Abdurrahman At-Tamimi Al-Kadzab) menjadi penerjemah VCD ceramah Masyayikh Yordan di Masjid Istiqlal Jakarta. Justru setelah Abdurrahman At-Tamimi mengucapkan sumpah laknat Mubahalah yang mengingkari memiliki hubungan dengan Al-Sofwa Jakarta. Bukankah Zainal Abidin ini pejabat teras Jum’iyyah Hizbiyyah Al-Sofwa Al-Muntada wahai Pembesar Hizby? Dan bukankah Yazid Jawaz yang tertera di VCD tersebut juga dedengkot Al-Sofwa Al-Muntada wahai Tuan?
(v) Khalid Syamhudi (Gembong Ihya’ut Turots dan Al-Sofwa) bersama Zainal Abidin (Waka. Dept. Dakwah Al-Sofwa) dalam acara bedah buku di gedung University Centre UGM, Jogjakarta. Keterlibatan dua nama itu lihat: aldakwah.mweb.co.id009info2002index.phpidn33.htm
(v) Musthafa Aini (Quthbiyyun, Ketua Dept. Dakwah Al-Sofwa);
(vi) Abu Qatadah
(murid durhaka yang bergabung dengan kaki tangan musuh besar mantan gurunya, Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’I Rahimahullah-baca artikel tentang rajul ini yang ditulis oleh Ustadz Abu Hamzah Yusuf)!! Terlibatnya kedua nama itu dalam bedah buku “Aliran dan Faham Sesat di Indonesia” lihat di: (aldakwah.mweb.co.id009info2002index.phpidn23.htm)
(vii) Mahfudz Shiddiq (Ikhwani, merujuk pada pemikiran Hasan Al-Banna) lihat aldakwah.org/modules.php?name=News&file=article&sid=513 dan aldakwah.org/modules.php?name=News&file=article&sid=273
Itulah beberapa nama yang terlibat langsung dengan dakwah L-DATA Al-Ikhwani.
Walhasil, L-DATA ini mendirikan cabang di Jogjakarta dengan nama PP. Taruna Al Qur’an yang dipimpin Umar Budiargo, Lc dgn anak buahnya, Khudlori, Lc, Aris Munandar, SS, Ridwan Hamidi, Lc (alumni Madinah, disebut tokoh freeline). PP Taruna Al Qur’an alias L-Data cabang Jogjakarta ini akrab dengan ikhwani dimanapun. Aris Munandar disebut tampil bersama penceramah tetap masjid IM, Mardliyah, yakni Syatori Abdurrouf, Sigit Yulianta. Aris Munandar bersama Ridwan Hamidi, bersama Umar Budiargo pun nampak akrab dengan acara di sarang aktifis NII, masjid Nurul Hujjaj, bersama orang At Turots Abu Mush’ab, Abu Sa’ad , sekaligus aktifis MMI/Khawarij, Irfan S Awwas (MMI), Abu Umar Abdillah (majalah Ar Risalah, Solo). Abu Umar Abdillah juga pernah klik dengan tokoh Khawarij, Farid Ahmad Okbah dari PP Al Irsyad.

KAITAN ANTARA L-DATA DENGAN MAJALAH QIBLATI
L-DATA Jogjakarta inilah yang kemudian menerbitkan majalah yang diberi nama Qiblati. Beberapa edisi mereka pegang sebelum pada akhirnya “tim Jogja” mempercayakan dan menyerahkan sepenuhnya kepada “Tim Malang” yang langsung dipimpin oleh Agus Hasan Bashari Lc, MAg., seorang lulusan LIPIA Jakarta dengan predikat Cumlaude dan lulusan Master IAIN (demikianlah gelar yang dipropagandakan oleh situs Al-Sofwa Al-Muntada) untuk melanjutkan penerbitannya.
Tentu anda sekalian masih ingat betapa penting peran Master IAIN Sunan Ampel ini dalam rangkaian acara daurah Masyayikh Yordan yang telah lalu dimana dia menjadi salah satu pendamping dan pemasok informasi bagi Syaikh Ali Hasan hafidhahullah. Lebih dari itu, kitapun masih merasakan betapa sakit dan marahnya Salafiyyin dengan tindakan kejinya ketika bersama PP.Al-Irsyad LIAR pimpinan Farouk Badjabir (kubu Farid Okbah, Yusuf Utsman Ba’isa, Chalid Bawazer dan Abdurrahman Tamimi) menerjemahkan dan menerbitkan buku Himpunan Tiga Risalah yang berisi tikaman-tikaman keji terhadap para ulama pewaris para Nabi (lebih jelasnya lihat uraian di bundel Badai Fitnah Dakwah Ihya’ At-Turats). Semoga Allah Ta’ala membalas kejahatan keji mereka dengan balasan yang setimpal, amin.

RESIDU PERNYATAAN DUA SEJOLI
Muhammad Arifin Badri dan Firanda As-Soronji berkata kepada ustadz Luqman:
”Sikap lempar batu sembunyi tangan semacam yang anda tunjukkan ini tidaklah mencerminkan kepribadian seorang salafi dan ahlis sunnah. Mari kita menyadari dan merenungi dosa dan kesalahan kita masing-masing tanpa harus membuat trik-trik yang mengesankan kita terbebas dari dosa dan kesalahan.
Bila kita bersalah, maka nyatakan dengan tegas kita salah, dan jangan kita berusaha cuci tangan, lalu melemparkan tuduhan kepada orang lain.”(Antara Abduh…, Bag.10, mus $ or $)
Tragedi Sebuah Kata tampaknya masih meninggalkan residu, sisa-sisa “pembuatan trik-trik” itu terus berlanjut memakan korban dari kalangannya sendiri. Siapakah korban “senjata makan tuan” yang berikutnya? Sesuai dengan judul di atas, Agus Hasan Bashari-lah yang akan kita jadikan bukti bahwa pernyataan Muhammad Arifin di atas ternyata diarahkan dan ditujukan kepada saudara-saudaranya sendiri, para da’i senasib dan seperjuangan. Paradoks? Sudah jenuh nampaknya kita mendengar istilah “senjata makanan tuan” ini. Sekaranglah saatnya kita membuktikan…

AGUS HASAN QIBLATI MENCUCI TANGAN DARI KEJAHATAN KEJINYA
Atas nama amanah Ilmiyah menghinakan para ulama pewaris para nabi! Inilah teks dan “pembuatan trik-trik” ketika Master IAIN ini mencuci tangan dan berupaya “mengesankan” kepada umat bahwa dirinya “terbebas dari dosa dan kesalahan”.
Agus Hasan Qiblati berkata:
“Pada tahun 2003 saya diamanahi menerjemahkan majmu’ah al-rasail al-tsalatsah milik salah satu organisasi Islam. Dengan penuh amanah ilmiah saya terjemahkan dan saya lengkapi dengan komentar-komentar singkat yang bermanfaat namun sayang, pada tahun 2004 buku itu terbit –dengan judul Himpunan Tiga Risalah-, tanpa menyertakan komentar-komentar saya –dan itu sah-sah saja karena hak sepenuhnya ada pada jam’iyyah-, padahal di bagian akhir risalah tersebut ditekankan penetapan bulan berdasarkan hisab. Maka demi kemaslahatan bersama dan memotifasi aktivitas ilmiah berikut ini saya kutipkan Fatwa tersebut berserta komentar (catatan saya), yang saya tulis sebagai bahan bandingan dan koreksian. Semoga Allah mengampuni kesalahan kita, dan membalas jasa para ulama-ulama Islam yang dengan tulus ikhlas berjuang untuk agama ini.” (Qiblati, hal.24, vol.02/No.01/10-2006M/09-1427H)

Beberapa komentar atas pernyataan Agus Hasan Master IAIN ini:
a.Tulisannya:
“Pada tahun 2003 saya diamanahi menerjemahkan majmu’ah al-rasail al-tsalatsah milik salah satu organisasi Islam.”
Kita katakan:
Dengan bukti kejahatan terang benderang anda bersama PP.Al-Irsyad LIAR yang telah disebarkan kepada kaum muslimin Indonesia, kenapa anda masih berupaya menutup-nutupi salah satu hasil produk sesat dan menyesatkan yang dihasilkan oleh murid-murid As-Surkati dengan organisasi Al-Irsyadnya? Motivasi apa yang membikin anda tidak memiliki keberanian untuk menyebutkan secara gentle dan tegas (sebagai salah satu bukti penyesalan anda!) bahwa “salah satu organisasi Islam” itu adalah Al-Irsyad Al-Islamiyyah? Kenapa anda justru melindunginya? Ataukah “trik-trik” ini adalah salah satu bukti kelihaian anda agar jangan sampai bukti kejahatan dan kesesatan “majmu’ah al-rasail al-tsalatsah milik salah satu organisasi Islam” itu meruntuhkan dan menghancurkan tazkiyah beberapa ulama terhadap Syaikh Salafy As-Surkati dan Organisasi Al-Irsyadnya? Sebenarnya dengan fakta seperti apa anda sekalian mengisahkan seluk beluk dakwah As-Surkati dan Al-Irsyadnya sehingga mampu mendapatkan tazkiyah mereka?
b.Tulisannya:
“Dengan penuh amanah ilmiah saya terjemahkan dan saya lengkapi dengan komentar-komentar singkat yang bermanfaat namun sayang, pada tahun 2004 buku itu terbit –dengan judul Himpunan Tiga Risalah-, tanpa menyertakan komentar-komentar saya –dan itu sah-sah saja karena hak sepenuhnya ada pada jam’iyyah-, padahal di bagian akhir risalah tersebut ditekankan penetapan bulan berdasarkan hisab.”
Kita katakan:
Wahai Master IAIN, tidakkah anda merasa malu bahwa dengan bendera (baca:kilah) “amanah ilmiah” anda bersama PP.Al-Irsyad LIAR menikam dan menghinakan kehormatan para ulama pewaris para nabi? Ilmu “terjemahan ilmiah” inikah yang dibanggakan oleh majalah Qiblati sebagai: “Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Hamzah Agus Hasan Bashari, Lc.,M.Ag (Pimpinan Redaksi Majalah Qiblati) yang sudah tidak asing lagi dalam dunia terjemahan dan karya tulis?”3 Inikah sosok “penerjemah ilmiah” yang menggunakan “metode terjemahan yang akurat dan amanah, tidak seperti kebanyakan terjemahan yang ada selama ini?”4 Inikah orang yang dipromosikan sebagai:”Ustadz Abu Hamzah Agus Hasan Bashori ibn Qomari, Lc.,M.Ag bekerjasama dengan beberapa penerbit dan studio rekaman, memproduksi: 10 buku karya tulis, 27 terjemahan, 6 karya muraja’ah dan ta’liq (edit dan komentar), 47 judul kaset ceramah agama, dan beberapa VCD ceramah keagamaan?”5 Sejak kapan amanah ilmiyah digunakan untuk menikam para ulama pewaris para nabi? Dengan kaidah “teroris” sang dua sejoli, tentulah nasib istilah “amanah ilmiah” haruslah dihapus dari kamus-kamus kaum Muslimin!! Tapi…siapa yang mau?
Lihatlah wahai saudaraku sekalian ketika Master IAIN ini begitu “legawa” dengan sikap salah satu organisasi LIAR yang tidak mencantumkan “komentar-komentar singkatnya yang bermanfaat” dan sebaliknya dia justru melindungi sikap yang “tidak bermanfaat” itu dengan pembelaannya: “dan itu sah-sah saja karena hak sepenuhnya ada pada jam’iyyah”? Bukankah dengan sikapnya ini dia sudah sepenuhnya menjual kehormatan diri dan dakwahnya kepada salah satu organisasi Islam yang dia takut menyebutkan namanya? Allahul Musta’an.
Mana kecemburuan dan pembelaan anda terhadap para ulama pewaris para nabi? Berapa rupiah diri anda dibayar untuk menerjemahkan buku keji dan jahat itu sehingga tangan anda mampu memegang dan menggerakkan pena menuliskan terjemahannya wahai Agus Hasan Master IAIN?

PENGAKUAN YANG MEMBERATKAN
Agus Hasan Master IAIN mengatakan bahwa tahun 2003 menerjemahkan majmu’ah al-rasail al-tsalatsah sekaligus memberikan komentar-komentar singkat yang bermanfaat walaupun pada akhirnya ketika terbit tahun 2004 komentar-komentarnya tidak ikut diterbitkan. Bahkan beliau menegaskan: “Maka demi kemaslahatan bersama dan memotifasi aktivitas ilmiah berikut ini saya kutipkan Fatwa tersebut berserta komentar (catatan saya), yang saya tulis sebagai bahan bandingan dan koreksian.” (ibid, hal.24)
Dengan pernyataannya ini kita semuanya mengetahui bahwa komentar-komentarnya yang bermanfaat itu ditulisnya pada tahun 2003, sebelum buku Himpunan Tiga Risalah diterbitkan pada tahun 2004, tepatnya bulan Sya’ban 1425H/Oktober 2004!6
Sebagaimana ucapannya:” Maka demi kemaslahatan bersama dan memotifasi aktivitas ilmiah” akan kita buktikan, benarkah pengakuannya ini?
1. Ada 3 poin komentar singkat bermanfaat yang disebutkan dan secara umum beliau ingin menunjukkan kepada umat bahwa “menjadikan hisab sebagai metode pengganti rukyah atau lawan dari ru’yah adalah salah, bid’ah dan semakin menambah perpecahan.” (ibid, hal.31) tetapi anehnya dari ketiga poin yang dikatakannya sendiri sebagai “komentar-komentar yang bermanfaat” itu ternyata sama sekali tidak ada sedikitpun yang membahas atau mengomentari celaan dan tuduhan-tuduhan keji yang dilontarkan oleh Majelis Ifta’ dan Tarjih Jam’iyyah Al-Irsyad!! Kita tidak pernah memiliki anggapan bahwa bid’ahnya hisab adalah permasalahan kecil, tetapi kenapa Agus Hasan Qiblati mendiamkan permasalahan pelecehan terhadap para ulama pewaris para nabi yang sesungguhnya jauh lebih dahsyat dan jauh lebih besar daripada bid’ahnya hisab?! Apakah diamnya anda merupakan bukti keridhaan anda terhadap tikaman-tikaman keji tersebut? Ataukah hal ini justru merupakan bukti kelihaian “trik-trik” yang anda lakukan karena jika anda mengomentari tuduhan-tuduhan Hizbul Irsyad itu maka otomatis order-rupiah penerjemahan “majmu’ah al-rasail al-tsalatsah milik salah satu organisasi Islam“ akan melayang dari tangan anda dan berpindah ke lain tangan? Menjadi setan bisu? Cukuplah Allah Ta’ala sebaik-baik saksi atas makar mereka ini.
2. Setelah selesai menulis 3 poin komentar bermanfaatnya, pada halaman 33, Agus Hasan menulis:
“Malang, Rabu 22-05-1426 H
29-06-2005 M
Dibaca ulang pada 26 Agustus 2006”
Kita katakan:
Silakan anda sekalian –wahai saudaraku kaum muslimin- memperhatikan baik-baik tulisan di atas, kapan Agus Hasan Qiblati menulis “komentar-komentarnya yang bermanfaat” yang ternyata tidak diterbitkan oleh PP.Al.Irsyad LIAR? Rabu 22-05-1426 H
29-06-2005 M!! Padahal dia mengaku di awal-awal artikel ini bahwa Master IAIN ini menulisnya pada tahun 2003!!
Artinya apa? Ketika buku Himpunan Tiga Risalah tersebut terbit pada bulan Sya’ban 1425H atau bulan Oktober 2004M Agus Hasan Qiblati ternyata belum menulis “komentar-komentarnya yang bermanfaat”!! Karena “komentar-komentar bermanfaatnya” itu baru ditulisnya pada hari Rabu 22 Jumadil Ula 1426H atau 29 Juni 2005M!! Benar, ditulis DELAPAN BULAN setelah buku Himpunan Tiga Risalah ini terbit!!
Demi Allah wahai Muhammad Arifin Badri dan Firanda As-Soronji!! Inilah bukti nyata “aktivitas ilmiah” saudara-saudara kalian yang senasib dan seperjuangan dalam upayanya untuk “membuat trik-trik yang mengesankan agar dirinya terbebas dari dosa dan kesalahan”. Inilah “motivasi” kedustaan serta kebohongan yang diajarkannya dengan merealisasikan “pembuatan trik-trik” untuk menipu dan mengelabui kaum muslimin!! Tetapi apakah semua kaum muslimin dapat dibohonginya? Apakah semuanya bisa dia kecoh dengan “trik-trik” dan gelar cumlaude LIPIA serta Master IAIN yang dipajang di belakang namanya?!
Dan sebaiknya anda berdua segera menasehati saudara seperjuangan ini dengan ucapan terkenal anda:” Bila kita bersalah, maka nyatakan dengan tegas kita salah, dan jangan kita berusaha cuci tangan, lalu melemparkan tuduhan kepada orang lain.” (Antara Abduh…, Bag.10)
Orang yang jujur dan amanah akan mendatangkan ridha-Nya
Tetapi orang yang dusta dan khianah akan mengundang murka-Nya!
Rencana orang yang benar adalah suatu keadilan
Tetapi tujuan orang yang licik adalah memperdaya!
Siapa mengatakan kebenaran, itulah bukti keadilan
Tetapi siapa yang bersaksi dusta itulah bukti tipu daya!
Membela diri dengan jalan menipu diri?
Di hadapan Salafy engkau hendak membodohi?
Hanya saudara sehizby yang bangga dengan Qiblati!
Duhai…kemana larinya rasa malu dan kehormatan diri?
Salafy dikibulin…..siapa mau?

c. Terakhir, dari uraian 3 poin “komentar-komentar singkat bermanfaat” yang dibuatnya setelah Himpunan Tiga Risalah diterbitkan tersebut ternyata Master IAIN ini sama sekali tidak menunjukkan pernyataan bersalah dus apalagi sikap menyesal karena tikaman-tikaman kejinya terhadap para ulama pewaris para nabi. Jadi, jangan anda tanyakan apakah dia telah menyatakan taubatnya ataukah tidak! Sungguh tidak bisa dibayangkan bahwa sebuah majalah Islami dengan semboyannya “Menyatukan Hati dalam Sunnah Nabi” yang memiliki nama begitu indahnya, QIBLATI, sampai dipegang dan dipimpin oleh orang jahat seperti ini. Agus Hasan Qiblati, ke mana engkau ajak umat berqiblat? Inna lilahi wa inna ilaihi raji’un.
Bertaubat adalah pilihan orang-orang mulia
Berbuat helah hanyalah jalannya orang-orang yang binasa
Allah yahdikum wahai Hizbiy-Sururiy-Turatsiy-Surkatiy-Cumlaudiy LIPIAiy-Masteriy IAINiy!!
Hanya kepada Allah kita mengadu. Allahul Musta’an.
(Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji)
————————-
Catatan tambahan
Terkait dengan kejadian premanisasi-ancamisasi yang dilakukan oleh Ibn Hadi alias Abu ‘Aliy (bagian Marketing & Iklan Majalah Qiblati) maka kami mengharapkan agar admin fakta.blogsome.com bisa memuat klarifikasi ini sebagai tambahan informasi. Sebelum keluar kalimat ancamannya, dia mengatakan telah bertemu dengan Ustadz Abu Hamzah (maksudnya Agus Hasan Bashari Lc.,Mag.-pen). Dia mengatakan bahwa saya menulis dari hasil gosiip (semakin digosok semakin siip), contohnya: tidak benar bahwa beliau adalah Master IAIN (tanpa memberitahukan Master dari mana?-Insya Allah akan terjawab pernyataan ini). Kemudian mengatakan bahwa ana berbuat dhalim kepadanya karena tidak tabayyun dulu (cukuplah komentar akh Abu Abdil Hafidz sebagai jawabannya). Ketiga, saya dikatakan “menuduh Abu Hamzah” menulis keterangan tambahan itu 8 bulan setelah buku Himpunan Tiga Risalah terbit, “ini adalah bohong karena beliau menulisnya sebelum buku itu terbit!”, katanya berapi-api.
Tanggapan kami:
Bukankah anda hanya menjalankan “pesan & amanah ilmiyah demi kemaslahatan bersama dan memotifasi aktivitas ilmiah” dari sponsor anda wahai Abu Aliy alias Ibn Hadi? “Buah” dari pertemuan anda dengan ustadz Abu Hamzah sebelumnya?
1.Bagaimana mungkin mereka menyalahkan kami tentang penulisan MASTER IAIN ini sementara kami hanyalah menyodorkan fakta yang dipropagandakan oleh Al-Sofwanya sendiri!! Bersama Al-Sofwa, Agus Hasan Bashari berdana dan berdakwah dan ketika itu pula dia dipropagandakan sebagai master IAIN!! Kalau dikatakan tukang gosiip maka Ini bukanlah hasil gosiip saya pribadi, tetapi gosip yang spropagandakan oleh yayasan gosip dan tong sampah Al-Sofwa!! Dan yayasan inilah yang mempropagandakan dan menegakkan tulang punggung anda. Agar kami tidak dikatakan pendusta, maka inilah buktinya:
a.ALSOFWA kali ini mengadakan Program Ta’hil Du’at Kedua. PD2M yang Kedua ini diadakan di kawasan Pondok Al-Hikmah, Cisarua Bogor. PD2M ini diadakan selama 12 hari, tanggal 24 Jumada Al-Akhirah – 08 Rajab1423H bertepatan dengan tanggal 02 – 14 September April 2002M.
Peserta yang ikut adalah 100 orang da’i (mereka adalah peserta PD2M yang Pertama kali). Yang hadir sebagai dosen adalah:
Ust. Abu Hamzah, A. Hasan Bashari, Lc., M.Ag; dan
Ust. Khalid Syamhudi, Lc.
Panitia Pengarah terdiri atas:
Ust. Abu Hamzah A. Hasan Bashari, Lc., M.Ag (Alumni LIPIA Jakarta dengan predikat “Cumlaude” dan Magister di IAIN Malang);
Ust. Khalid Syamhudi, Lc ” (Alumni Fak. Hadits, Univ. Islam Madinah-KSA dengan predikat Sangat memuaskan di bawah “Cumlaude”).
PD2M adalah Diklat yang terhitung paling bergengsi dan termahal dalam sejarah Diklat yang diadakan oleh ALSOFWA (100 juta!-pen), sebab:
Seluruh kitab panduan didatangkan dari Saudi Arabia dan diberikan Cuma-Cuma;
Seluruh peserta mendapatkan akomodasi selama diklat gratis;
Seluruh peserta yang sudah berkeluarga, mendapatkan uang belanja untuk keluarga yang ditinggalkan selama diklat; dan
Juga mendapatkan uang transport PP ke daerah masing-masing di seluruh Indonesia tanpa terkecuali. (www.alsofwah.or.idindex.phppilihlihatkegiatanid27idlayanan26.html)
Apakah karena diklat ini termahal sehingga anda diam dari propaganda “bohong” Magister IAIN anda?
b. ALSOFWA Kali ini mengadakan Diklat Islam untuk Umum (DIU) di Kota Trenggalek, Jawa Timur. Acara ini dilaksanakan selama 2 hari, yaitu pada tanggal 22 – 23 Rabi’ul Akhir 1422H. Acara ini dilaksanakan dengan ta’awun tanfidzi dengan salah seorang da’i ALSOFWA yang ada di kota tersebut, Ust. Miftahurrahman Majidiy.
Acara yang didanai secara tunggal oleh ALSOFWA ini diisi oleh 6 orang ustadz, yaitu:
Ust. Abu Hamzah A. Hasan Bashari, Lc., M.Ag. (Alumni LIPIA Jakarta dengan predikat ” Cumlaude”, dan Magister di IAIN Malang); (www.alsofwah.or.idindex.phppilihlihatkegiatanid34idlayanan15.html)
c. Ini adalah Program Diklat Tauhid (PRODIT) Yang Ketujuh, yang diadakan oleh ALSOFWA. Yaitu pada tanggal 23 – 29 Rabi’ul Akhir 1423H, bertepatan dengan tanggal 04 – 10 Juli 2002M di Pondok Pesantren Daar El-Qolam, Gintung, Tangerang, Banten. Diantara pengisinya?
Ust. Agus Hasan Bashari, Lc., M.Ag (Alumni LIPIA Jakarta dengan predikat “Cumlaude” dan Magister di IAIN Malang);
Ust. Zainal Abidin ibn Syamsuddin, Lc (Alumni LIPIA Jakarta, dan pernah mulazamah di Majelisnya Syaikh Abdul Aziz ibn Baaz);
Ust. Aman Abdurrahman, Lc (Alumni LIPIA Jakarta dengan predikat “Cumlaude”, Staf Pengajar LIPIA mata kuliah Al-Qur’an, dan Imam Tetap Masjid Jami’ ALSOFWA.);
(www.alsofwah.or.idpilihlihatkegiatanid23.html)
Lihatlah bahwa anda ketika berdakwah bersama terpidana bom Cimanggis Aman Abdurrahman yang sekarang mendekam di LP. Sukamiskin ex-Imam tetap Masjid Al-Sofwa dipropagandakan sebagai Magister IAIN Malang (Sunan Ampel)!!
d. dan masih ada lagi beberapa kegiatan al-sofwa yang jelas-jleas mempropagandakan dirinya sebagai Magister IAIN!! Siapa yang tukang gossiiip? Yayasan dari komunitas anda sendiri! Yayasan yang jelas-jelas mengatakan:” Seluruh peserta yang sudah berkeluarga, mendapatkan uang belanja untuk keluarga yang ditinggalkan selama diklat; dan Juga mendapatkan uang transport PP ke daerah masing-masing di seluruh Indonesia tanpa terkecuali”. Apakah berita ini juga cuma gossiiip?! Allah-lah sebaik-baik saksi
e. kalau beliau mengingkari propaganda Al-Sofwa yang sekian tahun ini didiamkannya, maka dari manakah beliau ini mendapatkan gelar Masternya? Gossiip lain dihembuskan oleh Al-Sofwa, berikut keterangannya:
Ini adalah Program Diklat Tauhid (PRODIT) Yang Kesebelas, yang diadakan oleh ALSOFWA. Yaitu pada tanggal 03 – 08 Jumada Al-Ulaa 1425H bertepatan dengan tanggal 21 – 26 Juli 2004M.Diklat ini bertempat di Ponpes Daar Ulil Albab, Tegal Jawa Tengah.
PRODIT ini diikuti oleh 57 pengajar atau ustadz dan ustadzah. Acara Prodit tersebut diisi oleh 4 da’i, yaitu:
Ust. Agus Hasan Bashari, Lc., M.Ag (Alumni LIPIA Jakarta dengan predikat “Cumlaude” dan Magister di UNMUH Malang);
Ust. Khalid Syamhudi, Lc (Alumni Fak. Hadits, Univ. Islam Madinah-KSA dengan predikat “Sangat memuaskan di Bawah Cumlaude” dan Pengajar di Ma’had Imam Bukhari);
Ust. Abu Qatadah (Murid Syaikh Muqbil ibn Hadi Al-Wadi’iy rahimahullah Yaman); dan
Ust. Muhammad Wujud Arba’in (Direktur Yayasan Al-FUrqan, Magelang.
(www.alsofwah.or.idindex.phppilihlihatkegiatanid31idlayanan25.html)
Ya, ketika berkoalisi dengan gembong Ihya’ (Khalid Syamhudi-lihat komentarnya di situs mus $ or $ terhadap artikel bersambung edisi ke 10 Antara Abduh… yang berupaya menunggangi dan memprovokasi dua sejoli untuk terus membantah buku MAT), Abu Qatadah (si pedang tumpul haus akan fulus), dan Muhammad Wujud yang “wujuduhu ka adamihi” sepulangnya dari Qasim, KSA) rajul ini dipropagandakan sebagai Magister di UNMUH Malang. Tahukan anda UNMUH? UNMUH adalah singkatan dari Universitas Muhammadiyah! Apakah ini juga berita gossiiip dari yayasan tong sampah Al-Sofwa yang sekian tahun menegakkan punggungnya? Allahu a’lam.
Gossiiip dari induk semang sendiri, kenapa tetangga yang disalahkan?
Seharusnya anda tidak perlu sejauh itu sampai menuduh saya menjadi tukang gossip apalagi dengan data-data tersebut sampai menjuluki saya sebagai Abdul go-punk al-mledingi (bhs.Jw, mempertontonkan pantat sambil mengejek).
Kalau anda membaca Badai Fitnah Dakwah Ihya’ secara seksama. Bukankah di sana kami sudah menegaskan bahwa:
” Dan bukankah bukti persekongkolan komunitas Sururiyyin yang kalian “go-publik”kan juga kita cantumkan sumbernya?! Kenapa anak-anak ingusan itu harus tabayyun dulu kepada kalian jika kalian sendiri yang mempublikasikannya?? Dari sumber kalian sendirilah fakta dan data itu berasal!! “ (Bab Penutup, Makar dan Pengkhianatan…, poin ketiga tentang Abdullah Hadrami).
Juga tulisan kami:” Jangan katakan kami pendusta! Dari sumber Hizbiyyin sendirilah informasi ini berasal! Menggigit jari, itulah yang akan terjadi –biidznillah-, hanyalah “cermin hizby” yang kami bawakan” (Bab VIII, Upaya Penghancuran Kredibilitas Ulama)
Maka ketika mereka menuduh kita telah melakukan penukilan-penukilan yang dzalim, dari periwayatan-periwayatan yang majhul yang perlu dicek lagi kebenarannya, sungguh hal ini adalah sikap yang sangat menyedihkan!! Bagaimana mungkin mereka berkata demikian sementara bukti-bukti di atas mereka jelas-jelas menegakkan punggung-punggung dakwahnya di bawah naungan bendera dakwah Al-Sofwa!! Apakah karena mendapatkan imbalan dana mereka sekian tahun diam dari kebohongan propaganda dustanya? Hanyalah karena anak-anak ingusan itu yang tidak memberikan imbalan dana kepada mereka yang menyiarkan propaganda Al-Sofwa kepada umat, maka mereka menuduhnya sebagai tukang goosiip? Menggigit jari, itulah yang akan terjadi, bukankah demikian wahai ustadz? Allahu yahdikum.
2.Abu ‘Aliy, kalau anda mengatakan bahwa “ente MENUDUH ustadz Abu Hamzah” menulis keterangan singkat bermanfaatnya DELAPAN BULAN SETELAH H3R TERBIT, maka ini adalah ucapan kesalahan yang sangat parah! Abu Hamzah sendirilah yang mengatakannya! Abu Hamzah sendirilah yang mengakuinya! Di majalah Qiblati-nya sendiri fakta ini dipublikasikannya!! Benar bahwa saya yang menulis kalimat “8 bulan setelah…”, tetapi inipun adalah hasil dorongan “motifasi aktivitas ilmiah” beliau dengan petunjuk dari bukti dan kesaksian beliau sendiri di majalah Qiblatinya!! “Demi kemaslahatan bersama!“ H3R diterbitkan pada bulan Sya’ban 1425H atau bulan Oktober 2004M (KAMI MEMEGANG BUKU ASLI HASIL TERJEMAHANNYA-alhamdulillah) dan Abu Hamzah menulis sendiri bahwa “Pada tahun 2003 saya diamanahi menerjemahkan majmu’ah al-rasail al-tsalatsah…dan saya lengkapi dengan komentar-komentar singkat yang bermanfaat namun sayang, pada tahun 2004 buku itu terbit –dengan judul Himpunan Tiga Risalah-, tanpa menyertakan komentar-komentar saya”
Abu “Aliy, bukankah ANDA HARUS SEPAKAT DENGAN SAYA bahwa fakta di atas menunjukkan pengakuan Abu Hamzah bahwa komentar bermanfaatnya itu ditulis tahun 2003 sebelum H3R terbit?
Abu Hamzah juga menulis:” . Maka demi kemaslahatan bersama dan memotifasi aktivitas ilmiah berikut ini saya kutipkan Fatwa tersebut berserta komentar (catatan saya), yang saya tulis sebagai bahan bandingan dan koreksian”
Setelah Abu Hamzah mengutip fatwa (kejam) Majelis Ifta’ dan Tarjih PP.Al-Irsyad Al-Islamiyah tersebut maka beliau-pun tak lupa mencantumkan “komentar bermanfaatnya” (yang diakuinya ditulis tahun 2003 sebelum H3R terbit dan diakhiri dengan kalimat:”Malang, Rabu 22-05-1426 H, 29-06-2005 M, Dibaca ulang pada 26 Agustus 2006”
Abu ‘Aliy, H3R terbit bukan Oktober 2004 dan Abu Hamzah menulis komentar bermanfaatnya di kota Malang pada hari Rabu 22 Jumadil Ula 1426 H bertepatan tanggal 29 Juni 2006. Seharusnya ANDA HARUS SEPAKAT DENGAN SAYA bahwa rentang waktu antara Oktober 2004 sampai dengan 29 Juni 2006 ADALAH DELAPAN BULAN! Tetapi kenapa dalam permasalahan yang cetho welo-welo seperti ini kalkulasi anda sebagai marketing dan iklan majalah Qiblati HARUS BERBEDA DENGAN SAYA? Tetap ngotot berapi-api mengatakan bahwa komentar itu ditulis tahun 2003? Aneh, sesungguhnya pengakuan itu haruslah didukung dengan bukti yang nyata tetapi apa mau dikata bukti yang dihadirkan oleh Abu Hamzah Agus Hasan Bashari Ibnu Qamari Lc.,Mag. ternyata memberatkan dirinya sendiri. Karena itulah saya beri sub judul “Pengakuan Yang memberatkan” dan bukan “Tuduhan Saya (penulis) Yang Memberatkan!!” Dengan kata lain Pengakuan Abu Hamzah Agus Hasan Bashari ternyata didustakan oleh bukti yang dia hadirkan sendiri!! Tampaknya KITA SEMUA HARUS SEPAKAT DALAM PERMASALAHAN INI. Fahimta?
Taruhlah kita (ma’af) –berlagak blo’on- dengan melemparkan jauh-jauh “motivasi ilmiah” dan tidak memikirkan “kemaslahatan bersama” dengan mengabaikan bukti waktu dibuatnya komentar tersebut, setuju “sejenak” dengan pengakuan mereka bahwa komentar tersebut dibuat tahun 2003 sebelum H3R diterbitkan. Tetapi tetap saja –wahai saudaraku sekalian yang semoga dirahmati Allah Ta’ala- tiga poin bermanfaat itu HANYALAH BERMANFAAT KEPADA UMAT untuk menunjukkan bahwa hisab adalah bid’ah dan ru’yah-lah yang sunnah!! Mana pembelaan dia terhadap para ulama pewaris para nabi yang diinjak-injak kehormatannya oleh Majelis Ifta’ dan Tarjih Al-Irsyad yang kemudian disebarluaskan oleh Al-Irsyad LIAR-nya kubu Farouk, Chalid dan Abdurrahman Tamimi? Satu hurufpun tidak dia tunjukkan!! Kalau anda bisa membangkitkan amarah anak didik anda untuk siap menghunus pedang kepada muslim lainnya, mana BUKTI NYATA KEMARAHAN ANDA KEPADA AL-IRSYAD KARENA ALLAH? MANA SIKAP TEGAS ANDA SEKALIAN TERHADAP BUKTI KEJAHATAN AL-IRSYAD INI?! Saudaraku sekalian yang takut kepada Allah. Tanyakan pertanyaan ini kepada para da’i kondang yang bertebaran dari Sabang sampai Merauke, tanyakan kepada Yazid Jawaz, Aunur Rafiq, Abdul Hakim Abdat, Abu Qatadah si pedang tumpul, Abu Haidar, Yusuf Ba’isa, Abu Nida’, Ahmas Faiz, Muhammad Arifin, Firanda, Abdullah Taslim dan…dan…dan itu!! Bukankah bersama Al-Irsyad Al-Islamiyah mereka justru berdakwah?!! Tepatnya dengan kubu Al-Irsyad yang telah di-LIAR-kan oleh pemerintah mereka berta’awun dan bekerjasama!! Bukankah atas nama Al-Irsyad mereka mendatangkan dan mempermainkan para Masyayikh Salafiyyin dari Yordan dan Madinah?!!
Demi Allah, penulis – yang sangat miskin dan miskin ini – ingin menyaksikan bukti kegagahan dan kejujuran kalian serta bukti kasih sayang kalian yang benar-benar tulus kepada umat, BACAKANLAH BUKU HIMPUNAN TIGA RISALAH YANG MENGHANCURKAN KEHORMATAN PARA ULAMA PEWARIS PARA NABI HASIL KARYA MAJELIS IFTADAN TARJIH AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH, KARYA MURID-MURID SURKATI SYAIKH SALAFY KALIAN YANG KALIAN BANGGA-BANGGAKAN ITU DI HADAPAN MASYAYIKH YORDAN DAN MASYAYIKH MADINAH DAN MASYAYIKH MANAPUN DARI KALANGAN MASYAYIKH SALAFIYYIN!! JADILAH SEORANG LELAKI, BERANIKAH? Dan setelah itu semua, berbanggalah dengan tazkiyah para ulama yang anda sekalian pegang selama ini! Dengan bukti keganasan dan kejahatan ini, teruslah berteriak kepada umat bahwa kalian adalah orang-orang yang berdakwah dengan slogan mawar merah merekah yang semerbak mengharum baunya nan indah di pandang mato (-mato Ihya’ut Turats!), dakwah yang penuh dengan kelembutan, penuh hikmat dan penuh kebijaksanaan. Inna lillahi wainna ilaihi raji’un.
1 aldakwah.mweb.co.id009info2002index.phpidn26.htm, Divisi Perpustakaan Lembaga Dakwah dan Taklim Jakarta bersama Masjid Al-Furqon, Kramat Raya Jakarta menampilkan Musthafa Aini Lc, Abu Qotadah, Farid Okbah dalam Bedah buku Perpustakaan L-Data
Muhammad Yusuf Harun yang diberi keterangan/promosi oleh Al Sofwa sebagai Direktur L-DATA (alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkegiatan&id=20&id_layanan=25)
2 Penjelasan lebih lengkap silakan merujuk pada bundel artikel Badai Fitnah Dakwah Ihya’ At-Turats ketika membahas tentang LDATA Al-Ikhwani.
3 Qiblati, vol.02//no.01/1427, sampul belakang-luar)
4 ibid
5 ibid, sampul depan-dalam)
6 Kami memegang buku asli Himpunan Tiga Risalah, walhamdulillah.